Peneliti: Zaman SBY utang tumbuh 7 persen, Jokowi 14 persen
Meskipun ada pertumbuhan utang yang berbeda, hingga kini utang Indonesia relatif aman karena masih dalam batas sekitar 30 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB). Angka ini tentu lebih rendah jika dibandingkan dengan Jepang sebesar 120 persen.
Peneliti di Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet mengatakan, pemimpin Indonesia dalam lima tahun mendatang harus melakukan dua hal agar ekonomi Indonesia membaik. Pertama, dari asumsi makro dan kedua mengenai pengendalian pertumbuhan utang.
Utang, kata Yusuf, masih sesuatu yang harus dikendalikan walaupun kondisi utang Indonesia masih relatif aman. Menurutnya, utang pada pemerintah Jokowi tumbuh sebesar 14 persen berbeda dengan tahun 2004 hingga 2014 yaitu saat kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) utang tumbuh 7 persen.
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Kenapa Jakarta semakin macet? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
-
Kapan pajak anjing diterapkan di Indonesia? Aturan pajak untuk anjing pernah diterapkan di Indonesia, saat masa kolonialisme Belanda.
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
-
Mengapa kemacetan di Jakarta meningkat? Syafrin juga menuturkan peringkat kemacetan DKI Jakarta mengalami kenaikan. Sebelumnya peringkat 46, kini menjadi peringkat 29.
"Mengenai utang, setiap tahun pertumbuhan utang rata-rata 14 persen. Ini lebih tinggi dari 2004 hingga 2014 yang mencapai 7 persen," ujar Yusuf saat memberi paparan jumpa pers di Hongkong Cafe, Jakarta, Selasa (9/4).
Yusuf mengatakan, meskipun ada pertumbuhan utang yang berbeda, hingga kini utang Indonesia relatif aman karena masih dalam batas sekitar 30 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB). Angka ini tentu lebih rendah jika dibandingkan dengan Jepang sebesar 120 persen.
"Ketika bicara utang, narasi adalah utang relatif aman. Saya setuju karena utang berada di kisaran 30 persen dari PDB, bandingkan dengan Jepang, mereka sekitar 120 persen," jelasnya.
Namun demikian, perbedaan Indonesia dan Jepang adalah negara itu memiliki porsi komposisi utang dalam negeri yang lebih besar. Sementara Indonesia memiliki porsi utang luar negeri lebih besar yang menyebabkan rentan terhadap guncangan global.
"Perlu jadi catatan adalah komposisi utang. Jepang, utang di dalam negeri lebih banyak sehingga perputaran uangnya juga di dalam negeri. Artinya, ketika terjadi gonjang ganjing ekonomi global ini, akan berpengaruh pada SUN. Indonesia sangat rentan jikalau terjadi gonjang ganjing global karena akan terjadi capital outflow," jelas Yusuf.
Dari asumsi ekonomi makro, pemimpin ke depan harus menyusun target yang tepat sasaran. Hal ini diperlukan agar kebijakan yang akan diterbitkan sesuai dengan perkembangan ekonomi baik dalam negeri maupun luar negeri.
"Tentang asumsi makro yang ditetapkan pada kebijakan fiskal. Asumsi makro pertumbuhan ekonomi 4 tahun terakhir selalu meleset. Ini penting untuk mengeluarkan kebijakan pengeluaran dan belanja negara. Cuma pada 2017 asumsi sesuai dengan realisasi," tandasnya.
(mdk/idr)