Kementan Sebut Manfaat Program Pompanisasi dan PAT Dirasakan Petani Jawa Tengah
Bantuan pompa air dan irigasi perpompaan untuk Jateng mencapai 6.405 unit untuk 35 kabupaten/kota.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) meyakini program pompanisasi dan Penambahan Areal Tanam (PAT) yang digulirkan Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki dampak positif. Tidak hanya luasan tanam bertambah, program ini juga terbukti meningkatkan indeks pertanaman (IP).
Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jateng, Sumarno menyatakan bersyukur karena program pompanisasi berdampak besar pada peningkatan produktivitas, pemanfaatan lahan yang berujung kepada peningkatan produksi.
"Capaian perluasan area tanam di Jawa Tengah telah mencapai 171.000 hektar atau realisasinya mencapai 68 persen. Kami makin optimistis, Provinsi Jateng dapat melanjutkan tren kenaikan produksi beras pada tahun 2024. Apalagi Jateng memiliki potensi Sawah tadah hujan selus 267.720 hektare," terang Sumarno.
"Karena pencapaian sekarang sudah 68 persen, insya Allah akan bertambah terus hingga target tercapai," katanya.
Masih menurut Sumarno, bantuan pompa air dan irigasi perpompaan untuk Jateng mencapai 6.405 unit untuk 35 kabupaten/kota. Meski demikian, dia mengungkapkan masih dibukanya peluang penambahan apabila masyarakat dan petani masih membutuhkan.
"Terutama seiring dengan potensi lahan tadah hujan. Jadi silakan usulkan kembali dan kami ajukan lagi kepusat," katanya.
Namun, Sumarno tetap mengingatkan kepada jajaran pemerintah tingkat kabupaten/kota se-Jateng agar komitmen menjaga luasan areal sawah jangan sampai beralih fungsi. Apalagi, mengingat Jawa Tengah sudah banyak kehilangan lahan sawah akibat proyek-proyek jalan tol di sepanjang Jateng.
"Saya ingatkan kepada jajaran kabupaten/kota agar sama-sama mentaati terkait tata ruang. Jangan biarkan luasan sawah kita terus terkikis sehingga menjadi masalah produksi. Perlu diingat bahwa penduduk Jawa Tengah terus bertambah sehingga kebutuhan pangan juga bertambah," tuturnya.
Manfaat program pompanisasi ini juga dirasakan petani. Salah satunya Kelompok Tani (Poktan) Tani Mukti di Desa Legok Clile, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan. Luasan sawah yang digarap kelompok tani ini 60 hektare dengan produktivitas 5.6 ton per hektare.
"Di sini kami mendapat bantuan irigasi perpompaan atau irpom. Salah satu manfaat yang kami rasakan adalah adanya percepatan saat tanam karena air lebih cepat sampai," ujar Ibnu Aziz, Ketua Kelompok Tani Mukti,
Dikatakan Ibnu, biaya irigasi yang mereka tanggung menjadi lebih hemat. Biaya operasionalnya yang biasanya dulu dalam 1 musim tanam mengeluarkan Rp 1,5 juta, sekarang dengan adanya bantuan irpom hanya mengeluarkan Rp 500 ribu saja untuk 1 musim tanam.
"Rp 500 ribu itu untuk kebutuhan bahan bakar solar dan uang kas untuk pemeliharaan atau perbaikan," ungkapnya.
Hal senada disampaikan salah seorang petani di Desa Kalibeji, Sahrun yang mengaku senang dengan bantuan pompa air dari pemerintah pusat untuk para petani di desanya.
"Kami sangat berterima kasih, karena nanti bisa untuk mencukupi kebutuhan pengairan sawah di daerah ini," katanya.
Selama ini, lahan pertanian seluas 77 hektare yang dia kelola bersama poktan itu sering kekurangan air, sehingga bantuan pompanisasi ini dinilai dapat membantu meningkatkan produktivitas padi.
"Harapannya, nanti hasil panen meningkat, penghasilan petani lebih layak, dan Indonesia bisa swasembada (memiliki kemandirian/mampu memproduksi sendiri) beras," harapnya.
Sebagai informasi, Kementerian Pertanian bersama Pemerintah Daerah (provinsi, kabupaten/kota) serta TNI gencar menjalankan program pompanisasi sebagai upaya akselerasi pertanaman menghadapi kekeringan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air.
Khusus untuk irigasi perpompaan, kegiatan ini merupakan bantuan pemerintah yang dilakukan secara swakelola dengan pola padat karya dengan melibatkan partisipasi penuh anggota kelompok tani penerima bantuan dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan serta pemeliharaan.