PGE dinilai paling ideal ambil alih aset panas bumi Chevron
Saat ini, ada enam perusahaan yang bersaing mendapatkan dua PLTP yang dikelola Chevron. Selain PGE, ada lima perusahaan lain yang tertarik mengakuisisi dua aset PLTP Chevron.
Anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dinilai memiliki kans paling besar untuk memenangi lelang dua pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) milik Chevron Geothermal Indonesia Ltd dengan total kapasitas terpasang 632 megawatt (MW) dibandingkan lima perusahaan lain. PGE dinilai memiliki kemampuan finansial dan rekam jejak yang baik dalam pengembangan PLTP di Tanah Air.
Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Dharma, mengatakan dari enam perusahaan, PGE memang perusahaan yang paling ideal untuk mengelola aset panas bumi Chevron. Selain itu, pengalaman mengelola dan mengembangkan panas bumi PGE sangat panjang dan sudah teruji, baik hulu maupun hilir.
-
Bagaimana Pertamina Geothermal Energy mendorong upaya dekarbonisasi di luar pengembangan energi panas bumi? Selain itu Perseroan juga memiliki inisiatif beyond geothermal untuk mendorong upaya dekarbonisasi, "Strategi yang kami jalankan diantaranya dengan menjajaki bisnis rendah karbon, yaitu green hydrogen dan green methanol serta mempromosikan sistem kredit karbon di Indonesia yang sedang berkembang dengan memasok kredit karbon ke agregator utama Pertamina Geothermal Energy, yaitu Pertamina New Renewable Energy (PNRE)," ungkap Julfi.
-
Apa yang dibangun oleh Pertamina Geothermal Energy untuk menambah kapasitas panas bumi di Area Lumut Balai? Pembangunan PLTP Lumut Balai Unit 2 akan menambah kapasitas panas bumi di Area Lumut Balai sebesar 55 MW, sehingga total panas bumi di wilayah tersebut menjadi 110 MW.
-
Bagaimana Pertamina Geothermal Energy mengelola proyek Lumut Balai Unit 2? Dalam kesempatan ini, Julfi menjelaskan proyek Lumut Balai Unit 2 ini dikelola melalui kolaborasi antara Indonesia dengan negara-negara Indo-Pasifik, yaitu Jepang dan Tiongkok.
-
Apa kontribusi Pertamina Geothermal Energy pada target dekarbonisasi nasional di tahun 2030? Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2021-2030 dan dokumen hijau Pertamina Geothermal Energy, secara keseluruhan industri panas bumi Indonesia diperkirakan akan berkontribusi hingga 16 persen dari total target dekarbonisasi nasional di tahun 2030.
-
Mengapa Pertamina Geothermal Energy membangun PLTP Lumut Balai Unit 2? “Melalui groundbreaking Lumut Balai Unit 2 ini, Pertamina Geothermal Energy telah membuktikan keseriusannya dalam pengembangan potensi panas bumi di Indonesia. Kami optimis kedepannya Pertamina Geothermal Energy mampu mendorong tumbuhnya ekosistem hijau secara global maupun di Indonesia,” ungkap Nicke.
-
Bagaimana Pertamina akan mengembangkan bioenergi? “Nanti energi kita akan berbasis bioenergi, karena Indonesia ada banyak sumber daya. Di India saya bertemu dengan technology liaison untuk bioethanol dan limbahnya bisa diproses di perusahaan India, ini salah satu follow up yang akan kita kerja samakan,” ujar Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina.
"Konsistensi PGE dalam mengembangkan panas bumi yang tidak pernah terhenti dalam keadaan sesulit dan dalam kondisi krisis apapun telah terbukti," ujar Surya di Jakarta, Rabu (26/10).
Saat ini, ada enam perusahaan yang bersaing mendapatkan dua PLTP yang dikelola Chevron, yaitu PLTP Salak, Bogor, Jawa Barat dengan kapasitas 377 MW dan PLTP Darajat di Garut, Jawa Barat dengan kapasitas 255 MW. Selain PGE, ada lima perusahaan lain yang tertarik mengakuisisi dua aset PLTP Chevron. Kelima perusahaan tersebut adalah PT PLN (Persero), PT Medco Power, dan PT Star Energy serta dua perusahaan asal Jepang, yaitu Mitsui dan Marubeni.
Surya Dharma menegaskan, PGE memiliki kemampuan pendanaan yang sangat baik, maupun melalui pinjaman yang mendapat kepercayaan yang baik dari lender. PGE juga memiliki SDM dan pengembangannya yang kontinue sebagai sumber daya yang mendukung pengembangan panas bumi. Tak hanya itu, Pertamina melalui PGE juga sudah memiliki peta jalan pengembangan panas bumi yang tertata.
"Jika dibandingkan dengan perusahaan lain seperti PLN, Star Energy, Medco, Marubeni dan Mitsui, mereka masih banyak kekurangannya karena tidak selengkap jika dibandingkan PGE," katanya.
Menurutnya, aset yang akan dijual Chevron adalah aset hak untuk mengoperasikan sebagai pemegang Kontrak Operasi Bersama. Sedangkan, aset sesungguhnya adalah milik negara melalui PGE yang punya WKP.
"Jadi, yang ditransfer dan dijual oleh Chevron adalah hak untuk mengoperasikan seluruh KOB antara Chevron dengan PGE," tegasnya.
Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yunus Saefulhak, mengatakan pada November 2016, keenam perusahaan akan mengajukan dokumen penawaran kepada Chevron, termasuk program kerja dan harga. Setelah itu, proses berikutnya adalah evaluasi.
"Kemungkinan pemenang diumumkan akhir tahun ini atau awal 2017," kata Yunus.
Yunus menambahkan, Kementerian ESDM hanya melakukan kontrol agar penjualan tersebut tidak lantas menurunkan produktivitas terhadap kedua aset PLTP Chevron. Dengan demikian, penjualan listrik ke PLN tetap stabil, baik sebelum maupun sesudah akuisisi.
Sementara itu, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, menjelaskan Pertamina terus aktif dan berkomitmen untuk mengembangkan panas bumi. Beberapa proyek sudah dapat diselesaikan tahun ini dan lebih cepat dari target.
"Untuk PLTP Chevron, tim kami sudah melakukan evaluasi sesuai dengan tahapan yang ditentukan dalam proses bidding," imbuh Syamsu.
Total kapasitas terpasang PLTP yang dikelola PGE saat ini tercatat 457 MW. Pasokan produksi listrik panas bumi tersebut berasal dari lima unit PLTP Kamojang dengan total kapasitas 235 MW di wilayah kerja panas (WKP) bumi Kamojang-Darajat, Jawa Barat. Kemudian empat unit PLTP Lahendong berkapasitas 100 MW di WKP Lahendong, Sulawesi Utara, dan dua unit PLTP Ulubelu berkapasitas 110 MW di WKP Gunung Way Panas, Lampung serta PLTP Sibayak di WKP Gunung Sibayak-Gunung Sinabung, Sumatera Utara berkapasitas 12 MW.
Baca juga:
Pertamina butuh Rp 800 miliar wujudkan BBM satu harga
Total masih 'pikir-pikir' ikut gabung kelola Blok Mahakam
Jonan setujui investasi Pertamina di Blok Mahakam dimulai 2017
Alih kelola Blok Mahakam, Pertamina siapkan investasi Rp 2,3 T
DPR dorong Pertamina sediakan lebih banyak gas elpiji 5,5 kg
Bangun kilang Bontang, Pertamina manfaatkan aset milik Badan NGL
Perluas kilang Balikpapan, Pertamina tak jadi bermitra dengan Jepang