Miliki Ibu Kandung Orang Indonesia, Sebelum Jadi Polisi di Belanda Andre Kuik Bekerja di Restoran
Seorang polisi Belanda asal Indonesia, Andre Kuik akhirnya pulang kampung, ia bercerita pernah kerja di restoran sebelum akhirnya bekerja di kepolisian.
Seorang polisi Belanda asal Indonesia, Andre Kuik akhirnya pulang kampung, ia bercerita pernah kerja di restoran sebelum akhirnya bekerja di kepolisian.
Miliki Ibu Kandung Orang Indonesia, Sebelum Jadi Polisi di Belanda Andre Kuik Bekerja di Restoran
Andre Kuik adalah Polisi Belanda yang lahir dari rahim seorang ibu Kartini asal Lampung.
Andre yang kini sudah tumbuh dewasa di Eropa akhirnya bisa menginjakkan kaki di tanah air dan bertemu kembali dengan ibu kandungnya.
- Agus Andrianto: Jenderal Polisi Pernah Mengemban 24 Jabatan, Kini Ditunjuk Jadi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan
- Kerja jadi Tukang Besi di Kanada, Potret Tengku Firmansyah Bawa Bekal Nasi Telur Dadar Bikinan Istri
- Mantan PNS Ini Masuk Restoran Tanpa Baju-Sandal, Pesan Makan Paling Enak, Sosoknya Bikin Semua Pelayan Ketakutan
- Garda Pangan, Bagikan Makanan dari Restoran hingga Acara Pernikahan untuk Warga Tak Mampu
Ia sudah berpisah dengan Kartini sejak saat masih bayi. Andre diadopsi oleh orang tua barunya yang tinggal dari Belanda dan tumbuh dewasa di sana. Andre kini sukses menjadi seorang polisi.
Perjalanan menjadi polisi tidaklah mudah bagi Andre. Ia mengaku ketika berusia 17 tahun, ia pernah bekerja di restoran dan menjadi pembantu chef di dapur. Simak ulasannya sebagai berikut.
Polisi Belanda Pulang Kampung ke Indonesia
Di usia 40 tahun, Andre Kuik kembali menemukan ibu kandungnya di Lampung. Ia adalah anak yang lahir di tanah air namun harus berpisah dengan ibundanya untuk diadopsi oleh pasangan orang tua di negeri Belanda.
Dalam wawancaranya dalam sebuah video di channel Youtube Jarwo Songha, Andre mengatakan jika ia sangat disayang oleh orang tuanya di Belanda. Selain itu, di Belanda ia juga mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang bagus.
“Dalam hidup saya, mungkin kalau saya gak diadopsi, saya akan sulit mendapatkan pekerjaan yang bagus. Sekarang saya bekerja sebagai polisi. Dapat pekerjaan yang bagus, kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang lebih baik juga,”
kata Andre.
Pernah Kerja di Restoran
Namun, sebelum menjadi seorang polisi di Belanda, Andre juga sempat bekerja di restoran. Ia mengatakan mendapatkan pekerjaan di dapur tersebut ketika masih berusia 17 tahun. Ketika itu, Andre masih masih duduk di bangku sekolah.
“Pas umur 17 tahun aku sudah kerja di dapur restoran. Bukan chef. Aku masih sekolah itu umur 17 tahun jadi asisten chef,”
ungkap Andre.
Setelah kerja di restoran, Andre baru mencari pekerjaan barunya sebagai seorang polisi. Untuk mendapatkan pekerjaan tersebut, Andre harus sekolah lagi selama 3 tahun dan kemudian akhirnya bisa bekerja di kepolisian Belanda di bagian investigasi.
“Habis itu aku cari kerja lagi, di bagian kepolisian. Terus sekolah lagi 3 tahun. Terus habis itu aku kerja di kantor kepolisian Belanda,” lanjut Andre.
Pisah dengan Ibu Kandung Sejak Baru Lahir
Sejak lahir, Andre telah dipisahkan dengan ibu kandungnya. Bahkan, Kartini mengaku hanya sempat melihat anaknya satu kali di rumah sakit. Andre juga hanya sekali mendapatkan ASI dari Kartini.
Setelah itu, Karini diminta pulang ke rumah dan anaknya Andre tetap harus tinggal. Itu adalah momen terakhir Kartini bertemu dengan Andre. Andre dibawa ke Belanda dan dijadikan sebagai anak adopsi di sana.
“Andre ditinggal di rumah sakit, tapi mamah nggak tahu kalau mau ditinggal. Aku sangka satu minggu, aku tengok, tidak boleh ditengok, ya aku nangis lah. Aku pulang nangis,” kata Kartini.
Meski hanya sekali menyusui anaknya, Kartini bisa mengenali Andre karena tanda lahir di telinganya. Andre memiliki lubang di bagian telinga yang hanya bisa diketahui oleh ibu kandungnya sesaat setelah lahir.
Selain itu, Kartini juga bisa mengenali Andre karena fisik yang dimilikinya. Andre mempunyai bentuk fisik yang mirip seperti suami Kartini. Mulai dari wajah, bentuk badan, hingga cara berjalannya.
“Ini kan ada tandanya, ini bolong. Aku mau melihat ini. Ini macam ayahnya. Badannya, mukanya, jalan-jalannya persis ayahnya,”
kata Kartini.