Penyaluran KUR Bank BNI Tembus Rp15 Triliun Hingga Akhir September 2020
KUR BNI tersebut tersalurkan pada berbagai sektor, antara lain ke sektor pertanian sebesar maksimal Rp3,95 triliun, sektor perdagangan Rp7,37 triliun, sektor jasa-jasa Rp2,44 triliun, serta untuk sektor industri pengolahan senilai Rp1,08 triliun.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat telah menyalurkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp15,05 triliun hingga akhir September 2020. Program KUR menjadi salah satu kredit yang diprioritaskan dalam program penempatan dana pemerintah. Nilai KUR senilai Rp15,05 triliun itu tersebar untuk 170.569 debitur.
KUR BNI tersebut tersalurkan pada berbagai sektor, antara lain ke sektor pertanian sebesar maksimal Rp3,95 triliun, sektor perdagangan Rp7,37 triliun, sektor jasa-jasa Rp2,44 triliun, serta untuk sektor industri pengolahan senilai Rp1,08 triliun.
-
Dimana BNI fokus menyalurkan kredit untuk BUMN? Fokus penyaluran kredit BUMN BNI adalah kepada BUMN yang bergerak di sektor energi seperti PLN dan Pertamina serta sektor Pangan Bulog. Selain itu, BNI aktif mendukung proyek-proyek infrastruktur dari Jasa Marga dan jasa keuangan inklusi dari Pegadaian.
-
Mengapa BNI meningkatkan kredit ke BUMN? “BUMN akhirnya mulai menunjukkan pertumbuhan positif. Kami cukup senang dengan tren ini, karena BUMN masih menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang cukup dominan di Indonesia," katanya.
-
Mengapa BNI dan Bank Lampung berkolaborasi untuk menerbitkan Kartu Kredit Indonesia? Langkah ini merupakan salah satu inovasi yang dilakukan oleh BNI dalam memperluas kerja sama bersama bank daerah, khususnya dalam rangka mempercepat proses digitalisasi transaksi perbankan sekaligus bentuk komitmen perseroan dalam menggunakan produk dalam negeri.
-
Bagaimana BNI memastikan kualitas kredit yang diberikan kepada BUMN? Hal ini berdampak baik pada penjagaan kualitas kredit BNI khususnya yang masih terus menjaga keseimbangan pada pertumbuhan kredit dan implementasi prinsip kehati-hatian.
-
Kenapa BNI menggandeng startup? Tak hanya itu, BNI juga menggandeng startup agar bisnis terus bertumbuh.
-
Kapan BNI meluncurkan hibank? Silvano melanjutkan, perseroan meluncurkan hibank sebagai solusi untuk menggarap sektor UMKM yang lebih dinamis.
Perbankan pelat merah ini tetap fokus memberdayakan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar tetap bisa bertahan dan bertumbuh meski di tengah pandemi yang masih berlangsung hingga kini. "UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional dan BNI siap mendampingi UMKM untuk melalui masa sulit ini," Direktur Hubungan Kelembagaan BNI, Sis Apik Wijayanto dikutip dari Antara, Jumat (30/10).
Dia menuturkan, saat ini BNI tengah menjalankan serangkaian program terintegrasi yang diharapkan dapat membawa pelaku usaha kecil, yang sedang merintis bisnisnya dari embrio, hingga kemudian berkembang menjadi pelaku usaha sukses yang berorientasi ekspor.
BNI membagi dua kelompok Program Pemberdayaan UMKM. Pertama, Program Pendampingan bagi UMKM dalam pengembangan usahanya. Kedua, Program Pembiayaan.
Pada Program Pendampingan, BNI selalu menyertai pelaku usaha kecil sejak tahapan Peningkatan Kapasitas Produksi, berlanjut pada tahap pengembangan nilai tambah pada produk dan jasa UMKM, hingga akhirnya sanggup menjangkau pasar ekspor.
Adapun pada Program Pembiayaan, BNI siap dengan bantuan berskema CSR dan Program Kemitraan (ketika pelaku UMKM masih unfeasible dan unbankable), lalu naik kelas menjadi Kredit Usaha Rakyat atau KUR (saat sudah feasible namun unbankable), hingga akhirnya layak menjadi penerima kredit komersial (ketika pengusaha sudah feasible dan bankable).
"Tidak berhenti di pembiayaan, kami juga fokus dalam mempertemukan UMKM binaan BNI dengan pembeli potensial baik dari nasabah menengah maupun korporasi BNI sehingga tercipta value chain yang saling menguntungkan," ujar Sis Apik.
Bangun Ekosistem Pendukung UMKM
BNI pun mengajak pihak lain yang memiliki misi yang sama untuk membangun sebuah ekosistem pendukung UMKM agar mampu berkembang, baik start up, e-commerce, maupun fintech. Langkah itu dilakukan untuk mempertajam upaya digitalisasi UMKM sehingga mereka mampu mengakses pasar lebih luas lagi.
Selain itu, di sektor produksi, BNI juga menggandeng mitra strategis dari kalangan start up untuk membentuk klaster-klaster spesifik berdasarkan produk yang dikembangkan, seperti program smartfarming dan klaster pertanian uggulan bekerjasama dengan RiTx, Agrosolutions, Agree serta klaster perikanan bekerjasama dengan Aruna, FishON, dan FisTX.
Setelah membawa UMKM menjadi Go Digital, tahap selanjutnya adalah membawa UMKM tersebut menjadi layak untuk GoEkspor. Para UMKM terpilih akan melalui rangkaian seleksi, mulai dari kurasi produk, kemudian masuk ke tahapan inkubasi dimana pelaku usaha diberi kesempatan untuk menjelaskan keunggulan produknya dan menyempurnakan konsep produknya.
Kemudian, jika memungkinkan akan masuk ke tahap "scalling up" antara lain untuk memberikan modal kerja dari BNI agar UMKM dapat memperluas pasar, meningkatkan produksi, dan melakukan diversifikasi produk.
"Setelah itu, pelaku UMKM yang layak ekspor akan diajak memanfaatkan kantor-kantor cabang BNI di luar negeri untuk memperkenalkan produk-produk unggulannya kepada calon pembeli asing," kata Sis Apik.
BNI memiliki pengalaman dalam membantu ekspor pelaku usaha asal dalam negeri. Saat ini, BNI mengangkat 250.000 UMKM untuk melek digital. BNI juga telah turut membantu 21,38 persen dari volume ekspor Indonesia.
(mdk/idr)