Indonesia Disebut Masih Jauh dari Resesi, Ini Indikatornya
Chief Economist PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat memperkirakan ekonomi Indonesia masih relatif jauh dari resesi di tengah proyeksi krisis ekonomi akibat gelombang inflasi pasca pandemi Covid-19 dan ketegangan geopolitik dunia akibat perang Rusia dan Ukraina.
Chief Economist PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat memperkirakan ekonomi Indonesia masih relatif jauh dari resesi di tengah proyeksi krisis ekonomi akibat gelombang inflasi pasca pandemi Covid-19 dan ketegangan geopolitik dunia akibat perang Rusia dan Ukraina.
Dia menyebut, sejumlah indikator di dalam negeri dinilai relatif cukup aman menahan angin resesi yang dipicu oleh sejumlah sentimen negatif dari sejumlah kondisi di luar Indonesia. Probabilitas Indonesia terkena resesi global adalah sebesar 5 persen. Sebagai gambaran, bersumber dari data Bloomberg, probabilitas Amerika Serikat terkena resesi adalah 40 persen.
-
Bagaimana strategi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi? Oleh karena itu, pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya? Jika dibandingkan dengan kuartal II-2022, ekonomi RI mengalami perlambatan. Sebab tahun lalu di periode yang sama, ekonomi mampu tumbuh 5,46 persen (yoy).
-
Bagaimana hilirisasi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah? Contoh tiga wilayah yang menjadi pusat industri hilirisasi SDA khususnya mineral dan logam, yaitu Sulawesi, Maluku dan Papua, serta Kalimantan, mengalami pertumbuhan ekonomi positif. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai wilayah Sulawesi yakni 6,64% (yoy), disusul Maluku dan Papua yakni 6,35% (yoy), dan Kalimantan yaitu 5,56% (yoy).
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di atas rata-rata nasional? Keberhasilan itu, lanjut politukus PDIP ini, karena pihaknya berhasil menjaga harga-harga kebutuhan tetap stabil dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ."Kemarin juga kita mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat bahwa Sulut bisa menggerakkan ekonomi kreatif yang ada. Jadi bulan Agustus ini pengakuan dari pemerintah pusat bahwa apa yang kita kerjakan selama ini berdampak sangat positif bagi pembangunan Sulut."
-
Mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023 meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2023? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,” terang Edy.
"Artinya, Indonesia masih jauh dari resesi. (Untuk Indonesia) saya lihat ini volatility, alih-alih tsunami," ujar Budi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (18/7).
Budi melanjutkan, saat ini, kondisi pasar modal Indonesia memasuki musim semi. Artinya ada peluang untuk bergerak membaik dan memberikan cuan.
Secara historikal, Budi menyebutkan bahwa semester kedua biasanya market memang mengalami volatilitas. Selama 15 tahun terakhir, ujarnya, ada kecenderungan pola huruf V pada triwulan ketiga tahun berjalan, serta kecenderungan pasar memerah pada November, kemudian berbalik menjadi hijau pada Desember.
Kemudian, Indonesia memiliki posisi yang cukup diuntungkan di tengah lonjakan harga komoditas global. Pasalnya, Indonesia merupakan negara produsen dari komoditas energi maupun pangan dunia yang terdampak inflasi.
"Komoditas itu ada dua jenis. Ada cost commodity seperti minyak. Ada income commodity yang menghasilkan valas, seperti coal, nikel, karet, CPO, dan gas. Sejauh ini, kita masih beruntung karena income commodity kita tumbuh lebih pesat ketimbang cost commodity," bebernya.
Meski begitu, Budi meminta pemerintah untuk tetap waspadai gelombang inflasi tinggi yang diperkirakan akan berlangsung cukup lama. Selain itu, demografi penduduk Indonesia akan mulai menua pada 2030. Hal itu akan menjadi risiko apabila masyarakat belum menyiapkan investasi sedari sekarang.
"Makanya kita persiapkan investasi dari sekarang," tutupnya.
Professional Independent, Trader, dan Investor, Ade Permana juga mengaku setuju bahwa Indonesia dikatakan masih relatif jauh dari resesi. Menurut dia, hal itu pun tergambar di performa pasar modal.
Dia menyebutkan bahwa sejak harga tertinggi pada 11 April hingga saat ini, IHSG mengalami koreksi sekitar 10 persen. Di saat yang sama, indeks Dow Jones yang menunjukkan kinerja pasar modal AS mengalami penurunan lebih dari 19 persen atau hampir 20 persen.
"Artinya dari segi ekonomi, dari segi indeks saham, kita [Indonesia] termasuk yang paling bagus di dunia untuk saat ini. Bahkan di regional pun Indonesia masih perkasa," ujarnya.
Kendati demikian, ujarnya, Dow Jones perlu terus dipantau karena Amerika menjadi salah satu barometer pelaku pasar dalam negeri. Terlebih, sebanyak 60 persen - 70 persen investor di pasar modal Indonesia merupakan investor asing.
Indeks selanjutnya yang juga terus dipantau adalah DXY atau indeks dolar serta XAU atau indeks emas. "Kenapa? Karena banyak juga emiten-emiten kita yang listing di bursa efek itu sensitif terhadap pergerakan salah satunya XAU, DXY sama Dow Jones Industrial," tutur Ade.
Baca juga:
Seperti Sri Lanka, 9 Negara Ini Juga Terancam Bangkrut
Sri Mulyani Soal RI Masuk Daftar Negara Terancam Resesi: Potensinya Rendah
Ekonomi Global Makin Suram, Risiko Resesi di Depan Mata
4 Industri Ini Disebut Paling Tahan Resesi Ekonomi
Ramai-Ramai Miliarder Khawatir Soal Prediksi Resesi AS
Mengenal Stagflasi, Ancaman Ekonomi Dunia Saat ini Berpotensi Ciptakan Resesi