Literasi internet paling perlu masuk sekolah
Hal ini dikuatkan oleh penelitian ICT Watch
Berdasarkan catatan ICT Watch, literasi digital atau Internet diyakini penting untuk diberikan kepada para siswa.
Sebanyak 73 persen dari 165 responden Bapak/Ibu guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMA se-Jabodetabek, Sukabumi dan Cilegon menyatakan bahwa materi literasi digital atau Internet 'sangat perlu' diberikan kepada siswa. Sedangkan 26 persen menyatakan 'perlu' dan hanya 1 persen yang menyatakan 'belum perlu' bagi para siswa. Lalu bagaimana sebaiknya materi literasi digital atau Internet diposisikan dalam kegiatan belajar mengajar?
-
Siapa yang menguasai internet di Indonesia? “Ada peningkatan sebesar 1,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Muhammad Arif, Ketua Umum APJII. Menariknya, dari jumlah tersebut, pengguna internet didominasi oleh satu kelompok saja. Maksud dari kelompok ini adalah orang-orang dengan rentang usia tertentu yang “menguasai” jagad internet Tanah Air. Siapa mereka? Menurut survey itu, terdapat enam kelompok dengan rentang usia bermacam-macam. Dari kelompok generasi itu, Gen Z adalah orang-orang yang menguasai jagad internet di Indonesia.
-
Kenapa internet cepat penting? Internet yang cepat dapat membantu berbagai hal dalam hidup seseorang, mulai dari hal rekreasi hingga dalam bidang profesi.
-
Dimana internet pertama kali diakses di Indonesia? Perkembangan akses internet di Indonesia dimulai dengan kelahiran protokol IP pertama pada tahun 1988.
-
Bagaimana internet berkembang dan menjadi global? ARPANET pertama kali terhubung hanya empat komputer di empat universitas di Amerika Serikat. Namun, seiring berjalannya waktu, jaringan ini tumbuh pesat. Pada tahun 1983, protokol TCP/IP diperkenalkan, yang memungkinkan jaringan komputer yang berbeda untuk berkomunikasi satu sama lain, membuka pintu bagi pertumbuhan internet global.
-
Apa yang mau dilakukan Menkominfo untuk meningkatkan kecepatan internet di Indonesia? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan pemerintah memberikan perhatian khusus mengenai kecepatan internet. Menurutnya, kecepatan internet Indonesia masih rendah dengan angka 24,9 Mbps. Angka itu bawah Philipina, Kamboja, dan Laos, menurutnya Indonesia hanya unggul dari Myanmar dan Timor Leste di kawasan Asia Tenggara.
-
Apa itu yang dimaksud dengan penetrasi internet? Penetrasi internet yang tinggi di negara-negara tersebut menunjukkan perkembangan teknologi dan aksesibilitas yang semakin meningkat, meskipun ada variasi dalam jumlah pengguna berdasarkan populasi total.
"Masuk kurikulum!", demikian jawab 52 persen responden. 29 persen lainnya memilih menjadi 'materi khusus guru BK', 18 persen memilih menjadi kegiatan 'ekstra-kurikuler', dan hanya 1 persen berpendapat bahwa literasi digital/Internet belumlah perlu ada di materi dalam lingkup sekolah.
Data di atas merupakan hasil jajak pendapat sederhana yang dilakukan ICT Watch terhadap 165 (seratus enam puluh lima) Bapak/Ibu Guru BK ketika mengikuti pelatihan kompetensi, salah satunya tentang Internet Sehat (internetsehat.id), yang difasilitasi Universitas Pancasila, 8 Desember 2015 lalu. Walau sudah dipastikan literasi digital atau Internet perlu bagi siswa, ternyata kegiatan penyampaian materi tersebut di sekolah-sekolah tidak lah memadai.
40 Persen responden menyatakan 'tidak pernah' ada kegiatan workshop atau seminar tentang literasi digital atau Internet di sekolah untuk siswa dan 52 persen responden menyatakan hanya 'sesekali/insidentil'.
Hanya 7 persen yang menyatakan 'rutin/berkala', dan 1 persen lainnya 'tidak tahu'. Padahal 88 persen responden menegaskan bahwa 'ada cukup banyak' pelajaran atau tugas sekolah yang menganjurkan siswa untuk mencari jawaban di Internet! 12 persen lainnya menyatakan 'hanya sedikit' dan tidak ada yang menjawab 'tidak ada' atau 'tidak tahu'.
Kemudian ketika ditanyakan seberapa sering terjadi kasus di sekolah yang terkait dengan penggunaan Internet oleh siswa, 16 persen menyatakan 'cukup sering', 53 persen responden menyatakan 'sesekali', 21 persen 'jarang' dan hanya 10 persen yang menyatakan 'tidak pernah'.
Lantas menurut responden, resiko apa yang paling sering dihadapi murid ketika menggunakan Internet? 35 persen adalah kecanduan (Internet), 29 persen adalah terpapar konten negatif, 22 persen cyberbully, 10 persen pelanggaran privasi dan 4 persen predator (pedofil) online.
Baca juga:
Gerah atas pernyataan Donald Trump, netizen bikin petisi online
UKM ramai-ramai titip jualan di situs marketplace
140 E-commerce semarakkan Hari Belanja Online Nasional 2015
Genjot pelanggan korporat, Indosat Ooredoo fokuskan tiga hal
Pengguna internet meningkat, bisnis e-commerce moncer