Ekonomi Global Terguncang, Ekspor-Impor RI Merosot
Meskipun terjaga positif selama 38 bulan beruntun, Sri Mulyani melihat tren ekspor dan impor mulai terjadi pelemahan.
Ekonomi Global Terguncang, Kinerja Ekspor RI Terancam
Ekonomi Global Terguncang, Kinerja Ekspor RI Terancam
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mulai mewaspadai kinerja neraca perdagangan Indonesia yang sukses mencatat surplus 38 berturut-turut. Per Juni 2023, Indonesia berhasil mencapai surplus USD3,45 miliar atau setara Rp51,82 triliun. Secara akumulasi, neraca perdagangan Indonesia untuk periode Januari-Juni 2023 surplus mencapai USD19,93 miliar atau setara Rp299,44 triliun.
Meskipun terjaga positif selama 38 bulan beruntun, Sri Mulyani melihat tren ekspor dan impor mulai terjadi pelemahan.
Sehingga berpotensi turut mempengaruhi kinerja APBN.
"Kita lihat neraca perdagangan kita yaitu sampai Juni mengalami surplus. Tetap surplus, meskipun ekspor dan impornya kontraksi, level atau tingkat ekspor lebih tinggi daripada tingkat impor,"
kata Sri Mulyani dalam sesi konferensi pers APBN KiTa, Senin (24/7).
Sri Mulyani menuturkan, selama 2 tahun belakangan, kinerja ekspor Indonesia selalu mencatatkan surplus.
Faktornya, karena kala itu harga komoditas naik
Hal ini juga didukung kemampuan Indonesia untuk menjaga ekspornya. Sayangnya, kinerja ekspor di awal tahun 2023 ini mengalami penurunan hingga 21,2 persen jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Menurut catatan Sri Mulyani, ekspor pada semester I-2023 hanya USD20,61 miliar. Kondisi ini tidak terlepas dari dampak ekonomi global yang terus melemah."Permintaan terhadap barang ekspor juga mengalami penurunan, serta harga komoditas mengalami koreksi. Sehingga kita lihat, tren dari ekspor mulai mengalami penurunan dari sisi growth, yang tadinya double digit sangat tinggi, sekarang bahkan kontraksi,"
tutur Sri Mulyani.
Senada, realisasi impor juga mengalami penurunan hingga 18,3 persen (yoy) pada semester I-2023. Pada 6 bulan pertama tahun ini kinerja impor tercatat sebesar USD17,15 miliar.
"Ini adalah industri manufaktur yang berorientasi ekspor pasti terpengaruh dengan potensi demand-nya," kata Sri Mulyani.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Merdeka.com