120 Contoh Peribahasa Bahasa Indonesia & Artinya, Para Pelajar Harus Tahu
Berikut kumpulan contoh peribahasa Bahasa Indonesia dan artinya.
Bagi sebagian besar orang, mungkin sudah tidak asing dengan beberapa peribahasa Bahasa Indonesia. Seperti misalnya, 'tong kosong nyaring bunyinya' dan 'bagai pinang dibelah dua' yang memang populer diucapkan oleh masyarakat luas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu. Ini juga termasuk bidal atau pemeo (sindiran), tamsil (ibarat), semboyan, dan ungkapan.
-
Bagaimana cara berlatih pidato bahasa Jawa? Agar dapat berpidato dengan fasih dan lancar, tentu diperlukan latihan secara berulang-ulang. Para pelajar pun dapat berlatih untuk berpidato dengan naskah yang akan dibicarakan di depan umum.
-
Bagaimana Bahasa Indonesia berkembang pesat melampaui bahasa induknya, bahasa Melayu? Bahasa Indonesia berkembang pesat melampaui bahasa induknya, bahasa Melayu, sehingga menjadikannya bahasa terbesar di Asia Tenggara.
-
Apa itu peribahasa Minangkabau? Sebuah pepatah umumnya berisi pesan dan makna yang diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi hidup. Setiap daerah bahkan punya pepatahnya masing-masing. Salah satunya adalah pepatah Minang.
-
Apa saja jenis-jenis kata depan di bahasa Indonesia? Jenis-jenis Kata Depan Berikut beberapa jenis kata depan, antara lain: Kata Depan Dasar Jenis-jenis kata depan yang pertama adalah kata dasar.Jenis kata depan ini tidak memiliki imbuhan, awalan, atau sisipan.
-
Bahasa apa saja yang dimiliki oleh Indonesia? Indonesia yang ternyata punya 707 bahasa berada di peringkat kedua.
-
Mengapa penting untuk memahami jenis-jenis kata dalam bahasa Indonesia? Jenis kata wajib diketahui. Pasalnya, kata-kata adalah bagian fundamental dari bahasa, yang menjadi pembentuk komunikasi manusia. Setiap hari, kita menggunakan ribuan kata untuk berbicara, menulis, membaca, dan memahami dunia di sekitar kita.
Peribahasa biasanya dibuat dengan kalimat ungkapan atau kalimat yang ringkas dan padat untuk menyampaikan nasihat, prinsip hidup, atau nilai moral. Terkadang peribahasa juga digunakan untuk memperindah kalimat.
Peribahasa pun tidak hanya digunakan ketika sekolah saja. Saat menjalani kehidupan bermasyarakat, terkadang masih menggunakan peribahasa untuk mengekspresikan sesuatu. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui peribahasa Bahasa Indonesia beserta artinya.
Lantas apa saja kumpulan contoh peribahasa Bahasa Indonesia dan artinya? Melansir dari berbagai sumber, Senin (16/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
Contoh Peribahasa Bahasa Indonesia & Artinya I
1. Ada angin ada pohonnya = Segala sesuatu itu pasti ada asal mulanya
2. Ada batang cendawan tumbuh = Di mana kita berada, maka di sana pula rezeki kita.
3. Ada beras taruh dalam padi = Rahasia (aib) hendaklah disimpan rapat-rapat (baik-baik).
4. Ada gula ada semut = Di mana terdapat kesenangan, ke sanalah biasanya orang banyak akan berdatangan (berkumpul).
5. Ada hujan ada panas, ada hari boleh balas = Senantiasa masih ada kesempatan untuk membalas dendam.
6. Ada nyawa ada ikan = Meskipun masih hidup, namun sudah dalam kondisi yang hampir mati.
7. Ada rotan ada duri = Jika ada kesenangan tentu ada pula kesusahan.
8. Ada ubi ada talas = Kebaikan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan dibalas dengan kejahatan pula.
9. Ada udang di balik batu = Mempunyai tujuan (maksud) yang tersembunyi.
10. Adat gunung tepatan kabut = Orang kaya biasanya menjadi tempat meminta bagi orang yang miskin. Orang pandai biasanya menjadi tempat untuk bertanya orang bodoh.
11. Adat pasang berturun naik = Keadaan (kondisi) semisal harta kekayaan, pangkat atau jabatan itu senantiasa berubah-ubah karena tak ada yang abadi di dunia ini.
