Ridwan Kamil Bingung KRL Tetap Beroperasi Meski Ada Pengguna Positif Corona
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku dilema saat mendapati masih beroperasinya moda transportasi KRL di wilayah Bogor, Depok dan Bekasi (Bodebek). Padahal, sudah ada pengguna KRL yang dinyatakan positif terpapar Covid-19.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku dilema saat mendapati masih beroperasinya moda transportasi KRL di wilayah Bogor, Depok dan Bekasi (Bodebek). Padahal, sudah ada pengguna KRL yang dinyatakan positif terpapar Covid-19.
"Di Bekasi dari 300 orang yang diperiksa ada sampel 3 orang positif, di Bogor dari 300 yang diperiksa ada 3 yang positif. Saat dilakukan pengecekan," kata Ridwan Kamil melalui video conference, Jumat (8/5).
-
Kapan Ridwan Kamil menyelesaikan kuliahnya? Selanjutnya adalah potret Ridwan Kamil saat menyelesaikan Sarjana S-1 Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung pada tahun 1995.
-
Apa yang dikatakan Ridwan Kamil terkait Ketua Tim Sukses? Sebelumnya, bakal calon gubernur (cagub) Jakarta Ridwan Kamil (RK) akan mengumumkan ketua Tim Sukses (Timses) Pemenangan RIDO alias Ridwan-Suswono dalam waktu dekat. Hal ini disampaikan Ridwan Kamil usai melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK) di kediaman Jalan Brawijaya Raya, Jakarta Selatan, Kamis (5/9/2024)."(Ketua timses) sehari dua hari pasti saya kabari," kata RK kepada wartawan di Jakarta.
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Kenapa Ridwan Kamil memberikan anggaran untuk RW di Jakarta? Usulannya tersebut agar warga dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian di wilayahnya masing-masing. "Masa Bandung bisa, Jakarta nggak? Apa yang terjadi? RW-RW warganya ikut mikirin mendesain sendiri wilayahnya. Coba bayangkan," jelasnya.
-
Mengapa Ridwan Kamil ditolak warga saat berkunjung? Dikutip lewat akun X @MurtadhaOne1, disebut-sebut penolakan tersebut karena tidak ada izin yang disampaikan kepada warga setempat. Mereka merasa tidak dilibatkan dalam acara Gerakan Membangun (Gerbang) Betawi.
-
Siapa yang menyambut Ridwan Kamil di Cagar Budaya Setu Babakan? Kedatangannya itu langsung disambut oleh mantan Gubernur Fauzi Bowo alias Foke, Rabu (4/9).
Dia menjelaskan, sejak awal pemerintah daerah Bodebek menengarai moda transportasi KRL berpotensi menjadi media penularan virus Covid-19. Dugaan tersebut benar adanya setelah dilakukan rapid test bagi 600 orang penumpang di Bogor dan Bekasi, yang diketahui 6 orang di antaranya terpapar virus berbahaya asal kota Wuhan.
Kendati demikian, penghentian operasional KRL tidak memungkinkan, terlebih transportasi tersebut merupakan pilihan favorit bagi masyarakat Jawa Barat yang hendak menuju Ibu Kota Jakarta. Dikarenakan harga tiket yang murah dan bebas macet dibandingkan angkutan darat lainnya.
Oleh karenanya, pihaknya dibuat dilema dalam menyikapi kondisi yang ada untuk memutuskan kebijakan yang terbaik bagi warganya agar terhindar dari infeksi covid-19. Apalagi banyak penderita tanpa gejala yang berbaur dengan penumpang KRL lainnya.
"Di sisi lain dilema, walaupun sudah berjarak di kereta api (KRL). Virus ini ada kategori orang tanpa gejala, diukur suhu dia normal, sehat tapi virusnya ada di tubuh," jelas dia.
KRL Masih Dibutuhkan
Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi mengatakan, bahwa KRL masih dibutuhkan masyarakat kecil yang mengandalkan transportasi murah guna bekerja dan bepergian.
"Saya berbeda pendapat, ibu tahu bahwa KRL ini setiap hari biasanya 1 juta (yang naik), sekarang hanya 20 persennya, 20 ribu saja kemungkinan. Siapa yang naik? Yang naik itu rakyat kecil yang masih harus kerja, bu," ujar Menhub dalam rapat virtual bersama Komisi V DPR, Rabu (6/5).
Dalam pandangan Menhub Budi, moda transportasi alternatif yang lain dinilai tidak sesuai dengan budgeting rata-rata penumpang KRL. Dengan KRL, biaya perjalanannya hanya Rp4.000, sangat terjangkau.
"Kalau naik taksi dia bisa keluarkan Rp20.000 bahkan bisa Rp100.000," katanya.
Oleh karena itu, KRL diputuskan untuk tetap beroperasi, namun tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat, seperti memastikan mesin-mesin pengecekan kesehatan bekerja dengan baik untuk mengukur suhu tubuh, lalu memperhatikan gejala sakit pada penumpang dan menerapkan aturan jaga jarak.
(mdk/azz)