Rupiah di atas Rp 14.500 per USD, industri mamin teriak kesulitan
Industri makanan dan minuman tidak bisa menaikkan harga karena daya beli masyarakat masih rendah.
Terpuruknya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga sempat menyentuh angka lebih dari Rp 14.500 per USD, memberatkan sektor industri terutama yang masih menggunakan bahan baku impor. Salah satunya adalah industri makanan dan minuman (mamin).
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI), Adhi S Lukman mengakui, industri mamin sudah tertekan dengan kondisi nilai tukar Rupiah. Pelemahan nilai tukar membuat ongkos produksi semakin besar.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Siapa yang memimpin rencana redenominasi rupiah di Indonesia? Rencana penyederhanaan mata uang telah digulirkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Mengapa nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar di era Soeharto? Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
"Bahan baku kita masih banyak yang impor, ini jadi masalah. Bukan kita senang impor, tapi karena keterpaksaan karena enggak ada di dalam negeri dari mutu dan ketersediaan jumlahnya," kata Adhi di Kantor BKPM, Jakarta, Jumat (25/9).
Adhi mengatakan, jika kondisi ini terus berlanjut maka akan membahayakan keberlangsungan industri mamin.
Di sisi lain, industri mamin juga tidak bisa serta merta menaikkan harga jual produk. Pasalnya, saat ini daya beli masyarakat sedang rendah. Hal ini membuat industri mamin berada dalam posisi terjepit.
"Mau enggak mau kita bertahan, enggak bisa naikkan harga jual kita karena kondisi ekonomi dan pelemahan daya beli. Kalau naikkan harga makin berat," imbuh Adhi.
Oleh sebab itu, Adhi meminta pemerintah untuk melakukan terobosan dan upaya maksimal untuk mengurangi dampak ekonomi global terhadap keberlangsungan roda perekonomian dalam negeri.
"Ini sudah lampu kuning untuk kita. Kita berharap pemerintah bisa melakukan terobosan bagaimana USD tidak bergerak naik terus. Dibanding beberapa negara ada yang melemah, tapi Rupiah bagi mamin sangat berat," tutur Adhi.
(mdk/idr)