Jumlah Tes Corona Indonesia Terendah di Asia Tenggara
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, mengatakan, berdasarkan perhitungannya, di Indonesia saat ini baru ada sekitar 940 per satu juta orang yang telah dilakukan tes. Menteri Suharso menyatakan, angka tersebut masih jauh di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, mengatakan, berdasarkan perhitungannya, di Indonesia saat ini baru ada sekitar 940 per satu juta orang yang telah dilakukan tes. Menteri Suharso menyatakan, angka tersebut masih jauh di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Thailand yang sudah lebih masif menggelar tes Covid-19.
"Kita satu minggu cuma naik 200. Jadi kelihatan kita tes itu tidak ada. Saya harap benar daerah dipimpin Bappeda, sampaikan penting untuk dites," ujar Menteri Suharso saat memberikan arahan dalam acara Temu Konsultasi Triwulanan 2020 Bappenas-Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia, Selasa (26/5).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Di mana virus dapat menyebar? Virus juga dapat menyebar melalui udara, air, makanan, dan kontak langsung dengan individu yang terinfeksi.
-
Bagaimana cara kerja virus? Cara kerja virus adalah sebagai berikut:Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus.Virus mencari sel inang yang cocok untuk menginfeksi. Sel inang adalah sel yang memiliki reseptor yang sesuai dengan protein permukaan virus. Virus melekat pada reseptor sel inang dan memasukkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel inang. Materi genetik virus dapat berbentuk untai tunggal atau ganda, linear atau sirkuler.Materi genetik virus mengambil alih fungsi sel inang dan membuat sel inang menjadi pabrik virus. Sel inang akan menghasilkan ribuan salinan virus baru dengan menggunakan bahan-bahan dari sel inang itu sendiri.Virus baru keluar dari sel inang dengan cara lisis (membuat sel pecah) atau budding (membuat kantung-kantung kecil di permukaan sel). Virus baru kemudian siap untuk menginfeksi sel-sel lain.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
"Jadi kalau berdasarkan hitungan Mei, kalau kita bisa lakukan 10.000 tes per hari, maka tanggal 19 juni kita harus mencapai 1.838 per sejuta penduduk yang dites," jelasnya.
Pemda Diminta Genjot Kapastitas Tes
Dia berharap agar Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) merancang untuk memperbanyak pengawasan (surveillance) terhadap penyebaran virus corona (Covid-19) di pelosok daerah. Dia meminta ada 1.000 penduduk di masing-masing daerah dapat dilakukan tes Covid-19 setiap pekannya.
"Jadi kalau ada penduduk satu juta, ada seribu orang per minggu harus dites," ujarnya.
Menteri Suharso mengutarakan, dirinya termasuk orang yang kurang setuju dengan penetapan istilah orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). Menurutnya, setiap orang yang terindikasi bersentuhan dengan virus corona sebaiknya langsung dilakukan tes.
"ODP dan PDP itu kalau Anda bisa mencari orang yang kena, kalau dia dicurigai, maka dia jadi orang yang prioritas untuk dites. Jadi jangan kayak dioper terus posisi PDP itu, jadi untuk memastikan dia dites," ungkapnya.
"Jadi dengan demikian kita bisa benar benar melihat. Buat saya kita realistis aja di Indonesia, apalagi di daerah. Jadi misal dokter bilang orang ini mau Covid-19, ya dites aja. Jadi yang penting itu tes, menggambarkan surveillance kita kuat," dia menegaskan.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com