Fakta Nyelekit Pekerja Indonesia Disentil Menteri Lebih Lama Ngopi Dibanding Kerjanya, Tenaga Kerja Asing Lebih Baik?
Bahlil Lahadalia nyentil pekerja Indonesia yang lebih lama ngopi ketimbang kerja.
Bahlil Lahadalia baru saja menjalankan Sidang Terbuka Promosi Doktor Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia di Kampus UI. Sidang tersebut digelar pada Rabu 16 Oktober 2024.
Judul disertasi Bahlil adalah 'Kebijakan, Kelembagaan, Tata Kelola, Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia.' Dalam pemaparannya, Bahlil banyak menyinggung tentang perilaku pekerja di Indonesia.
- Bolos Kerja 70 Hari, Hakim Pengadilan Tinggi Medan Dipecat
- Daftar Negara Asean Paling Banyak Pengangguran, Indonesia Nomor Berapa?
- Banyak Masyarakat Indonesia Mau Pindah jadi Warga Negara Singapura, Begini Persyaratannya
- Cerita Wanita Calon Pekerja Luar Negeri, Berharap Gaji Besar Meski Tidak Sesuai Prosedur
Bahkan, salah satu fakta dalam pernyataan Bahlil adalah bahwa pekerja Indonesia lebih lama menghabiskan waktu untuk ngopi ketimbang bekerja. Bagaimana pernyataan lengkapnya? Simak ulasannya sebagai berikut.
Bahlil Sentil Pekerja Indonesia
Sidang promosi doktor Bahlil terekam dalam sebuah video yang diunggah oleh Youtube Universitas Indonesia. Dalam pemaparannya, Bahlil banyak menyinggung tentang perbedaan pekerja asing dan pekerja lokal.
Menurut Bahlil, saat ini ketika ada pekerja asing yang masuk ke Indonesia mereka harus lulus verifikasi dari Kementerian Investasi. Hal itu berbeda dengan situasi pada zaman dulu ketika ia masih menjadi ketua umum HIPMI.
“Waktu dulu saya jadi ketua umum HIPMI, saya juga protes juga tentang TKA. tapi begitu kita lihat secara objektivitasnya memang harus jujur ya memang kita harus mempersiapkan anak-anak kita dengan baik,” kata Bahlil.
Lebih Lama Ngopi Ketimbang Kerja
Bahlil menambahkan jika kecenderungan pekerja Indonesia sering mengulur-ulur waktu agar waktu istirahat mereka jadi lebih banyak ketimbang waktu produktif yang harus mereka kerjakan.
Maka dari itu, ia menekankan perlunya peningkatan kualitas pekerja Indonesia agar bisa naik dan memiliki standar kerja yang sama dengan para pekerja asing.
“Etos kerja, skill kerja. Jangan minum kopinya lebih lama daripada kerjanya, kan kita-kira begitu. Kita itu kadang-kadang begitu, sholatnya 30 menit, makannya 20 menit, barang itu jadi dua jam,” ucap Bahlil.
Bahlil juga menyampaikan jika dengan masuknya pekerja asing, maka akan muncul kultur baru dari para pekerja lokal agar tumbuh kultur kompetisi yang nantinya akan berdampak pada produktivitas pekerja lokal.
“Dengan masuknya mereka (TKA) itu melahirkan sebuah kultur untuk berkompetisi. Nah di situlah kita perlu meningkatkan produktivitas kita,” terang Bahli.