Kampanye Benci Produk Asing, Jokowi Diingatkan 6 Tahun Pembangunan Banyak Impor
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira menilai, upaya kampanye benci produk luar negeri yang dicanangkan Presiden Joko Widodo tidak konsisten. Hal itu tercermin dari tingginya kontribusi impor bahan baku dan barang modal selama enam tahun terakhir, didorong oleh pembangunan proyek infrastruktur pemerintah.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menilai, upaya kampanye benci produk luar negeri yang dicanangkan Presiden Joko Widodo tidak konsisten. Hal itu tercermin dari tingginya kontribusi impor bahan baku dan barang modal selama enam tahun terakhir, didorong oleh pembangunan proyek infrastruktur pemerintah.
"Sebenarnya sikap presiden ini kurang konsisten dan hanya jadi slogan," kata Bhima saat dihubungi merdeka.com, Kamis (4/3).
-
Kenapa Jokowi ingin menghentikan penjualan bahan mentah ke luar negeri? “Karena pak Jokowi mengatakan kepada saya, 'mas Bowo mas Bowo Menhan tidak mungkin Indonesia makmur kalau kita jual bahan-bahan kita murah ke luar negeri," ujar dia.
-
Kapan Jokowi meresmikan pabrik minyak makan merah? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Pabrik Percontohan Minyak Makan Merah Pagar Merbau di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (14/3).
-
Di mana Jokowi meninjau persediaan beras? Jokowi dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Labuhanbatu dengan menggunakan helikopter Super Puma TNI AU. Dia direncanakan mengecek bahan pokok di Pasar Gelugur Rantauprapat, serta meninjau persediaan beras dan menyerahkan bantuan pangan kepada masyarakat.
-
Kenapa Jokowi meninjau Gudang Beras Bulog? Kepala Negara mengaku, hal itu harus dilakukan demi memastikan ketersediaan beras jelang momentum hari raya Lebaran yang sisa sepekan lagi.
-
Kenapa Jokowi ingin Indonesia menjadi produsen dalam industri teknologi? "Kita tidak boleh hanya menjadi penonton, kita tidak boleh hanya menjadi pasar, dan kita harus jadi pemain, menjadi produsen," kata Jokowi.
-
Apa yang diresmikan Jokowi di BEI? Presiden Jokowi mengatakan ingin mengurangi dampak perubahan iklim yang saat ini terjadi di beberapa negara termasuk Indonesia. ”Karena memang ancaman perubahan iklim sangat bisa kita rasakan dan sudah kita rasakan. Dan, kita tidak boleh main-main terhadap ini, kenaikan suhu bumi, kekeringan, banjir, polusi, sehingga dibutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,” kata Presiden Jokowi.
Dia mencontohkan, besi dan baja impornya besar sekali. Tahun 2019 nilainya mencapai USD 10,3 dan 2020 nilainya USD 6,8 miliar. Angka itu turun karena proyek terhambat pandemi. "Kalau proyek jalan normal, impor besi bajanya melesat lagi," katanya.
"Harus dimulai dari proyek pemerintah sendiri, ruang impor material nya kurang dikendalikan. Apalagi memberitahu ke masyarakat dan swasta untuk rem impor hampir sulit sekali," tambahnya.
Jangan Hanya jadi Slogan
Di sisi lain, konsumen di Indonesia selama ini sudah dimanjakan oleh barang impor yang murah asal China. Kehadiran platform ecommerce justru malah menyuburkan impor. Bahkan, kata dia sekarang impor bisa door to door dan tidak ada kebijakan kongkrit untuk kendalikan porsi barang impor di ecommerce.
Bahkan, dalam studi INDEF menunjukkan produk yang diperdagangkan secara online hanya 25,9 persen yang diproduksi lokal.
"Pemerintah juga terkesan diam saja ketika alur distribusi impor barang konsumsi melibatkan suntikan modal dari investor asing ke platform ecommerce," sebutnya.
Maka dari itu, dirinya meminta pemerintah jangan berhenti pada slogan, tapi harus keluarkan kebijakan yang langsung dirasakan untuk membendung dominasi barang impor. Kemudian pemerintah juga harus perlu siapkan antisipasi apabila digugat oleh negara mitra dagang ke WTO.
"Siapkan ahli hukum terbaik kita di level sengketa internasional. Jangan hanya perang retorika," jelas dia.
(mdk/bim)