XL setuju perpindahan kanal frekuensi 4G 1800 Mhz secara direct
XL beranggapan metode ini akan lebih hemat dari segi biaya.
Pasca ditandatanganinya surat edaran Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 1 tahun 2015 tentang kebijakan penataan ulang 4G di frekuensi 1800 MHz, saat ini pemerintah dan operator sedang membahas implementasinya.
Penataan ulang ini sendiri bertujuan agar operator bisa menempati blok pita frekuensi secara berurutan demi mengoptimalkan spektrum yang mereka miliki.
-
Apa yang XL Axiata terus perluas di Sulawesi? PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) terus memperluas jaringan Fix Mobile Convergence (FMC) di Sulawesi.
-
Apa yang dibangun XL Axiata di Sulawesi? XL Axiata meresmikan beroperasinya jaringan backbone fiber optic jalur Gorontalo – Palu untuk melayani lonjakan trafik layanan seluler di seluruh Sulawesi dan mendukung layanan internet rumah.
-
Kenapa XL Axiata ingin meningkatkan penetrasi layanan konvergensi di Indonesia? XL Axiata dengan Link Net diharapkan akan mampu meningkatkan penetrasi layanan konvergensi di Indonesia.
-
Bagaimana XL Axiata mempersiapkan diri untuk memperluas layanan konvergensi? Dalam kerja sama ini, XL Axiata telah menyiapkan perencanaan (planning) dan desain target pasar yang bisa melayani kebutuhan layanan konvergensi (convergence). Sementara itu, Link Net akan melakukan desain jaringan dan kapasitas yang dapat memenuhi kebutuhan target pasar XL Axiata.
-
Mengapa XL Axiata memperluas jaringan XL SATU Fiber di Morowali? Potensi pasar untuk layanan konvergensi di Sulawesi sangat besar karena digitalisasi di semua bidang juga telah menjangkau hingga ke pelosok daerah, termasuk Morowali. Sampai saat ini penetrasi XL Satu telah mencapai sekitar 30%,” ujar dia.
-
Di mana XL Axiata menargetkan perluasan layanan konvergensi? Dalam lima tahun ke depan, kedua pihak akan memperluas cakupan layanan hingga 8 juta home pass.
Pembahasan mengenai hal itu masih dalam tahap kesepakatan untuk memulai wilayah mana yang akan mulai terlebih dahulu dan metode perpindahan kanal frekuensinya. Namun, yang lebih menjadikannya alot adalah metode perpindahan kanal frekuensi antara direct atau indirect.
Metode perpindahan kanal frekuensi dengan cara direct ini adalah perpindahan kanal frekuensi baru secara langsung yang telah ditentukan oleh pemerintah. Sementara indirect, perpindahan kanal frekuensi baru yang menggunakan alokasi frekuensi lainnya terlebih dahulu.
Pembahasan metode perpindahan yang masih alot ini juga dibenarkan oleh Chief Service Management Officer (CSMO) XL, Ongki Kurniawan. Menurutnya, masing-masing operator punya persepsi sendiri-sendiri tentang metode perpindahan.
"Masing-masing operator punya approach sendiri untuk masalah ini. Intinya, pada dasarnya sebagian besar kita sudah sepakat. Tapi, memang ada dua hal itu yang belum ada kata kesepakatan yakni metode perpindahan dan wilayahnya," ungkap Ongki seusai acara diskusi IndoTelko Forum dengan tajuk '4G & Rich Content: a New Era of Indonesian Broadband' di Jakarta, (24/3).
Lebih lanjut, Ongki menjelaskan jika hal itu wajar karena setiap operator memiliki persepsi risiko berbeda-beda. Dalam masalah metode perpindahan kanal frekuensi ini, XL dengan tegas menggunakan metode perpindahannya secara direct.
"Kalau dari sisi XL, kita masuk dalam posisi direct. Karena kita lihat dari implementasi di negara lain, so far yang sukses menggunakan metode perpindahan direct dan itu sudah ada contohnya di Australia," ujarnya.
Metode perpindahan kanal frekuensi ini ternyata juga berpengaruh terhadap biaya. Pasalnya, kata dia, jika menggunakan metode perpindahan direct, maka hanya sekali berpindah jadi tidak ada biaya dua kali lipat dari metode perpindahan indirect.
"Kalau direct kan langsung. Hanya sekali. Tapi, kalau yang indirect itu kan harus transit dulu. Jadi, wajar kalau lebih mahal," tutupnya.
(mdk/dzm)