5 Hal bikin Indonesia terburuk di Asia Tenggara
Indonesia kalah dari Singapura soal pembangunan infrastruktur.
Indonesia menempati peringkat 109 dalam kemudahan berusaha dalam laporan yang dibuat Bank Dunia. Posisi tersebut naik 11 peringkat dari tahun lalu.
Namun, posisi Indonesia masih kalah jauh dibanding Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand dan Filipina.Singapura sendiri menempati posisi pertama di dunia. Sedangkan, Malaysia berhasil menempati urutan 18 dunia.
-
Bagaimana AI dapat meningkatkan kualitas jaringan di Indonesia? Chatbot berteknologi AI ini merupakan sebuah inovasi tepat sasaran, terlebih dalam meningkatkan Quality of Experience (QoE) pengguna. Inovasi MONA diyakini dapat menunjang perkembangan kualitas jaringan di Indonesia secara melejit atas chat dari pengguna.
-
Mengapa transportasi darat menjadi begitu penting di Indonesia? Transportasi darat memiliki peran penting dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial, pendidikan, dan budaya.
-
Mengapa Indonesia memprioritaskan pengembangan ekosistem Kendaraan Listrik (EV)? Pemerintah telah memprioritaskan pengembangan ekosistem Kendaraan Listrik (EV) dengan target 13 juta sepeda motor listrik dan 2 juta mobil listrik pada 2030.
-
Apa yang menjadi ciri khas lift tertua di Indonesia? Pintu lift kuno itu seperti teralis, sehingga penggunanya bisa melihat proses saat lift itu naik maupun turun.
-
Mengapa pembangunan IKN penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia? “Ibu Kota Nusantara diharapkan menjadi penggerak ekonomi Indonesia di masa depan, mendukung transformasi ekonomi nasional menuju visi Indonesia Emas 2045,” jelas Teni dalam sebuah sosialisasi.
-
Di mana lift tertua di Indonesia berada? Alat pengangkut itu berada di lantai dua dekat ruang pertemuan.
Sedangkan, Thailand, Vietnam dan Filipina menempati posisi 49,90 dan 103. Indonesia hanya berhasil mengalahkan Kamboja di posisi 127 dan Timor Leste yang menempati peringkat 173.
Padahal, Indonesia melakukan gebrakan dengan perubahan reformasi birokrasi yang diterapkan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Mulai dari permudah izin investasi hingga membangun Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Bukan hanya itu, hal-hal ini bikin Indonesia terburuk di Asia Tenggara. Apa saja yang membuat Indonesia jadi terburuk di Asia Tenggara seperti dirangkum merdeka.com:
Infrastruktur
Derasnya aliran dana investasi yang masuk ke Indonesia berpotensi terhambat jika tidak diiringi dengan keseriusan pemerintah membenahi dan mengembangkan sarana dan prasarana pendukung. Kualitas infrastruktur Indonesia masih jauh di bawah negara lain.
Ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandi mengatakan, kondisi infrastruktur Indonesia sangat memprihatinkan dibandingkan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).
"Di antara negara-negara se-Asia Tenggara, kualitas infrastruktur di Indonesia menjadi terendah kedua, hanya lebih baik dari Filipina," kata Eric di Hotel Four Season, Rabu (5/12).
Dalam laporan World Economic Forum 2012-2013 mengenai kualitas infrastruktur, Eric memaparkan, kualitas infrastruktur Indonesia berada di urutan ke 92. Sementara Filipina berada di posisi 98 dan Malaysia berada di posisi 29. Singapura berada di posisi kedua dengan infrastruktur terbaik di Asia Tenggara.
Peringkat tersebut dilihat dari kualitas infrastruktur berupa kondisi jalan, rel kereta api, pelabuhan, bandara dan listrik.
Dengan rentang nilai terbaik adalah tujuh poin, Indonesia hanya memperoleh rata-rata nilai 3,7 dari beberapa penilaian yaitu 3,4 untuk infrastruktur jalan, 3,2 untuk rel kereta api, 3,6 untuk pelabuhan, 4,2 untuk bandara, dan 3,9 untuk ketersediaan listrik.
