SPBU Pertamina Bakal Tampung Minyak Jelantah, Untuk Apa?
Ide untuk membuat bioavtur anyar ini dilatarbelakangi oleh melimpahnya pasokan minyak jelantah di Indonesia.
PT Pertamina (Persero) berencana untuk membuat bioavtur dari campuran limbah minyak jelantah (used cooking oil, UCO). Inovasi ini bagian dari produk Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) untuk menciptakan produk ramah lingkungan.
"Kami memang saat ini ada beberapa alternatif seperti minyak jelantah atau uco tadi," kata Senior Vice President Business Development PT Pertamina (Persero), Wisnu M Santoso dalam acara Media Briefing di Gedung Sarinah, Jakarta, Selasa (10/9).
- Pertamina Patra Niaga Kirim Bantuan Korban Erupsi Lewotobi, Ada 1.400 Liter Minyak Tanah dan BBM
- Membongkar Bahaya Minyak Jelantah, Ancaman Tersembunyi di Piring Anda
- Pertamina Siagakan 128 SPBU Khusus di Jalur Mudik Sumatera Barat, Cek Lokasinya di Sini
- Pertamina Temukan Sumber Minyak Baru di Tambun-Bekasi
Wisnu menuturkan ide untuk membuat bioavtur anyar ini dilatarbelakangi oleh melimpahnya pasokan minyak jelantah di Indonesia. Padahal, jika diolah lebih lanjut limbah minyak goreng tersebut dapat dijadikan campuran bioavtur.
"Untuk SAF ini yang paling ideal saat ini memang dari minyak jelantah karena banyak jumlahnya," beber dia.
Untuk teknis pelaksanaannya, Pertamina akan mengoptimalkan jaringan SPBU yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sebagai sarana pengumpulan minyak jelantah.
"Kami coba pikirkan memanfaatkan jaringan SPBU kita yang banyak di Indonesia, di mana bisa memanfaatkan sebagai sistem pengumpulan," tegas dia.
Namun, dia belum bersedia untuk mengungkapkan lebih lanjut terkait target peluncuran bioavtur dengan campuran minyak jelantah tersebut.
Pernah disinggung Menko Luhut
Pemanfaatan minyak jelantah untuk avtur sebelumnya pernah dikemukakan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Menurut dia, sejumlah negara tetangga telah menggunakan minyak jelantah sebagai bahan bakar alternatif untuk pesawat. Di sisi lain, Indonesia juga memiliki potensi stok minyak bekas yang cukup besar.
"Pernahkah terpikirkan bahwa minyak jelantah atau used cooking oil dapat menjadi bahan bakar untuk industri aviasi atau penerbangan? Hal ini ternyata sudah lumrah dilakukan di beberapa negara tetangga kita, seperti Malaysia dan Singapura," tulisnya melalui akun Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu (29/5).
Ia pun menyoroti lonjakan aktivitas penerbangan bakal membuat emisi karbon yang dihasilkan terus bertambah. Oleh karenanya, Luhut menilai intervensi untuk mengurangi emisi karbon menjadi penting.
Dari berbagai data dan kajian yang didapatnya, ia menyimpulkan SAF sebagai solusi paling efektif untuk mewujudkan masa depan penerbangan yang ramah lingkungan di Tanah Air. Sehingga upaya menciptakan bahan bakar aviasi ramah lingkungan bukan hanya jadi inovasi semata.