Tak Main-main, Presiden Rusia Vladimir Putin Langsung Ancam Amerika karena Mau Sebar Rudal di Jerman
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Amerika Serikat agar tidak menyebarkan rudal jarak jauh di Jerman.
Tak Main-main, Presiden Rusia Vladimir Putin Langsung Ancam Amerika karena Mau Sebar Rudal di Jerman
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Amerika Serikat agar tidak menyebarkan rudal jarak jauh di Jerman. Putin mengancam Rusia akan memulai kembali produksi senjata nuklir jarak menengah dan menempatkan rudal serupa dalam jarak serang Barat.
- Diam-Diam Punya Kedekatan dan Kerap Berkomunikasi, Vladimir Putin Sambut Gembira Kemenangan Donald Trump
- Mantan Presiden Rusia Peringatkan Amerika Agar Hindari Pecahnya Perang Dunia III
- Persahabatan Erat Putin dan Kim Jong-Un, Kiriman Artileri Dibalas Hadiah 24 Kuda
- Putin Ungkap Alasan Dirinya Lebih Suka Joe Biden Ketimbang Trump di Pemilu AS 2024
Putin mengatakan AS berisiko memicu krisis rudal bergaya Perang Dingin dengan langkah tersebut.
Pernyataan itu diungkapan Putin saat pidato di depan para pelaut dari Rusia, China, Aljazair, dan India untuk memperingati Hari Angkatan Laut Rusia di bekas ibu kota kekaisaran St Petersburg, Minggu (28/7/2024) Waktu setempat.
"Waktu tempuh rudal semacam itu, yang di masa depan mungkin dilengkapi hulu ledak nuklir, ke target di wilayah kita akan memakan waktu sekitar 10 menit," kata Putin dilansir Aljazeera, Senin (29/7/2024).
"Kami akan mengambil langkah-langkah serupa untuk menyebarkannya, dengan mempertimbangkan tindakan Amerika Serikat, satelitnya di Eropa dan di wilayah lain di dunia," lanjutnya.
Diketahui, AS pada 10 Juli lalu mengatakan akan mulai menyebarkan rudal jarak jauh di Jerman mulai tahun 2026.
Hal itu sebagai bagian dari militerisasi jangka panjang yang akan mencakup SM-6, rudal jelajah Tomahawk, dan senjata hipersonik yang sedang dikembangkan.
Rudal-rudal tersebut, yang dapat menempuh jarak antara 500 dan 5.500 km (310-3.420 mil), merupakan subjek Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang ditandatangani oleh AS dan Uni Soviet pada tahun 1987.
Namun, baik Washington maupun Moskow menarik diri dari perjanjian pengendalian senjata tersebut pada tahun 2019, masing-masing menuduh pihak lain melakukan pelanggaran.
Putin, yang mengirim pasukannya ke Ukraina pada tahun 2022, menggambarkan perang tersebut sebagai bagian dari perjuangan bersejarah dengan Barat, yang menurutnya telah mempermalukan Rusia setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991 dengan melanggar apa yang dianggapnya sebagai wilayah pengaruh Moskow.
Ukraina dan Barat mengatakan Putin terlibat dalam perampasan tanah ala kekaisaran.
Mereka telah berjanji untuk mengalahkan Rusia, yang saat ini menguasai sekitar 18 persen wilayah Ukraina, termasuk Krimea, dan sebagian dari empat wilayah di Ukraina timur.
Rusia mengatakan wilayah tersebut, yang pernah menjadi bagian dari kekaisaran Rusia, kini kembali menjadi bagian Rusia dan tidak akan pernah diberikan kembali.
'Konfrontasi langsung'
Diplomat Rusia dan AS mengatakan hubungan mereka lebih buruk daripada saat Krisis Rudal Kuba tahun 1962. Sementara kedua negara mendesak de-eskalasi, mereka juga dituduh mengambil langkah-langkah yang mengarah pada eskalasi.
Putin mengatakan AS telah mentransfer sistem rudal Typhon ke Denmark dan Filipina, dan membandingkan rencana AS dengan keputusan NATO untuk menyebarkan peluncur Pershing II di Eropa Barat pada tahun 1979.
Para pemimpin Soviet, termasuk Sekretaris Jenderal Yuri Andropov, khawatir pengerahan Pershing II merupakan bagian dari rencana rumit yang dipimpin AS untuk memenggal kepala Uni Soviet dengan menyingkirkan para pemimpin politik dan militernya.
"Situasi ini mengingatkan kita pada peristiwa Perang Dingin terkait penempatan rudal Pershing jarak menengah Amerika di Eropa," kata Putin.
Diketahui, AS mengerahkan rudal balistik Pershing AS di Jerman Barat pada tahun 1980-an saat Perang Dingin sedang berlangsung.
Rudal AS terus ditempatkan hingga penyatuan kembali Jerman dan hingga tahun 1990-an.
Namun setelah berakhirnya Perang Dingin, AS secara signifikan mengurangi jumlah rudal yang ditempatkan di Eropa karena ancaman dari Moskow mereda.
Kremlin telah memperingatkan pada pertengahan Juli bahwa usulan penempatan AS akan berarti bahwa ibu kota Eropa akan menjadi sasaran rudal Rusia.
"Kami mengambil langkah pasti menuju Perang Dingin. Semua atribut Perang Dingin dengan konfrontasi langsung kembali muncul,"
kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan TV pemerintah.