Viral Video Uang Rupiah Telah Redenominasi, Bank Indonesia Beri Penjelasan Begini
Bank Indonesia sudah siap dengan skenario dalam penerapan redenominasi rupiah ini.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Viral Video Uang Rupiah Telah Redenominasi, Bank Indonesia Beri Penjelasan Begini
Viral Video Uang Rupiah Telah Redenominasi, Bank Indonesia Beri Penjelasan Begini
Bank Indonesia memastikan bahwa unggahan di media sosial TikTok mengenai uang rupiah redenominasi, adalah video tidak benar. Video tersebut diunggah oleh akun @bobbynesia pada Selasa (28/11).
"Itu video lama, hoax, yang didaur ulang," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono kepada merdeka.com, Rabu (29/11).
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Bagaimana Redenominasi Rupiah dilakukan? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
-
Kenapa mata uang Indonesia disebut Rupiah? Nama Rupiah dipilih sebagai nama mata uang Indonesia karena, kuatnya pengaruh budaya India selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara, yang berlangsung selama ratusan tahun.
-
Kapan Redenominasi Rupiah direncanakan? Indonesia telah mencanangkan agenda redenominasi rupiah sejak tahun 2010, dan wacananya masih berlanjut hingga saat ini.
-
Apa nama mata uang Indonesia? Rupiah merupakan nama mata uang Indonesia yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di seluruh wilayah Indonesia.
Erwin menegaskan, visual uang yang ditampilkan dalam video tersebut, dapat dipastikan bukan uang rupiah resmi yang diedarkan oleh Bank Indonesia.
Saat ini, kata Erwin, implementasi redenominasi masih perlu melihat momentum yang tepat dan belum akan dilakukan dalam waktu dekat.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terkait redenominasi yaitu kondisi makroekonomi sedang bagus, kondisi moneter dan sistem keuangan yang stabil, serta kondisi sosial politik yang kondusif.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo juga sebelumnya pernah menyampaikan bahwa redenominasi rupiah lerlu menunggu momentum tepat. Meskipun, menurutnya perekonomian nasional berjalan sudah baik."Kondisi perekonomian kini masih dibayangi efek rambatan dari eksternal terutama Pelemahan ekonomi global. Di satu sisi, stabilitas sistem keuangan saat ini juga stabil, tetapi masih ada ketidakpastian Global. Sehingga implementasi redenominasi masih akan melihat momentum yang tepat," ujar Perry.
Bank Indonesia pun memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan. Bahkan, Bank Indonesia sudah siap dengan skenario dalam penerapan redenominasi rupiah ini.
Bank Indonesia sebenarnya sudah pernah memaparkan hal ini kepada DPR beberapa tahun lalu melalui Rancangan Undang-Undang Redenominasi.
merdeka.com
Dalam RUU tersebut, pelaksanaannya pun membutuhkan waktu minimal tujuh tahun. Dari tujuh tahun tersebut, dua tahun akan digunakan sebagai masa persiapan. Persiapan ini akan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku ekonomi lainnya.
Setelah itu baru kurun waktu lima tahun akan digunakan sebagai masa transisi, sebelum nantinya menghapus mata uang lama dari peredaran.
Uang transisi ini akan diedarkan dan digunakan kurang lebih selama lima tahun. Jika semuanya sudah terbiasa, maka Bank Indonesia akan mencetak uang dengan desain baru dengan angka yang baru.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
"Redenominasi sudah kami siapkan dari dulu. Masalah desain dan tahapan-tahapannya, itu sudah kami siapkan dari dulu secara operasional dan bagaimana tahapan-tahapannya," kata Perry seperti ditulis, Selasa (27/6).
merdeka.com