Jokowi Curiga Banjir Impor Produk Bikin Kinerja Manufaktur di Indonesia Anjlok
Jokowi minta semua menteri mencari tahu penyebab PMI Indonesia terkontraksi setelah 34 bulan berturut-turut mengalami trens ekspansi.
Presiden Joko Widodo memerintahkan para menteri untuk mengantisipasi dan mencari tahu penyebab Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia mengalami pelemahan. Mengingat sejak bulan Juli lalu PMI Indonesia mengalami kontraksi.
“Saya ingin dicari betul penyebab utamanya dan segera diantisipasi,” ujar Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Garuda, Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur, Senin (12/8).
Jokowi mengatakan Indonesia memasuki level kontraksi setelah ekspansif selama 34 bulan berturut-turut. Penurunan PMI, kata dia, sudah terjadi sejak 4 bulan terakhir.
“Pada bulan Juli kita masuk ke level kontraksi. Ini agar dilihat betul, diwaspadai betul secara hati-hati,” kata Jokowi seperti dilansir dari Antara.
Terdapat sejumlah kemungkinan yang menjadi sorotan Jokowi terkait dengan pelemahan PMI. Pertama, kemungkinan tingginya beban impor bahan baku karena fluktuasi rupiah. Kedua melemahnya permintaan ekspor yang diakibatkan oleh gangguan rantai pasok. Ketiga adanya kemungkinan perlambatan ekonomi yang dialami oleh berbagai mitra dagang utama Indonesia.
Jokowi Soroti Banjir Produk Impor di Tanah Air
Secara khusus, Jokowi juga menyoroti kemungkinan adanya serangan produk-produk impor yang masuk ke Indonesia, sehingga mengakibatkan pelemahan PMI.
“Sehingga penting belanja produk lokal, sekali lagi saya tekankan. Kemudian penggunaan bahan baku lokal, dan juga perlindungan terhadap industri dalam negeri kita,” kata Jokowi.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan akan mengatur kolaborasi dengan berbagai pihak untuk memitigasi pelemahan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang terkontraksi ke level 49,3 pada Juli 2024.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menjelaskan komponen tingkat output dan permintaan baru dalam PMI termoderasi, terutama akibat gejolak geopolitik global.
Meski begitu, komponen Indeks Kepercayaan Bisnis terhadap prospek produksi ke depan berada pada level tertinggi sejak Februari 2024.
Produsen optimistis bahwa volume penjualan akan meningkat dan kondisi pasar akan kembali menguat di tahun depan, sejalan dengan proyeksi IMF untuk pertumbuhan ekonomi 2025 yang naik ke 3,3 persen.