OJK Catat Sisa Pokok Pinjaman 74 Perusahaan Besar RI Turun 12,9 Persen
Penurunan tersebut berasal dari perusahaan-perusahaan besar seperti PLN yang baki debetnya turun Rp7,2 triliun, Gudang Garam Rp5,3 triliun, Wilmar Nabati Rp4,9 triliun, Petrokimia Gresik Rp4,9 triliun dan Indofood Sukses Makmur sebesar Rp4,4 triliun.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat telah terjadi penurunan baki debet atau sisa pokok pinjaman dari 74 debitur terbesar Indonesia. Penurunan baki debet dari 74 perusahaan tersebut mencapai angka Rp61,2 triliun, atau rata-rata turun sebesar 12,9 persen.
"Di segmen korporasi, kami mencatat 74 debitur besar dari kelompok 100 debitur besar mengalami penurunan baki debet dengan total Rp61,2 triliun per Agustus, rata-rata turun 12,9 persen," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Kamis (1/10).
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
-
Kenapa OJK mengupayakan perluasan akses keuangan di Jawa Tengah? Otoritas Jasa Keuangan bersama seluruh pemangku kepentingan terus memperluas akses keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa OJK terus berupaya mengembangkan industri perbankan syariah? OJK terus berupaya mengembangkan industri perbankan syariah dengan memanfaatkan keunikan dan kekhasannya yang memiliki keunggulan dibanding produk bank konvensional. Keunggulan itu perlu dimaksimalkan agar perbankan syariah dapat memberikan dampak positif pada masyarakat dan perekonomian nasional.
-
Apa itu kartu kredit menurut OJK? Melansir laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kartu kredit adalah salah satu alat pembayaran non tunai yang sudah lama hadir di sekitar kita guna mempermudah transaksi menjadi lebih cepat dan mudah.
Baki debet adalah saldo pokok dari plafon pinjaman yang telah disepakati dalam perjanjian kredit dan biasanya akan berkurang jika angsuran rutin dilakukan atau sesuai jadwal pembayaran oleh debitur.
Penurunan tersebut berasal dari perusahaan-perusahaan besar seperti PLN yang baki debetnya turun Rp7,2 triliun, Gudang Garam Rp5,3 triliun, Wilmar Nabati Rp4,9 triliun, Petrokimia Gresik Rp4,9 triliun dan Indofood Sukses Makmur sebesar Rp4,4 triliun.
Secara umum, segmen kredit korporasi mengalami pertumbuhan 1,86 persen yoy (year on year) namun minus 2,41 persen year to date (ytd/year to date) dan minus 0,75 persen month to month (mom/month on month).
Selain itu, di segmen konsumsi, pertumbuhan kredit mengalami kenaikan 1,05 persen yoy, namun minus 1,89 persen (ytd/year to date) dan minus 0,05 persen (mom/month on month)
"Sejalan dengan masih lemahnya daya beli masyarakat, untuk kredit KPR, Ruko, furniture dan elektronik rumah tangga dan kredit kendaraan bermotor (KKB) terus mengalami penurunan pertumbuhan kredit," ujar Wimboh.
Kredit Perbankan Tumbuh 1,04 Persen
Sementara, pertumbuhan kredit perbankan dari sisi intermediasi masih tumbuh positif meskipun mengalami sedikit penurunan dibanding periode sebelumnya. Hingga Agustus lalu, pertumbuhan kredit perbankan tercatat sebesar 1,04 persen atau -1,69 persen year to date (ytd). Hal ini didorong oleh pelemahan penyaluran kredit baru oleh bank umum swasta.
"Sementara pada kredit bank persero dan BPD masih tumbuh cukup baik," ujar Wimboh.
Reporter: Athika Rahma
Sumber: Liputan6.com