Banyak Bupati Belanja Produk Impor Pakai Uang Negara, Jokowi: Kumpulkan Uang Itu Sangat Sulit
Padahal, pemerintah pusat sangat sulit mengumpulkan uang dari pajak, royalti, hingga dividen untuk ditransfer ke daerah.
Padahal, pemerintah pusat sangat sulit mengumpulkan uang dari pajak, royalti, hingga dividen untuk ditransfer ke daerah.
Banyak Bupati Belanja Produk Impor Pakai Uang Negara, Jokowi: Kumpulkan Uang Itu Sangat Sulit
Presiden Joko Widodo menegur para bupati karena uang penerimaan negara banyak dibelanjakan produk impor.
Padahal, pemerintah pusat sangat sulit mengumpulkan uang dari pajak, royalti, hingga dividen untuk ditransfer ke daerah.
"Hati-hati, kita mengumpulkan uang dari penerimaan negara sangat sulit sekali baik itu pajak, PNBP, royalti, dividen, itu serupiah-serupiah semuanya dikumpulin Bu Menkeu," kata Jokowi saat Pembukaan Rakernas XVI Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) di JCC Senayan Jakarta, Rabu (10/7).
Semua uang tersebut dikumpulkan menjadi penerimaan negara untuk kemudian ditransfer ke daerah.
Namun sayangnya, daerah malah membeli produk impor.
"Terkumpul jadi penerimaan negara di transfer ke daerah, di belikan produk impor. Yang dapat manfaat adalah negara lain," kata Jokowi.
merdeka.com
Selain itu, Jokowi juga menyesalkan serapan anggaran untuk penggunaan produk dalam negeri di tingkat kabupaten/kota masih kecil, di angka 41 persen.
Sementara, sebanyak 59 persen merupakan produk impor.
"Ini yang saya cek, masih diangka 41 persen penggunaan produk dalam negeri. Masih 41 untuk kabupaten dan kota 41 persen masih kecil. Artinya, selain itu produk impor," tutur Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun meminta bupati menggunakan 100 persen anggaran untuk pengadaan produk dalam negeri.
Dia mewanti-wanti kepala daerah berhati-hati menggunakan anggaran karena sangat sulit mengumpulkannya.
"Ini perlu saya ingatkan, beli produk kita sendiri, mengumpulkan anggarannya itu sangat sulit sekali. Jadi gunakan 100 persen untuk pengadaan barang dan jasa itu produk dalam negeri," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Jokowi menyampaikan lima tahun terakhir sangatlah tak mudah dan penuh tantangan.
Mulai dari, muncul pandemi Covid-19, geopolitik memanas, hingga perang yang menyebabkan harga minyak naik dan turun. Harga pangan naik dan turun.
"Gelombang panas, El Nino, La Nina, semuanya. Ini menyebabkan banyak sekali baik krisis kesehatan, krisis ekonomi, krisis pangan, krisis keuangan, dan kemanusiaan," tutur Jokowi.
Menurut dia, Indonesia patut bersyukur karena mampu bertahan dari hambatan dan tantangan tersebut.
Hal ini terlihat dari ekonomi nasional yang masih tumbuh baik di angka 5,11 persen di kuartal I tahun 2024.
Jokowi menuturkan sulit bagi negara lain mencapai hal yang diraih Indonesia. Selain itu, Indonesia juga berhasil mengendalikan inflasi di angka 2,5 persen pada bulan Juni 2024.
"Ini berkat bapak ibu sekalian, yang selalu rapat dengan Mendagri setiap hari Senin. Rutin setiap minggu, tapi hasilnya ada. Coba lihat Argentina inflasinya sekarang berapa. Bapak ibu cek saja. Turki inflasinya berapa. Coba bapak ibu cek. Mengerikan sekali angkanya,"
pungkas Jokowi.