DPR bakal panggil Pertamina soal kerugian jual Premium Rp 15 triliun
DPR mempertanyakan soal kerugian Pertamina jual Premium ke masyarakat.
Komisi VII DPR RI berencana akan memanggil PT Pertamina (Persero) terkait kerugian penjualan BBM jenis Premium. Adapun kerugian yang ditanggung Pertamina mencapai Rp 15,2 triliun.
"Besok kita rencana ada rapat internal untuk memanggil Pertamina dan juga menteri ESDM," ujar Anggota Komisi VII DPR Ramson Siagian dalam Diskusi Energi Kita yang digelar merdeka.com, RRI, IJTI, IKN, DML dan Sewatama di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (13/12).
-
Kapan Pertamina menyesuaikan harga BBM? PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga BBM nonsubsidi per 1 November 2023.
-
Mengapa Pertamina menyesuaikan harga BBM? Pertamina menyesuaikan harga BBM untuk mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Bagaimana cara Pertamina memastikan penyaluran BBM subsidi tepat sasaran? ia menambahkan, Pertamina Patra Niaga terus mendukung upaya pemerintah agar penyaluran BBM subsidi tepat sasaran. Dengan cara melakukan pendataan pengguna BBM Subsidi melalui pendaftaran QR Code pada laman www.subsiditepat.mypertamina.id.
-
Bagaimana Pertamina Patra Niaga memastikan penyaluran BBM dan LPG subsidi semakin transparan? “Ini menjadi upaya bagaimana Pertamina Patra Niaga memastikan penyaluran BBM dan LPG bersubsidi semakin transparan penyalurannya. Dengan adanya subsidi dan kuota yang sudah ditetapkan, melalui Subsidi Tepat Pertamina Patra Niaga ini berkomitmen menyediakan data penyaluran yang se-transparan mungkin, ini menjadi bukti validitas data dan bentuk tanggung jawab kami terhadap penugasan yang diberikan,” lanjut Riva.
-
Bagaimana Pertamina memastikan harga BBM tetap kompetitif? “Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,” ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso. Fadjar menambahkan di tengah fluktuasi harga minyak dunia, Pertamina terus berupaya menjaga kinerja rantai pasoknya, termasuk fleksibilitas memperoleh minyak mentah (crude oil) sehingga harga produk BBM bisa tetap kompetitif.
Menurut dia, pihaknya akan mempertanyakan soal kerugian dari BUMN migas tersebut. "Kalau mereka ada rugi kok ke publik rugi, memang di sektor mana," jelas dia.
Direktur Energy Watch, Ferdinand Hutahaean menambahkan pemerintah perlu meneliti kerugian yang ditanggung Pertamina. Sebab, bisa saja Pertamina merekayasa kerugian.
"Perlu meneliti klaim ruginya dari sektor mana, cermati jual beli bbm atau sektoral jangan-jangan sektor lain tapi jual beli BBM untung, ini secara global atau sektoral saja," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina mengaku penjualan Premium masih merugi sekitar Rp 12-Rp 15 triliun. Itu menjadi dasar pihaknya tak kunjung menurunkan harga Premium mengikuti kemorosotan harga minyak dunia.
"Bahwa sejak sekitar Mei, kami tidak ada perubahan atau tidak ada penyesuaian. Nah ini yang harus kami perhitungkan. Kami sudah lakukan exercise dengan harga rata rata yang sebulan saja," ujar Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto di kantornya, Jakarta, Jumat (28/8).
Seharusnya, kata Dwi, premium di jual seharga Rp 8 ribu per liter. Namun, Pertamina masih menjualnya seharga Rp 7.400 per liter sehingga rugi Rp 600 per liter.
"Kami lihat lagi sebulan-dua bulan yang akan datang. Kalau memang hasilnya hitungannya di bawah itu, tentu saja Pertamina akan menerima," jelas dia.
"Kalau solar sudah mulai untung. Kami lihat ya mana-mana saja yang sudah mulai untung. Kami berikan masukan kepada pemerintah."
(mdk/idr)