12. Adat periuk bergerak, adat lesung berdekak = Untuk mendapatkan keuntungan atau kejayaan, hendaklah berani menanggung kesusahan (kesukaran).
13. Agih-agih kungkung = Terlalu baik (murah hati) hingga akibatnya malah menderita kesusahan sendiri.
14. Air beriak tanda tak dalam = Orang yang banyak omongannya biasanya ilmunya kurang.
15. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga = Sifat serta perilaku orang tua biasanya akan menurun pada anak-anaknya.
16. Air di daun keladi = Seseorang yang sangat sulit menerima saran (nasihat). Orang yang sukar sekali diajar.
17. Anak dipangku dilepaskan beruk dalam rimba disusukan = Urusan sendiri ditelantarkan, namun urusan orang lain malah dipikir (diurusi).
18. Anak harimau tiada akan menjadi anak kambing = Bagaimanapun juga anak seorang pemberani tidak akan menjadi anak penakut (pengecut).
19. Angan-angan menerawang langit = Bercita-cita (berangan-angan) terlalu tinggi.
20. Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam = Rahasia itu tidak selamanya dapat disembunyikan, suatu waktu akan terbuka pula.
21. Ayam berkokok harikan siang = Telah nyata (jelas). Sudah pasti.
22. Badan boleh dimiliki tetapi hati tiada boleh dimiliki = Seseorang yang melakukan (mengerjakan) sesuatu, namun pikirannya tertuju kepada yang lainnya.
23. Bagai air ditarik sungsang = Sesuatu menjadi sangat sukar untuk dilakukan, karena pelakunya sama sekali tidak mengerti bagaimana cara melakukannya.
24. Bagai anjing terjepit pagar = Merasa tidak berdaya.
25. Bagai ayam kena kepala = Tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
26. Bagai beliung dengan asahan = Persahabatan (pertemanan) yang sangat erat.
27. Bagai belut kena ranjau = Orang yang licin dan cerdik dapat juga tertipu.
28. Bagai bulan kesiangan = Wajahnya terlihat pucat pasi dan tubuhnya nampak lesu.
29. Bagai bulan dengan matahari = Dua hal yang sebanding.
30. Bagai buntal kembung = Sudah bodoh, sombong lagi sifatnya.
31. Bagai duri dalam daging = Selalu ingat perasaan yang kurang menyenangkan hatinya.
32. Bagai galah di tengah arus = Selalu berkeluh kesah karena mendapatkan kemalangan (kesusahan).
33. Bagai galah dijual = Sudah habis binasa harta kekayaannya.
34. Bagai garam jatuh ke laut = Nasihat (saran) yang mudah diterima orang lain.
35. Bagai itik pulang petang = Amat lambat perjalanannya.
36. Bagai katak dalam tempurung = Sangat sempit pengetahuan, pengalaman, dan juga pandangannya.
37. Bagai kucing lepas senja = Sangat sulit didapatkan (dicari).
38. Bagai makan di daun pisang, habis makan piring dibuang = Seseorang yang merasa bersedih hati mengingat jasanya telah diabaikan orang.
39. Bagai manik putus talinya = Air mata yang jatuh bercucuran sebab mendengar berita yang menyedihkan.
40. Bagai mendapat durian runtuh = Mendapat keuntungan besar yang tidak disangka-sangka.
Contoh Peribahasa Bahasa Indonesia & Artinya II
41. Bagai menentang matahari = Berani menentang (melawan) penguasa (orang yang berkuasa) hanya akan mengakibatkan kebinasaan (kecelakaan).
41. Bagai mengail kucing hanyut = Mengerjakan suatu perbuatan yang sia-sia (tidak berguna).
42. Bagai orang kena miang = Karena mendapat malu yang sangat hingga membuatnya amat gelisah.
43. Bagai pungguk merindukan bulan = Menginginkan sesuatu yang mustahil tercapai (terlaksana).
44. Bagai si cebol rindukan bulan = Menghendaki sesuatu yang mustahil tercapai.
45. Bagai terbuang kesisiran = Merasa gembira karena terbebas dari kesukaran (kesusahan).
46. Bagaimana bunyi gendang begitulah tarinya = Sesuatu itu harus dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya.
47. Bahasa menunjukkan bangsa = Baik atau buruknya tabiat dan sifat seseorang dapat dilihat dari tutur kata (bahasa)-nya.
48. Bak bergendang ke Sirukam, perut kenyang emas dapat = Diperintahkan untuk mencari ilmu dan juga diberi upah untuk itu.