Dibanding laporan pada 2011-2012, ranking kualitas infrastruktur Indonesia menurun. Tahun lalu Indonesia ada di peringkat 82. Sementara Filipina saat itu masih di ranking 113 dan Malaysia berada di ranking 23. Singapura tetap di ranking 2.
Pendidikan
Daftar kualitas pendidikan negara anggota Organisasi Kerja Sama Ekonomi Pembangunan (OECD) dirilis hari ini, Rabu (13/5) oleh BBC dan Financial Times. Hasilnya Singapura dinobatkan sebagai negara yang memiliki kualitas pendidikan terbaik sedunia.
Kemampuan matematika, membaca menulis, serta pengetahuan umum siswa sekolah dasar hingga usia 15 di Negeri Singa dinilai paling wahid dibanding 76 negara OECD lainnya. Setelah Singapura, negara lain yang membayangi di urutan dua adalah Hong Kong, disusul Korea Selatan. Kejutan terbesar adalah Vietnam, kini bercokol di urutan 12 dunia versi OECD.
Ketika semakin banyak negara Asia menjulang di daftar buatan OECD ini, peringkat Indonesia 'nyungsep' di urutan 69, hanya unggul tujuh peringkat dari Ghana yang ada di daftar terbawah. Dibandingkan Thailand (47) dan Malaysia (52) yang sama-sama poros ekonomi Asia Tenggara, Indonesia pun tertinggal.
Direktur Pendidikan OECD, Andreas Schleicher, mengatakan pemeringkatan ini dapat memberi perbandingan sistem pendidikan setiap negara.
"Sehingga setiap negara dapat menemukan kelebihan dan kekurangannya, serta melihat dampak pendidikan terhadap ekonomi dalam jangka waktu yang panjang," ujarnya.
Tapi, dari pemetaan OECD ini, negara-negara maju mulai dikejar oleh bangsa asal Asia. Swedia anjlok dari peringkatnya yang biasa masuk 5 besar. Demikian pula Amerika Serikat (28) yang bahkan merosot disalip Vietnam.
Saat ditanya apa yang membedakan kualitas negara di peringkat atas di daftar ini, Schleicher menekankan intinya adalah guru. Sekolah di negara-negara maju Asia fokus meningkatkan kualitas pendidik.
"Negara-negara itu juga sangat pandai dalam merekrut guru-guru berbakat untuk mengajar di ruang kelas yang paling menantang, sehingga setiap siswa diberi akses ke guru-guru terbaik."
Sanitasi
Dibanding negara lain di Asia Tenggara, akses sanitasi dan air bersih di Indonesia masih tertinggal. Belum adanya regulasi dan komitmen pemerintah kabupaten/kota menjadi penyebab utama.
Kasubdit Drainase Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PPLP) Kementerian Pekerjaan Umum, Suharsono mengatakan, regulasi dimaksudkan untuk memberikan payung hukum yang kuat dalam mewujudkan program sanitasi yang sehat.
"Diperlukan sinergi bersama antara pemerintah pusat, provinsi dan daerah agar bisa terealisasi," ujar Suharsono.
Pihaknya menargetkan, pada 2019 Indonesia harus menjadi negara dengan akses sanitasi yang sehat dan baik. Pihaknya optimis target menuju negara yang memiliki akses sanitasi tersebut bisa tercapai.
"Kita telah menunjuk beberapa daerah di Indonesia untuk menerapkan program L2T2. Seperti Makassar, Malang, Bogor, DKI Jakarta, dan Solo," kata Suharsono.
Suharsono mengatakan, tidak mudah untuk menuju negara dengan akses sanitasi yang baik. Karena membutuhkan dana yang cukup besar. Padahal saat ini dana untuk akses sanitasi ini baru berkisar antara 2-4 persen dari APBN.
Untuk mempercepat program tersebut pihaknya menggandeng beberapa stakeholder, seperti United States Agency for International Development (USAID) dan Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (IUWASH) guna mewujudkan program L2T2 untuk menuju sanitasi yang sehat.
"Ada 10 kabupaten/kota yang kita siapkan untuk melaksanakan program L2T2. Mereka akan kami undang untuk menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan program sanitasi yang sehat ini," ucap Suharsono.
