Pengusaha Nilai Pendapatan Online Belum Mampu Samai Saat Berjualan Offline
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, mengakui pertumbuhan penjualan secara digital meningkat pesat di tengah pandemi Covid-19. Namun, dipastikan peningkatan ini belum mampu menutup pendapatan penjualan secara offline.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, mengakui pertumbuhan penjualan secara digital meningkat pesat di tengah pandemi Covid-19. Namun, dipastikan peningkatan ini belum mampu menutup pendapatan penjualan secara offline.
"Jadi memang kalau penjualan secara online itu tumbuh tinggi saat ini. Tapi, tidak bisa menggantikan pendapatan dari yang jualan offline," ujar dia dalam webinar bertajuk Implementasi PPKM Jawa-Bali: Kesiapan Sektor Bisnis dan Pelaku Usaha, Jumat (8/1).
-
Apa yang dirayakan Ririn Ekawati dalam acara peluncuran bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Apa bisnis Dio Arli? Dari unggahannya beberapa tahun lalu, diketahui bahwa Dio adalah seorang juragan produk pertanian yang berlokasi di Banyuwangi.
-
Kapan Ririn Ekawati merayakan bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Di mana Widodo merintis usaha kerajinan limbah kayu jati? Setelah pensiun tahun 1994, ia pindah ke Desa Tempurejo, Kabupaten Boyolali. Saat pensiun itulah Widodo merintis usaha kerajinan yang diolah dari limbah kayu jati.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Bagaimana Aqila berbisnis? Aqila tampaknya mengikuti kegiatan di sekolahnya yang mengajarkan siswa menjadi wirausahawan sejak dini.
Dia mencontohkan, gap ini tercermin jelas di kinerja sektor usaha makanan dan minuman. Kendati dia tak merinci besaran nilai gap yang dimaksud.
"Ternyata kontribusi (pendapatan) offline jauh lebih besar ketimbang online di sektor makanan dan minuman selama pandemi ini," terangnya.
Pun, aneka jenis produk yang dipasarkan secara online dipastikan tidak semuanya laku dibeli konsumen. Khususnya produk-produk yang digunakan di luar kebutuhan sehari-hari.
"Jadi, produk online yang diminati itu lebih untuk digunakan dalam kebutuhan harian. Seperti untuk kebutuhan konsumsi itu naik. Tapi tetap tidak bisa menggantikan (pendapatan) dari offline," tukasnya.
Menteri Teten: Penjualan Secara Online Solusi Bagi UMKM
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengakui, pola konsumsi masyarakat di tengah kondisi pandemi virus corona atau Covid-19 mengalami tren perubahan, dari yang sebelumnya dilakukan secara offline kini bergeser menjadi online.
Menurutnya, hal itu menjadi peluang baru bagi UMKM untuk menjual produknya melalui e-commerce atau online. Apalagi UMKM menjadi salah satu yang terdampak besar akibat virus Corona.
"Penjualan secara online sebuah solusi bagi UMKM yang masih bisa menjalankan usahanya untuk tetap dapat memasarkan produknya sesuai dengan protokol pencegahan virus Corona," kata Teten dalam video conference di Jakarta, Selasa (28/4)
Berdasarkan hasil riset menunjukkan produk makanan jadi, herbal, buah-buahan, hingga sayur-sayuran berpotensi dan memungkinkan untuk laku dijual di tengah kondisi seperti ini. Sebab selain praktis, mudah diolah, produk-produk tersebut juga tahan lama.
"Jadi permintaan terhadap produk yang siap olah praktis sekarang banyak di produk UMKM memproduksi makanan kaleng yang tinggal di panaskan," kata dia.
Dari data yang diperoleh, tren peningkatan transaksi produk selama virus corona ini di berapa platform online terus mengalami peningkatan. Di mana produk outdoor dan indoor seperti game dan perlengkapan olahraga naik 70 persen, produk kesehatan masker, hand sanitizer, termometer juga mengalami peningkatan sebesar 90 persen.
"Lalu produk makanan dan minuman herbal atau instan naik 200 persen dan produk bahan pokok yang naik juga hingga 350 persen ini sumbernya dari Bukalapak," kata dia.
(mdk/bim)