49. Bak ilmu padi makin berisi makin runduk = Tidak sombong, makin tinggi ilmunya makin merendahkan diri.
50. Belalang hendak menjadi elang = Orang hina (bodoh) berlagak seperti orang terhormat (kaya).
51. Berat sepikul ringan sejinjing = Seia sekata, susah senang sama-sama dirasakan (dilakukan) bersama.
52. Berlayar atas angin = Mendapat bantuan (pertolongan) pihak lain.
53. Bertanam tebu di bibir = Membujuk (merayu) dengan ucapan yang manis-manis. Baik (manis) bicara atau tutur katanya namun sesungguhnya mempunyai maksud tertentu hingga tidak baik dalam pelaksanaannya.
54. Bertandang ke surau = Berkunjung (bertamu) ke rumah orang namun tidak mendapat suguhan (jamuan) apapun juga.
55. Bertemu ruas dengan buku = Kondisi (keadaan) yang seimbang (sesuai), cocok, bertemu dengan jodohnya.
56. Bertukar beruk dengan ciga = Sama saja.
57. Berudang di balik batu = Menolong seseorang namun mempunyai maksud (tujuan) tertentu.
48. Berunding dengan kartu terbuka = Berterus terang, tanpa menyembunyikan sesuatu rahasia apapun juga.
59. Besar berudu di kubangan, besar buaya di lautan = Tiap orang besar (penguasa) mempunyai kekuasaan di wilayah (daerahnya) masing-masing.
60. Besar bungkus tak berisi = Orang yang banyak omong kosong biasanya tidak berilmu.
61. Besar jangan disangka bapak, kecil jangan disangka anak = Jangan lekas mengajukan permintaan atau memberi nasihat kepada seseorang yang belum diketahui keadaannya dengan baik.
62. Besar periuk besar keraknya = Semakin banyak penghasilan atau pendapatannya, maka akan semakin banyak pula pengeluarannya.
63. Besi baik tiada berkarat = Ucapan yang baik selamanya akan terpuji.
64. Biang menanti tembuk = Suatu perkara (masalah) yang hampir mendapat kepastian (keputusan).
65. Biar lambat asal selamat, takkan lari gunung dikejar = Keselamatan diri lebih penting diutamakan, sekalipun dilakukan dengan lambat (perlahan).
66. Biar putih tulang jangan putih mata = Daripada hidup menanggung malu yang besar, lebih baik mati berkalang tanah.
67. Biar titik jangan tumpah = Lebih baik merugi sedikit daripada habis semuanya (rugi yang banyak).
68. Biduk tiris menanti karam = Sudah tidak dapat ditolong lagi.
69. Bintang di langit dibilang, tetapi arang di muka tak sadar = Kesalahan orang lain diketahui, namun kesalahan sendiri malah tidak disadari.
70. Bintang gelap = Sedang mengalami kesedihan (kesusahan, halangan).
71. Bintang terang = Sedang mengalami keberuntungan.
72. Buka kulit ambil isi = Berkata jujur (terus terang) dan tidak berbelit-belit.
73. Bukit sama didaki, lurah sama dituruni = Seia sekata, susah senang senantiasa bersama-sama.
74. Bulan naik matahari naik = Memperoleh keuntungan dari berbagai arah.
75. Bumi hangus = Sama sekali hancur lebur.
76. Bunga dipetik perdu ditendang = Hanya ingin mengambil (mendapatkan) keuntungannya saja.
77. Busuk kerbau jatuh berdebuk = Tindakan yang tidak baik pasti akan ketahuan pada akhirnya.
78. Cacing hendak menjadi naga = Orang hina (miskin) berlagak meniru-niru orang mulia (kaya).
79. Cacing menjadi ular naga = Orang yang semula miskin berubah menjadi orang kaya.
80. Campak bunga dibalas dengan tahi = Kebaikan dibalas dengan keburukan (kejahatan).
Contoh Peribahasa Bahasa Indonesia & Artinya III
81. Cepat kaki ringan tangan = Cekatan dan cepat melakukan suatu perbuatan. Senantiasa cepat bersedia menolong orang lain.
82. Cerdik perempuan melabuhkan, saudagar muda mengutangkan = Orang yang tidak pandai dan juga belum berpengalaman seringkali mendatangkan kesusahan.
