Kemenkop: UMKM Mendapatkan Pembiayaan Perbankan Baru 19,4 Persen
"Tingkat literasi keuangan digital Indonesia saat ini baru mencapai 35,5 persen tapi progresnya cukup baik. Finansial teknologi sangat dibutuhkan oleh pelaku UMKM dalam memudahkan UMKM khusus yang tidak memiliki persyaratan cukup untuk mengakses perbankan."
Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM, Hanung Harimba Rachman menyebut bahwa peningkatan literasi keuangan pengusaha UMKM terhadap fintech sangat diperlukan untuk menambah akses pembiayaan. Apalagi, akses UMKM ke perbankan juga masih sangat rendah.
"UMKM yang baru mendapatkan pembiayaan perbankan baru hanya sekitar 19,4 persen jadi sangat rendah, hal ini disebabkan oleh kurangnya literasi pembiayaan UMKM," kata Hanung dalam webinar Menatap Masa Depan Fintech dan UMKM 2021, Selasa (15/12).
-
Bagaimana Bank Jatim mendorong UMKM binaannya agar paham teknologi digital? UMKM binaan bankjatim juga didorong untuk paham teknologi digital. Salah satu caranya dengan memfasilitasi transaksi menggunakan QRIS bankjatim. “Maka dari itu, UMKM yang kami bawa ke Bengkulu ini juga sudah memanfaatkan QRIS bankjatim dalam melakukan transaksi pembayaran dengan pembeli. Praktis dan cepat tinggal scan QR code,” ungkap Busrul.
-
Bagaimana Finnet mendukung transformasi digital di Indonesia? Kami didukung dengan IT Infrastructure yang handal dan memiliki lisensi terlengkap di Perusahaan sejenis. Kami yakin Finnet dapat menjadi One Stop Solution yang tumbuh bersama mitra untuk bersama-sama mendigitalkan sistem pembayaran di Indoensia.
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
-
Kenapa OJK meluncurkan roadmap Fintech P2P lending? Peluncuran roadmap ini merupakan upaya OJK untuk mewujudkan industri fintech peer to peer (P2P) lending yang sehat, berintegritas, dan berorientasi pada inklusi keuangan dan pelindungan konsumen serta berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi nasional.
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
Di sisi lain, Kementerian Koperasi dan UKM sudah mendeteksi UMKM yang terdampak pandemi covid-19. Hasilnya, masih banyak UMKM dapat bertahan, bahkan tumbuh di tengah pandemi.
UMKM yang bertahan yaitu yang melakukan inovasi dengan beradaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen dan masuk ekosistem digital. Menurut survei dari world bank, 42 persen dari UMKM Indonesia menggunakan sosial media atau digital platform dalam merespons pandemi covid-19.
"Survei Mckinsey Juni 2020 menunjukkan kenaikan penjualan e-commerce sebesar 26 persen dan terdapat 3,1 juta transaksi per hari Selama pandemi covid-19," ujarnya.
Tidak hanya itu, ternyata UMKM mampu melakukan adaptasi dengan mengubah kategori produk. Sebanyak 40 persen dari UMKM telah mengubah kategori produksi menjadi home care, makanan dan Kesehatan, bahkan dalam market ini pelaku UMKM telah menjual lebih dari 1 kategori.
Melihat perkembangan ini, literasi keuangan dari financial technology dapat terus ditingkatkan untuk membantu perkembangan UMKM.
"Tingkat literasi keuangan digital Indonesia saat ini baru mencapai 35,5 persen tapi progresnya cukup baik. Finansial teknologi sangat dibutuhkan oleh pelaku UMKM dalam memudahkan UMKM khusus yang tidak memiliki persyaratan cukup untuk mengakses pembiayaan perbankan dalam mengakses pembiayaan modal kerja," pungkasnya.
Pinjaman Fintech Makin Diminati
Direktur eksekutif Indef, Tauhid Ahmad menyebut bahwa minat masyarakat menggunakan pinjaman fintech lending terus meningkat meskipun di masa pandemi covid-19. Hal itu terlihat dari penyaluran fintech lending per Oktober 2020 mencapai Rp137,65 triliun.
"Suatu catatan penting bahwa indeks inklusi keuangan kita itu sudah sedemikian besar 76,19 persen artinya ada 76,19 persen penduduk dewasa yang telah menggunakan layanan keuangan formal dan saya kira salah satunya melalui finansial teknologi ini kalau kita lihat outstanding kita di Oktober 2020 mencapai Rp137,65 triliun," kata Tauhid dalam webinar Menatap Masa Depan Fintech dan UMKM 2021, Selasa (15/12).
Menurutnya, perkembangan fintech lending itu luar biasa cepat, apalagi jika dilihat data-data di bulan Oktober 2020 itu penyaluran fintech lending mencapai Rp8,59 triliun atau kenaikan sekitar 17,98 persen Oktober 2019 yang senilai Rp7,59 triliun.
"Artinya kalau kita lihat minat masyarakat untuk melakukan pinjaman melalui teknologi finansial itu tumbuh meskipun ada pandemi ini," ujarnya.
Namun demikian, salah satu risiko fintech yaitu kinerja kredit bermasalah. Di mana untuk pinjaman 90 hari itu sebesar 7,58 persen per Oktober 2020 atau naik 4,88 persen dari periode sebelumnya tahun 2019 yang sebesar 2,7 persen. Catatannya, jika dibandingkan NPL perbankan itu per September sebesar 3,15 persen ternyata fintech jauh lebih tinggi.
"Tantangan utamanya itu. Saya kira ini penting karena di tengah situasi ini menjadi jalan tengah karena UMKM sangat membutuhkan fintech seperti ini. Namun kita juga perlu tahu bahwa dari kredit perbankan UMKM hanya sebesar 18-19 persen,” katanya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)