BTN incar Rp 2 triliun KPR baru di Indonesia Property Expo
Angka ini meningkat 100 persen dari tahun 2015 sebesar Rp 1 triliun.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) meningkatkan target perolehan kredit baru dari gelaran Indonesia Property Expo 2016 sebesar Rp 2 triliun. Angka ini meningkat 100 persen dari tahun 2015 sebesar Rp 1 triliun.
Bank pelat merah ini yakin target tersebut bisa tercapai karena kebutuhan rumah masih sangat tinggi. Oleh sebab itu, ajang pameran perumahan yang berlangsung mulai 13 Februari hingga 21 Februari 2016 ini diyakini akan menarik minat masyarakat membeli rumah.
"Karena penyelenggaraan expo ini diikuti kurang lebih ada 244 pengembang. Dari 244 itu ada 104 pengembang yang menawarkan KPR subsidi, sedangkan yang lainnya itu KPR yang kelas menengah, masuk dalam program 1 juta rumah juga," kata Direktur Utama BTN Maryono di Jakarta Convention Centre, Senayan, Jakarta, Sabtu (13/2).
Maryono menambahkan, pasar perumahan di Indonesia masih terbuka lebar, hal ini menjadi dasar bank pelat merah ini untuk terus menyelenggarakan pameran perumahan.
"Ini momen yang tepat untuk menjual produk rumah kepada masyarakat sekaligus membelinya, baik secara tunai atau melalui KPR. Jakarta Property Expo 2016 diharapkan dapat memberikan kontribusi kredit baru Bank BTN sekitar Rp 2 triliun selama pameran berlangsung," ujar Maryono.
Kinerja BTN sepanjang 2015 masih menunjukkan konsistensi pada bisnis utamanya di bidang perumahan. Porsi pembiayaan perumahan masih mendominasi kinerja perseroan sepanjang 2015 yakni mencapai komposisi 89,9 persen atau sebesar Rp 124,927 triliun dari total kredit yang disalurkan selama 2015 sebesar Rp 138,956 triliun. Sisanya sebesar 10,10 persen atau senilai Rp 14,029 triliun disalurkan untuk kredit non perumahan.
Baca juga:
2016, SMF target pembiayaan perumahan capai Rp 6,1 triliun
3 Alasan untuk tidak melunasi cicilan rumah lebih awal
Bank Mandiri tawarkan program diskon kredit rumah bekas
Ekonomi melambat, BNI optimis kredit konsumen tumbuh tahun depan
Tips membeli rumah buat pegawai bergaji Rp 3 juta-an per bulan
BTN optimis penyaluran kredit Kuartal III 2015 tumbuh 19 persen
Permintaan rumah untuk kelas menengah bawah masih tinggi
-
Apa itu KPR BRI Suku Bunga Berjenjang? KPR BRI Suku Bunga Berjenjang adalah program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang ditawarkan oleh BRI dengan suku bunga yang berjenjang. Program ini memiliki suku bunga fixed rate pada tahun-tahun awal tertentu, kemudian suku bunga akan berubah pada tahun-tahun berikutnya.
-
Bagaimana skema suku bunga yang ditawarkan KPR BRI Suku Bunga Berjenjang? KPR BRI Suku Bunga Berjenjang memiliki skema suku bunga yang berbeda-beda sesuai dengan jenjang yang dipilih.1. Berjenjang 8 tahunTahun ke 1 s.d 3 : 6.20% per tahunTahun ke 4 s.d 6 : 9.50% per tahunTahun ke 7 s.d 8 : 11.50% per tahunSelanjutnya counter rate dengan minimal tenor kredit 8 tahun 2. Berjenjang 10 tahunTahun ke 1 s.d 3 : 5.75% per tahunTahun ke 4 s.d 6 : 9.00% per tahunTahun ke 7 s.d 10 : 11.00% per tahunSelanjutnya counter rate dengan minimal tenor kredit 10 tahun3. Berjenjang 15 tahunTahun ke 1 s.d 3 : 5.00% per tahunTahun ke 4 s.d 6 : 8.30% per tahunTahun ke 7 s.d 15 : 10.30% per tahunSelanjutnya counter rate dengan minimal tenor kredit 15 tahun 4. Berjenjang 20 tahunTahun ke 1 s.d 3 : 4.75% per tahunTahun ke 4 s.d 6 : 8.00% per tahunTahun ke 7 s.d 20 : 10.25% per tahunDengan minimal tenor kredit 20 tahun
-
KPR Kilat BRI itu apa? Sebagai informasi, program KPR Kilat BRI adalah pembiayaan KPR BRI dengan jangka waktu pendek sampai dengan 5 tahun.
-
Apa tujuan utama dari KPR BRI? Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BRI adalah salah satu solusi bagi calon pemilik rumah untuk mewujudkan impian miliki hunian idaman mereka, terutama bagi kalangan milenial dan Gen Z.
-
Apa yang tertulis di karangan bunga yang diterima oleh KPK? Dalam karangan bunga tertulis 'selamat atas keberhasilan anda memasuki pekarangan tetangga'. Tertulis pengirimnya adalah Tetangga.
-
Apa yang dikeluhkan KTNA tentang kinerja Bulog? Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Yadi Sofyan Noor mengkritisi kinerja Perum Bulog yang menurutnya tidak optimal dalam menyerap gabah petan saat panen raya awal 2024. Kata dia, Bulog justru kalah bersaing dengan pedagang beras dalam membeli gabah petani, dan nampak mengandalkan impor dalam pengadaan cadangan beras.