83. Cinta buta = Ketika dilanda (dimabuk) cinta, maka tak lagi menggunakan akal pertimbangan.
84. Cinta harta api membara = Cinta yang hanya berlandaskan harta kekayaan.
85. Dagangan bersambut yang dijualnya = Cerita (kisah) dari orang lain yang diceritakannya kembali.
86. Dagunya lebah bergantung = Bentuk dagu yang sangat bagus.
87. Daging gajah dilapah, daging tuma dicecah = Pembagian yang adil, banyak atau sedikit dibagi rata.
88. Dahulu timah, sekarang besi = Dulu masih bisa dibentuk namun kini sudah tidak lagi. Hartawan yang telah habis harta kekayaannya.
89. Dalam madu berisi empedu = Dalam ucapan yang manis biasanya terdapat tipu daya.
90. Dalam laut boleh diajuk dalam hati siapa tahu = Kita tidak dapat mengetahui isi hati (pikiran) orang lain.
91. Dapat durian runtuh = Mendapat keuntungan besar tanpa susah payah.
92. Dapat kopi pahit = Mendapat teguran dan kemarahan.
93. Dari bahu hendak ke kepala = Diberi kekuasaan (wewenang) sedikit namun menginginkan untuk menguasainya.
94. Dari lecah lari ke duri = Menghindarkan diri dari kesulitan namun datang kesulitan yang lebih besar kemudian.
95. Dari semak ke belukar = Pindah (meninggalkan) dari sesuatu yang buruk namun memperoleh keburukan pula kemudian.
96. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah = Lebih baik mati daripada hidup dengan menanggung malu.
97. Datang tampak muka, pergi (pulang) tampak punggung = Datang dan pergi dari rumah orang hendaknya sama baik (sopan)-nya. Datang maupun pergi hendaknya memberi tahu.
98. Datar bagai lantai papan, licin bagai dinding cermin = Keputusan hakim yang adil, hukuman yang adil.
99. Daun keladi dimandikan = Seseorang yang sangat sulit menerima saran (nasihat). Orang yang sukar diajar.
100. Dekat mencari indu, jauh mencari suku = Jika merantau ke daerah yang dekat, cukup mencari orang yang masih mempunyai hubungan berkerabatan dengannya. Namun jika merantau ke negeri jauh, mencari orang yang sama-sama sesuku dengannya.
101. Delima merekahkan diri = Membuka aib (rahasia) diri sendiri.
102. Di luar merah, di dalam pahit = Tampak baik di luar, namun buruk di dalamnya.
103. Diam-diam ubi = Tampak pendiam, namun banyak berpengetahuan (berpengalaman).
104. Diambil pati dibuang ampas = Diambil yang penting-pentingnya saja.
105. Dilihat rupa dimakan rasa = Sesuatu yang telah dibuktikan dan disaksikan orang.
106. Dimabuk bayang-bayang = Gila kepada sesuatu yang mustahil bisa didapatkannya.
107. Di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung = Di mana pun juga kita berdiam (tinggal), hendaklah mengikuti adat istiadat yang berlaku di daerah itu.
108. Di mana bunga yang kembang di situlah banyak kumbang = Di mana banyak wanita cantik, maka di situ pula banyak lelaki.
109. Di mana tiada rotan, akarpun jadi = Meski kurang baik, namun dapat digunakan (dipakai) pula. Jika tidak ada yang baik, maka yang kurang baik pun boleh juga.
110. Emas berpeti kerbau berkandang = Harta kekayaan itu hendaknya disimpan pada tempatnya dengan sebaik-baiknya.
111. Emas tahan uji = Orang ahli berani ditanya.
112. Esa hilang dua terbilang = Kuat bersikeras untuk melakukan sesuatu. Seorang pemimpin meninggal meninggal dunia akan muncul beberapa orang penggantinya.
113. Gadai terdorong kepada Cina = Sesuatu yang telah diperbuat tidak bisa ditarik kembali.
114. Gagak putih bangau hitam = Sesuatu yang mustahil terjadi.
115. Gajah mati karena gadingnya = Seseorang meninggal dunia karena kelebihan (keunggulan) yang dimilikinya.
116. Gajah mati meninggalkan gading = Jika orang baik meninggal dunia, kebaikannya akan dikenang orang banyak.
117. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari = Kelakuan (perilaku) guru (atasan) akan ditiru oleh murid-muridnya (bawahannya).
118. Habis perkara, nasi telah menjadi bubur = Tidak ada guna manfaatnya lagi untuk diperbincangkan.
119. Hangat-hangat tahi ayam = Kemauan hati yang tidak kuat.
120. Harimau mati karena belangnya = Mendapatkan kecelakaan karena menunjukkan kelebihannya.