Ketertinggalan akses sanitasi Indonesia ini, lanjut dia, juga karena anggaran program tersebut dari pemerintah kabupaten/kota masih minim. Sejauh ini 70 persen anggaran pemerintah kabupaten/kota digunakan untuk gaji pegawai dan infrastruktur. Sedangkan 30 persen di antaranya untuk lain-lain termasuk program sanitasi.
Kualitas BBM
Kualitas Bahan Bakar Minyak di Indonesia merupakan yang terendah di Asia Tenggara. Ini karena sebagian besar BBM di Indonesia masih menggunakan BBM bersubsidi yang tinggi kandungan sulfurnya.
Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak Kementerian Lingkungan Hidup Novrizal Tahar memberi contoh, untuk diesel kandungan sulfur BBM di Indonesia masih di 2.000-3.000 ppm sedangkan yang sudah memenuhi standar Euro 4 adalah antara 50-500 ppm.
Dia mengatakan, negara-negara tetangga seperti Singapura kandungan sulfur pada BBM-nya hanya 10 ppm, Cina 50 ppm, Thailand 50 ppm, Jepang dan Korea 10 ppm.
Standar Euro 4 untuk BBM mulai diterapkan di ASEAN pada 2012 dan ditargetkan seluruh ASEAN akan menerapkan standar tersebut pada 2016.
Novrizal mengatakan, di Indonesia sekitar 97 persen masih menggunakan BBM bersubsidi yang kandungan sulfurnya lebih tinggi, sementara hanya 2,5-3,5 persen yang sudah menggunakan BBM non subsidi.
"Kalau kita banyak mengkonsumsi BBM bersubsidi maka akan menambah beban subsidi dan merusak lingkungan," katanya.
Selain itu, karena BBM subsidi kandungan sulfurnya tinggi maka emisi (gas buang) yang dihasilkan juga mencemari udara dan berdampak pada meningkatnya penyakit akibat polusi udara.
Dari penelitian yang dilakukan UNEP pada 2012, biaya kesehatan yang dikeluarkan warga Jakarta akibat pencemaran udara mencapai Rp 38,5 triliun per tahun.
Selain itu WHO juga merilis setiap tahunnya tujuh juta jiwa meninggal akibat pencemaran udara. Dari jumlah tersebut 60.000 jiwa terjadi di Indonesia.
Air minum
Pelayanan air minum di Indonesia termasuk terburuk di Asia Tenggara. Hal tersebut diakui Direktur Eksekutif Persatuan Perusahaan Air Minum Indonesia (Perpamsi) Subekti dalam diskusi bertajuk: Hak Rakyat Atas Air untuk Pembangunan Berkelanjutan, di Jakarta, kemarin.
"Masyarakat kita mengkonsumsi air sangat tidak layak."
Sekedar ilustrasi, tingkat konsumsi air bersih di Singapura dan Malaysia sudah mencapai 100 persen. Sementara, Indonesia baru mencapai 68,8 persen. Rinciannya, 43,8 persen melalui akses nonperpipaan dan 25 persen perpipaan.
Dalam jangka menengah, tingkat konsumsi air bersih di Tanah Air ditargetkan mencapai 100 persen. Untuk itu, pemerintah mendorong penambahan 27 juta sambungan pipa ke pelanggan.
Saat ini, PDAM seluruh Indonesia baru memiliki 10 juta pelanggan dengan tingkat layanan sekitar 25 persen. perusahaan air minum tersebut memiliki sejumlah kendala dalam membuka akses masyarakat terhadap air bersih.
Antara lain, keterbatasan air baku, komitmen kepala daerah, regulasi, listrik, utang, dan sumber daya manusia.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Forum Daerah Aliran Sungai Nasional Naik Sinukaban mengatakan, Indonesia mengalami krisis air. Diperkirakan, sebanyak 321 juta penduduk akan kesulitan mendapatkan air bersih pada 2025.
"Hal tersebut terjadi lantaran permintaan air bersih naik sebesar 1,33 kali, berbanding terbalik dengan jumlah penduduk yang kekurangan air."
Di sisi lain, cadangan air tanah (green water) Indonesia tersisa di dua tempat: Papua dan Kalimantan. Jika Indonesia bisa mempertahankan volume air tanah sampai 65 persen, siklus tanaman akan terpelihara sehingga sumber pangan pun melimpah.
(mdk/sau)