Tiga alasan bandara Indonesia sulit masuk jajaran terbaik dunia
Bandara di Indonesia kelebihan penumpang, tidak memperhatikan kenyamanan, dan kurang ramah lingkungan.
Bandar Udara di Indonesia tidak ada satu pun yang masuk daftar 100 bandara terbaik dunia versi Majalah Skytrax edisi bulan lalu. Pengamat penerbangan Alvin Lie menilai sampai 30 tahun ke depan, kondisi ini sulit berubah selama pemerintah dan pengelola bandara tidak membentuk rencana jangka panjang mumpuni.
Dia mencontohkan kondisi Bandara internasional tersibuk Tanah Air, yaitu Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten. Ada tiga alasan mengapa bandara yang paling bagus itu sulit bersaing di level dunia.
-
Kapan bandara Lolak diresmikan? Bandar udara (bandara) di Provinsi Sulawesi Utara kian bertambah, kini baru saja beroperasi bandara Lolak di Bolaang Mongondow, Minggu (18/2).
-
Bagaimana bandara Lolak diresmikan? Peresmian ini ditandai dengan pendaratan perdana pesawat tipe DHC-6 Twin Otter maskapai SAM Air sekitar pukul 15.52 WITA.
-
Dimana Bandara Agandugume berada? Bandara yang sebelumnya dikuasai oleh OPM berhasil kembali dikuasi oleh TNI. Lebih lanjut, Danrem 173/PVB Brigjen TNI Frits Wilem Rizard Pelamonia menjelaskan bahwa Bandara di Agandugume tersebut telah dikuasai oleh OPM sejak awal Maret.
-
Di mana bandara Lolak berada? Bandar udara (bandara) di Provinsi Sulawesi Utara kian bertambah, kini baru saja beroperasi bandara Lolak di Bolaang Mongondow, Minggu (18/2).
-
Dimana Bandara Kertajati berada? Bandara Kertajati siap beroperasi penuh 29 Oktober mendatang. Mulai 29 Oktober mendatang seluruh penerbangan domestik dan internasional di Jawa Barat akan dipindahkan ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati Majalengka secara penuh.
-
Apa itu Bandrek? Minuman bandrek berasal dari Tanah Sunda, Jawa Barat, dan sangat cocok diminum sore hari untuk menghangatkan tubuh. Rempah-rempah seperti jahe merah, gula merah, kayu manis, cengkeh, sereh, dan daun pandan memberikan sensasi hangat yang menyenangkan.
Pertama soal kapasitas penumpang. Upaya PT Angkasa Pura II menambah infrastruktur pada akhir 2014 bisa jadi mubazir karena gagal mengikuti perkembangan orang yang diprediksi lalu-lalang di bandara itu.
"Bandara kita semuanya overload, Soekarno-Hatta itu seharusnya melayani 22 juta penumpang per tahun, tapi tahun lalu saja sudah 53,6 juta orang. Dua tahun lagi penumpang yang lewat Soekarno-Hatta sudah 60 juta lebih. Sedangkan proyeksi (Angkasa Pura II) setelah diekspansi kapasitasnya menjadi 60 juta, begitu selesai (renovasi) kita sudah overload lagi," ujar Alvin kepada merdeka.com lewat telepon, Sabtu (13/4).
Faktor kedua, pengelola bandara di Indonesia masih abai pada kenyamanan penumpang, termasuk kenyamanan para awak maskapai. Indikatornya adalah kapasitas pengatur lalu lintas udara, lama pesawat antre terbang, serta antrean penumpang masuk ke area bandara.
"Bandara yang baik itu melayani kepentingan penumpang, kepentingan penerbang termasuk waktu antre, karena itu semua terkait keselamatan penerbangan," paparnya.
Alasan ketiga kenapa bandara Indonesia belum masuk jajaran terbaik adalah pengelolaan lingkungan. Skytrax menobatkan Bandara Changi, Singapura sebagai yang paling top sejagat karena alasan ramah lingkungan dan efisien dalam hal energi. Terminal 3 bandara negeri pulau itu bahkan menerapkan sumber energi dari sinar matahari.
Sebaliknya, bandara Indonesia sumber energinya kurang ramah lingkungan. Tingkat emisi karbon juga tinggi lantaran banyak kendaraan roda empat dibolehkan masuk area penjemputan penumpang.
"Coba kita lihat jumlah mobil di dalam kawasan Soekarno-Hatta. Itu berapa banyak emisi karbonnya, masalah seperti itu selama tidak diatasi sulit membuat bandara kita jadi yang terbaik," bebernya.
Sebelumnya, Direktur Utama Angkasa Pura II Tri Sunoko mengaku bakal mempersiapkan dua bandara agar masuk jajaran 100 terbaik sedunia dalam waktu dekat. Selain Soekarno-Hatta, Bandara Kuala Namu juga jadi gacoan BUMN ini.
Namun, Alvin mengaku pesimis. Pemerintah dan BUMN seharusnya fokus mengembangkan road map industri lalu lintas udara sampai 30 tahun ke depan. Jika tidak, kebijakan pengelolaan bandara hanya akan disesuaikan lonjakan penumpang, bukan mempersiapkan diri menghadapi situasi itu.
"Saya sangat pesimis (bandara Indonesia segera masuk 100 terbaik). Kalau mau mengembangkan bandara harus membuat proyeksi 15-20 tahun, butuh visi jangka panjang, termasuk mengembangkan akses ke bandara, bagaimana supaya tidak ada kemacetan, pemerintah dan BUMN harus kerja sama," tegasnya.
Pada daftar Skytrax, hanya tiga bandara di Asia Tenggara yang masuk dalam daftar 100 bandara terbaik dunia. Tidak ada satu pun bandara di Indonesia yang masuk dalam jajaran terbaik dunia. Survei majalah penerbangan ini didasarkan pada 39 item yang menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan bandara.
(mdk/noe)