Setop Impor BBM di 2026, Pertamina Kebut Pembangunan Kilang
Pembangunan kilang sangat pentingnya bagi ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi nasional. Saat ini Pertamina terus melakukan akselerasi pembangunan kilang, siang dan malam, sehingga dapat selesai lebih cepat dari yang ditargetkan.
PT Pertamina (Persero) terus mengebut pengerjaan kilang proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan pembangunan kilang baru proyek Grass Roof Refinery (GRR). Langkah ini untuk mencapai target setop impor BBM yang ditargetkan pada 2026.
Nantinya, kapasitas kilang yang saat ini 1 juta barel per hari akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari. Sehingga, Pertamina menargetkan memenuhi kebutuhan BBM dari kilang sendiri tanpa ketergantungan dengan impor.
-
Mengapa Pertamina melakukan peninjauan ke kilang dan SPBU? Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan Pertamina mulai dari unit produksi hingga distribusinya siap untuk merespon kebutuhan mudik Nataru.
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Mengapa Pertamina mendapatkan apresiasi dari Menteri BUMN? Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi PT Pertamina (Persero) atas kiprahnya dalam komunikasi dan keberlanjutan di Indonesia.
-
Bagaimana Pertamina membantu kendaraan yang kehabisan BBM di tol? Tim motorist Pertamina selalu siaga selama 24 jam selama satuan tugas (satgas) Idulfitri aktif hingga 21 April mendatang sehingga kejadian seperti kendaraan kehabisan bahan bakar seperti ini bisa cepat ditanggulangi.
-
Mengapa Pertamina Patra Niaga membangun tanki BBM dan LPG di Indonesia Timur? Apalagi kita tahu, Indonesia ini negara kepulauan dengan salah satu pola distribusi energi tersulit di dunia, jadi dengan adanya storage di lokasi-lokasi Indonesia Timur ini akan sangat berdampak terhadap ketersediaan bahan bakar bagi masyarakat.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menyatakan, pembangunan kilang sangat pentingnya bagi ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi nasional. Saat ini Pertamina terus melakukan akselerasi pembangunan kilang, siang dan malam, sehingga dapat selesai lebih cepat dari yang ditargetkan.
"Pembangunan Kilang Balikpapan yang progressnya sudah lebih dari 13 persen, tahun ini ditargetkan mencapai 40 persen. Sementara target pembangunan Kilang Balongan dan Cilacap masing-masing 10 persen. Kita akan terus kebut, demi kepentingan nasional," jelas Fajriyah dalam keterangan tertulis, Jumat (28/2).
Negosiasi dengan mitra bisnis dan investor, tambah Fajriyah, berjalan dengan baik. Sejumlah MoU dan kesepakatan bisnis telah ditandatangani antara Pertamina dengan berbagai pihak, seperti ADNOC, Mubadala, Rosneft, K-Sure dan lain sebagainya.
"Negosiasi dengan Saudi Aramco juga masih terus berlanjut dan solusinya adalah menerapkan skema seperti pada Kilang Balikpapan dengan cara toll fee untuk kilang lama, namun tetap berpartner untuk kilang baru di Cilacap," ujar Fajriyah.
Kuota Impor Minyak Dipangkas di 2020, Pertamina Diminta Manfaatkan B30
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memangkas kuota minyak mentah (crude oil) PT Pertamina (Persero) sebanyak 8.000 barel per hari (bph) atau 30 juta barel per tahun mulai 2020. Ini sejalan dengan permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memaksimalkan penggunaan minyak produksi dalam negeri.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, Pertamina bisa mulai melirik produksi minyak di Tanah Air, seperti program bahan bakar jenis biodiesel 30 persen (B30) yang digalangkan pemerintah.
"Kalau impor crude (dikurangin) tentu saja kita musti mengoptimalkan penggunaan crude produksi dalam negeri. Kalau BBM kan ada B30 dan sebagainya akan mengurangi impornya," ujar dia di kantornya, Jakarta, Rabu (15/1).
Dia menganggap potensi pemanfaatan B30 bisa besar jika Pertamina mampu mengoptimalkan fungsi kilang untuk memproduksinya. "Saya kira besar. Yang pertama optimalisasi kilang. Kalau kilang optimal, maka kita tentu saja akan mengurangi impor," ucap dia.
Untuk itu, dia mendorong Pertamina untuk menjalin negosiasi dengan perusahaan lain yang berstatus Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) agar perseroan bisa lebih banyak mendapat minyak mentah produksi dalam negeri. "Permasalahannya bagaimana bussiness to bussiness antara Pertamina dengan KKKS. Kalau SKK akan mendorong agar KKKS bisa menjual ke Pertamina semaksimal mungkin," tukas Dwi.
Reporter: Pipit Ramdhani
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)