Pelanggan desak Telkomsel jelaskan soal penyadapan
YLKI desak Telkomsel agar menjelaskan kepada publik soal keamanan jaringannya.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak agar Telkomsel menjelaskan kepada publik soal keamanan jaringannya setelah isu penyadapan merebak pada 1,8 juta pelanggannya yang bocor ke tangan Australian Signals Directorate.
Laporan yang dibeberkan Edward Snowden mengungkapkan sepanjang tahun 2013, Australian Signals Directorate mendapatkan hampir 1,8 juta kunci enkripsi utama yang digunakan operator seluler Telkomsel untuk melindungi percakapan pribadi dari pelanggannya.
Badan Intelijen Australia juga membongkar semua enkripsi yang dilakukan Telkomsel. Data pengguna telepon seluler pada akhir 2013 menunjukkan,Telkomsel memiliki 125 juta pelanggan atau menguasai lebih dari 50 persen pasar.
Ketua Pengurus Harian YLKI Sudaryatmo mendesak agar Telkomsel harus menjelaskan kepada publik soal ketidakamanan jaringan telekomunikasi mereka.
"Mengapa bisa sampai disadap, apakah ada unsur kesengajaan atau tidak, ini yang perlu dijelaskan. Perlindungan konsumen harus jadi concern utama," tegas Sudaryatmo, Rabu (19/2).
Menurut dia, kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi pengguna layanan telekomunikasi Telkomsel. Konsumen diminta berhati-hati setelah kejadian terkuaknya indikasi tidak aman atas operator seluler tersebut.
Menurut praktisi telekomunikasi Raherman Rahanan, tiga titik penting di operator seluler yang rawan terhadap penyadapan adalah SMSC, CDR (Call Data Record)/Billing Record, dan MSC.
Sistem ini masih bisa diamankan dengan membeli feature Enkripsi SMSC, SoP Pengamanan Billing CDR, dan SoP akses ke MSC.
"Itu dulu. Kini, ketika Mobile Operator menyerahkan operasionalnya ke pihak lain, MS (Managed Service), siapakah yang harus dihukum, apabila data-data di atas bocor? Operator atau manage service company? Mobile Operator (MO) atau "Manage Service (MS) Company" ujarnya.