Cerita pedagang lebih suka jualan di toko dibanding online
"Yang online belanjanya di kita (pedagang offline). Jadi kan mereka foto dulu, pajang kan di online. Nah terus kalau dipesan orang, baru belanja di kita. Jadi jual gambar sebenarnya."
Perkembangan teknologi digital seakan tak bisa dibendung lagi. Salah satu dampaknya adalah dengan munculnya beragam jual beli online atau e-commerce.
Berbagai lapak e-commerce mulai bermunculan dengan ragam bisnis yang juga bervariasi. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku bisnis konvensional alias offline.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Bagaimana caranya agar bisnis online shop yang dijalankan bisa banyak dikunjungi? "Daftarkan juga usaha ke berbagai platform online supaya online shop Anda banyak dikunjungi oleh khalayak ramai," tulis CIMB Niaga dikutip Selasa (23/7).
-
Kenapa nama toko yang unik dan lucu dianggap penting untuk online shop? Bukan tanpa alasan, nama toko yang unik dan lucu akan memberikan kesan menarik bagi calon pelanggan.
-
Dimana kita bisa menemukan inspirasi kata-kata selamat datang di online shop? Melansir dari berbagai sumber, Rabu (1/11), berikut merdeka.com rangkum mengenai 40 kata-kata selamat datang di online shop yang bisa dijadikan sebagai bahan referensi.
-
Apa yang menjadi faktor utama Shopee unggul dalam kepuasan berbelanja online? Keunggulan Shopee dalam tingkat kepuasan, didukung oleh data, dimana Shopee (62%) menjadi pilihan pertama untuk direkomendasikan oleh konsumen kepada kerabat dekatnya, diikuti oleh Tokopedia (46%), TikTok Shop (42%), dan Lazada (36%).
Jaringan bisnis yang lebih luas, modal yang lebih sedikit dengan keuntungan menggiurkan menjadikan e-commerce sebagai cara berjualan baru yang bisa menggoda siapa saja.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi salah seorang penjual jam tangan di Pasar Tanah Abang, Fandi namanya. Dia berpandangan bahwa beda online dan offline hanya di bagian promosi barang dan transaksi saja.
Kepada Merdeka.com pria yang mengaku berjualan secara online maupun offline ini mengatakan berdasarkan pengalamannya, pedagang online, sebenarnya juga membeli barang dari para pelaku belanja konvensional seperti dirinya.
"Yang online belanjanya di kita (pedagang offline). Jadi kan mereka foto dulu, pajang kan di online. Nah terus kalau dipesan orang, baru belanja di kita. Jadi jual gambar sebenarnya," ungkapnya di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (3/1).
Karena itu, dia mengatakan berjualan online amat membantu bagi para pelaku bisnis yang mengalami kekurangan modal. "Dagang nggak punya modal lah kayak gitu. Sama saja," kata dia.
Fandi sendiri mengaku lebih nyaman berjualan secara konvensional di Pasar. Dengan begitu, dia dapat lebih mengenal dan berinteraksi langsung dengan pembeli.
"Jadi saya lebih baik kayak begini, face to face, bisa langsung ketemu dengan pembeli. Pembeli juga bisa lihat langsung barangnya," tandasnya.
Baca juga:
Pedagang soal e-commerce RI dikuasai asing: Bahan baku memang semua dari China
Cerita pedagang Tanah Abang tak masuk e-commerce sebab tak melek internet
Menebak penyebab e-commerce RI dikuasai produk China
Indef soal e-commerce RI dikuasai produk China: Jangan salahkan yang jual
E-commerce dan pariwisata jadi sektor penyumbang ekonomi RI terbesar di 2018