Kalah Saing dengan Pertamina, SPBU Shell Bakal Tutup?
SPBU Shell telah ditutup karena diduga tidak mampu bersaing dengan Pertamina.
Shell Indonesia dilaporkan berencana untuk menutup seluruh jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang dimilikinya.
Informasi ini terungkap setelah Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas), Moshe Rizal, yang menyatakan bahwa persaingan di sektor ini semakin sulit bagi perusahaan asing, terutama karena dominasi yang dimiliki oleh Pertamina.
- Ramai Kabar Shell Mau Tutup SPBU, Bahlil: Insya Allah Baik-Baik Saja
- Ramai Kabar SPBU Shell Tutup di Indonesia, Segini Harga Bensin Dijual Per 25 November 2024
- Membandingkan Harga BBM yang Dijual Shell Indonesia dan Pertamina, Siapa Lebih Murah?
- Harga BBM SPBU Shell dan BP Kompak Turun per 1 Juni 2024, Lebih Murah dari Pertamina?
"Mayoritas pasar SPBU dikuasai Pertamina. Saya tidak heran kalau Shell kesulitan berkembang. Kompetisi di sini sangat berat," ujar Moshe, dikutip dari Liputan6.com.
Kondisi ini membuat posisi Shell dalam bisnis ritel bahan bakar minyak (BBM) menjadi kurang kompetitif dibandingkan dengan perusahaan milik negara tersebut.
Di samping itu, Shell juga tampaknya sedang mengubah fokus bisnisnya di tingkat global dengan mengalihkan perhatian dari sektor hilir ke sektor hulu.
Hal ini termasuk mengurangi operasi di kawasan Asia Tenggara. Langkah strategis ini sejalan dengan upaya global Shell untuk mengurangi emisi karbon, sambil tetap menjaga profitabilitas perusahaan.
Dengan demikian, keputusan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh Shell dalam mempertahankan posisinya di pasar yang semakin kompetitif.
Persaingan yang Ketat dengan Pertamina
Moshe mengungkapkan bahwa dominasi Pertamina dalam pasar BBM di Indonesia menjadi salah satu faktor utama yang menyulitkan pemain asing seperti Shell untuk bersaing.
Pertamina memiliki keunggulan yang signifikan, terutama dalam hal jaringan distribusi yang sangat luas, serta statusnya sebagai satu-satunya perusahaan yang diizinkan oleh pemerintah untuk menjual BBM bersubsidi.
“Pertamina semakin hari semakin baik, baik dari sisi kualitas maupun pelayanan. Sementara itu, nilai jual produk Shell yang sebelumnya lebih unggul kini sudah mulai tersamai,” jelas Moshe.
Dengan pangsa pasar yang mencapai 90 persen, Pertamina membuat Shell menghadapi tantangan besar untuk dapat berkembang dalam ekosistem bisnis yang sangat kompetitif ini.
Transformasi Strategi Global Shell
Di tingkat internasional, Shell Plc saat ini tengah mengalihkan perhatian dari sektor hilir (downstream) dan lebih memilih untuk meningkatkan investasi di sektor hulu (upstream).
Kebijakan ini diambil untuk menekan emisi karbon dioksida (CO2) dalam proses produksinya, yang merupakan bagian dari komitmen terhadap inisiatif iklim global yang diusung oleh perusahaan.
"Shell mengurangi dampak CO2 per barel ekuivalen, tetapi di sisi lain mereka tetap mempertahankan margin keuntungan di sektor hulu," ungkap Moshe.
Dalam upaya ini, Shell juga telah melepas beberapa kilang petrokimia di berbagai wilayah Asia Tenggara, termasuk penjualan kilang di Singapura kepada PT Chandra Asri Pacific Tbk.