Penjualan iPhone Jeblok, Apple Justru Tertolong Apple Watch
Penjualan iPhone Jeblok, Apple Justru Tertolong Apple Watch
Apple baru saja melaporkan pendapatan kuarta ketiga fiskal yang mencakup periode tiga bulan, yakni April hingga Juni.
Melansir Phone Arena, Apple menyatakan bahwa pendapatan yang dicapai dalam penjualan seluruh varian iPhone mencapai 25,99 miliar Dollar. Angka ini turun dari tahun lalu yang berhasil mencatat 29,47 miliar Dollar. Rasio penurunan ini cukup signifikan, yakni 12 persen.
-
Siapa saja yang memilih iPhone seri lawas? Pengguna Android yang membeli iPhone, yaitu sebanyak 10—15% dari semua pembeli iPhone dalam suatu kuartal, secara tidak mengherankan, banyak yang membeli iPhone lawas.
-
Apa yang dilakukan iPhone dengan foto pengguna? Face-ID dirancang untuk berfungsi mendeteksi pengguna misal sedang menggunakan topi, syal, kacamata, lensa kontak, atau kacamata hitam. “Selain itu, ini dirancang untuk bekerja di dalam ruangan, di luar ruangan, dan bahkan dalam kegelapan total,” ungkap dia.
-
Mengapa Apple disebut-sebut menunda peluncuran iPhone lipat? Analisa itu sejauh ini masih misterius. Yang jelas Apple telah menerima paten baru terkait dengan perangkat elektronik dengan layar lipat yang tahan lama.
-
Bagaimana pengguna iPhone lebih sering menggunakan ponselnya? Selain itu, secara keseluruhan, pengguna iPhone diketahui lebih sering menggunakan ponsel mereka daripada pengguna Android. Mereka mengirim SMS dua kali lebih banyak dan mengambil gambar dua kali lebih banyak per hari dibandingkan dengan pengguna Android.
-
Bagaimana iPhone merekam foto pengguna? iPhone memiliki fitur Face-ID yang secara rutin memang akan menembakan sinar inframerah. Sinar inframerah ini kemudian ditangkap oleh kamera TrueDepth. Kamera TrueDepth ini berfungsi untuk merekam data wajah secara akurat dengan memproyeksikan dan menganalisis ribuan titik tak terlihat untuk membuat peta kedalaman wajah dan juga menangkap gambar inframerah wajah.
-
Di mana iPhone penumpang Alaska Airlines itu ditemukan? Seorang pria di Vancouver, Washington, Sean Bates, memposting di X bahwa dia menemukan iPhone di Portland pada hari Minggu .Ia menemukan setelah Dewan Keselamatan Transportasi Nasional meminta orang-orang di daerah tersebut untuk mencari potongan-potongan yang mungkin jatuh dari jet.
Penurunan ini jauh lebih besar dari apa yang diprediksi oleh para pakar di Wall Street. Bahkan dalam rentang waktu 9 bulan, pendapatan Apple dari iPhone turun tajam dari 128,1 miliar ke 109 miliar.
Kegagalan yang Mencetak Sejarah
Jebloknya penjualan iPhone ini ternyata menorehkan sejarah. Pasalnya, ini adalah pertamakalinya sejak tahun 2012 silam, penjualan iPhone tak sampai 50 persen keseluruhan pemasukan Apple.
Berdasarkan data, penjualan iPhone hanya berkontribusi sebanyak 48,3 persen saja terhadap total pendapatan Apple. Total pendapatan Apple sejumlah 53,8 miliar Dollar.
Pemasukan ini mendapatkan kontribusi dari penjualan iPad yang jadi penguasa pasar tablet pasca merilis dua model yakni iPad Pro tahun lalu dan iPad Air baru pada Maret lalu.
Unit Apple Watch Jadi 'Penyelamat'
Karena lesunya penjualan iPhone, Apple hanya bisa berharap pada unit Layanannya seperti Apple Music, Apple News+, Apple Arcade, AppleCare, ApplePay, App Store, iCloud, dan masih banyajk lagi.
Namun, sumbangan signifikan datang dari segmen aksesoris canggih atau wearables. Dengan produk utama Apple Watch dan AirPods, produk aksesoris canggih Apple berada pada puncak kejayaannya dengan mencetak pemasukan 5,53 miliar Dollar hanya dalam tiga bulan saja.
Di periode yang sama tahun lalu, bahkan 4 miliar saja tak tercetak. Jadi, ini adalah kenaikan yang sangat signifikan dan berjasa 'menambal' lesunya penjualan iPhone.
Penyebab Lesunya Penjualan iPhone
Disebut dalam laporan Phone Arena, salah satu penyebab lesunya penjualan iPhone adalah matinya penjualan di negeri China. Pasalnya menguatnya Dollar sebagai buntut perang dagang AS Tiongkok adalah kambing hitamnya.
Hal ini juga dipicu oleh pola pembalian individu yang makin skeptis dengan produk AS, terlebih pasca Huawei dimasukkan dalam black list entitas perdagangan AS.
Pendapatan turun juga terjadi di Eropa sebagai buntut banyaknya merek-merek baru seperti OnePlus dan Xiaomi yang menyerbu pasar benua biru.
(mdk/idc)