Saran bos Plug and Play buat para konglomerat Indonesia
Menurut CEO Plug and Play, Saeed Amidi, saat ini perusahaan rintisan digital di Indonesia telah berkembang. Namun minat investasi konglomerat Indonesia pada bisnis startup masih minim. Karenanya, Plug and Play bermaksud untuk mempresentasikan mengenai investasi rintisan digital pada konglomerat Indonesia.
CEO Plug and Play, Saeed Amidi memberikan pandangannya terkait perusahaan rintisan digital di Indonesia. Menurutnya, saat ini perusahaan rintisan digital di Indonesia telah mengalami perkembangan.
Hanya saja perlu didorong lebih oleh para konglomeratnya. Pasalnya, saat ini masih sedikit jumlah konglomerat di Indonesia yang berani untuk berbisnis startup.
"Kami ingin mengedukasi para konglomerat di Indonesia untuk memiliki divisi teknologi dan divisi investasi startup. Dan dari itu, mereka akan melihat unicorn baru hasil dari investasinya yang mampu menghasilkan uang yang tak kalah menarik di luar bisnis real estate, manufaktur, pertanian, dan konsumer produk," ujarnya usai acara peluncuran Plug and Play di Indonesia, Jakarta, Senin (14/11).
Keadaan ini tentu saja berbanding terbalik di Amerika Serikat. Dikatakannya, perusahaan-perusahaan besar di sana tergolong berani untuk melakukan investasi startup dan menjadi bagian dari digital transformasi.
Meski begitu, pemerintah Indonesia juga perlu membuat regulasi yang memudahkan para investor untuk membenamkan duitnya bagi perusahaan rintisan digital.
"Bukan sesuatu yang tidak mungkin jika bisa menggaet para konglomerat, Indonesia mampu membuat platform teknologi terbesar di Asia Tenggara melebihi Singapura," terangnya.
Plug and Play sendiri merupakan perusahaan inkubator sekaligus venture capital yang bermarkas di Silicon Valley, Amerika Serikat. Sejauh ini, Plug and Play telah membenamkan dananya ke lebih dari 550 perusahaan rintisan digital, termasuk di antaranya adalah PayPal dan DropBox.