Tiga Ramalan CEO Dunia yang Bisa jadi Pertimbangan Berbisnis di 2021
Setelah satu tahun, pemilik dana atau pengusaha kini menghadapi dua tantangan mendasar. Pertama, bagaimana membangun kepercayaan dengan berbagai pemangku kepentingan, yang ekspektasi bisnisnya lebih tinggi dari sebelumnya.
Pandemi Virus Corona memukul hampir seluruh lapisan hidup masyarakat. Bisnis berhenti, hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi di mana-mana. Banyak masyarakat menjadi miskin, dan negara-negara berupaya menyelamatkan diri dari zona krisis dengan melakukan berbagai upaya.
Tak pelak, kondisi ini membuat sepanjang 2020 muncul pesimisme di kalangan dunia usaha. Tidak ada yang berani melebarkan usaha apalagi membuka usaha baru di tengah ketidakpastian kapan pandemi bisa segera berakhir.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Apa saja contoh kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Malaysia? Dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi, Malaysia merupakan partner perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan jumlah investasi ke-5 di tahun 2022 di ASEAN.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana kata-kata inspiratif pengusaha muda membantu dalam membangun bisnis? "Memulai perlu keberanian, membesarkan perlu ilmu. Itulah kuncinya dalam berbisnis."
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa pesan utama yang ingin disampaikan oleh kata-kata inspiratif pengusaha muda? "Alasanku menjadi pebisnis karena mau membuka banyak lapangan kerja dan banyak bermanfaat buat orang lain."
Setelah satu tahun, pemilik dana atau pengusaha kini menghadapi dua tantangan mendasar. Pertama, bagaimana membangun kepercayaan dengan berbagai pemangku kepentingan, yang ekspektasi bisnisnya lebih tinggi dari sebelumnya.
Kedua, bagaimana menyesuaikan bisnis mereka dan memberikan hasil yang berkelanjutan dalam lingkungan eksternal yang berubah dengan cepat. Organisasi yang mengambil langkah tepat dalam kedua hal itu akan berada pada posisi terbaik untuk keluar dari pandemi ini sebagai bisnis yang kuat, tangguh, dan produktif, yang mampu menahan guncangan di masa depan.
Dalam menghadapi gejolak ke depan, setidaknya ada tiga ramalan CEO yang bisa menjadi bahan pertimbangan berbisnis di 2021. Ramalan ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh PwC Global CEO Survey Tahunan ke-24, yang tahun ini menyurvei 5.050 CEO di 100 negara selama Januari dan Februari 2021 dikutip merdeka.com, Jakarta, Selasa (27/4).
76 Persen CEO Yakin Ekonomi Global Segera Pulih
Satu tahun setelah Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi, para CEO menyuarakan tingkat optimisme yang tinggi terhadap pemulihan ekonomi global, di mana 76 persen pemimpin bisnis global meramalkan bahwa pertumbuhan ekonomi akan membaik pada 2021.
Optimisme di antara para CEO terhadap pertumbuhan ekonomi global sangat kuat di Amerika Utara dan Eropa Barat, dengan masing-masing 86 persen dan 76 persen CEO dari kawasan ini memperkirakan adanya peningkatan pertumbuhan global di tahun mendatang.
"Setelah setahun tragedi kemanusiaan dan kesulitan ekonomi yang luas, sungguh menggembirakan untuk melihat bahwa orang-orang yang bertanggung jawab untuk membuat keputusan investasi dan mempekerjakan staf merasa optimistis namun tetap berhati-hati tentang tahun mendatang. Para CEO yakin bahwa ekonomi akan kembali tumbuh, didorong oleh perkembangan pesat dari vaksin dan peluncurannya di berbagai belahan dunia," kata Bob Moritz, Chairman of the PwC Network melalui keterangannya, Jakarta, Selasa (27/4).
Sepanjang tahun lalu yang dipenuhi gejolak, para CEO harus memikirkan kembali dan mengkonfigurasi ulang apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukan perubahan bisnis, sembari menangani neraca yang meregang dan mendukung karyawan yang terpaksa menghadapi keadaan luar biasa ini.
CEO Ramal Pertumbuhan Pendapatan Mulai Terjadi Tahun Ini
CEO berkeyakinan bahwa pertumbuhan pendapatan akan kembali membaik ke posisi rata-rata pendapatan jangka panjang. Para CEO lebih optimistis tentang prospek bisnis mereka. Sekitar 36 persen dari mereka yang disurvei mengatakan sangat yakin tentang prospek pertumbuhan pendapatan organisasi mereka selama 12 bulan ke depan, naik dari 27 persen CEO pada 2020.
Meskipun keyakinan secara global meningkat, terdapat variasi yang luas di seluruh industri, yang mencerminkan tingkat yang berbeda-beda dari pengaruh pandemi terhadap perilaku konsumen. Para CEO di sektor teknologi dan telekomunikasi menunjukkan tingkat kepercayaan tertinggi, masing-masing sebesar 45 persen dan 43 persen.
Sementara itu, para CEO di sektor transportasi dan logistik (29 persen) serta perhotelan dan rekreasi (27 persen) termasuk yang paling pesimistis tentang kemampuan mereka untuk meningkatkan pendapatan selama 12 bulan ke depan.
AS Terus Memimpin di Atas China
Amerika Serikat (AS) masih bertahan sebagai negara tujuan terbaik untuk mencapai pertumbuhan bisnis. Temuan survei menunjukkan bahwa AS masih unggul sebagai pasar nomor satu yang diharapkan oleh para CEO untuk mencapai pertumbuhan selama 12 bulan ke depan.
Perkembangan politik baru dan ketegangan yang ada telah berdampak pada pandangan para CEO AS. Mereka mengurangi penekanan terhadap Tiongkok sebagai pendorong pertumbuhan dan meningkatkan fokus mereka pada Kanada dan Meksiko.
Dibandingkan tahun 2020, minat para CEO AS terhadap kedua negara tersebut naik 78 persen. Sementara itu, para CEO Tiongkok melaporkan peningkatan minat terhadap negara-negara besar seperti AS, Jerman, dan Jepang - negara-negara tujuan utama ekspor.
Dengan 17 persen, Jerman bertahan di posisi ketiga pada peringkat negara tujuan untuk pencapaian pertumbuhan, sementara Inggris, pasca-Brexit, naik ke nomor empat (11 persen), melampaui India (8 persen). Jepang juga naik peringkat menjadi negara tujuan keenam yang paling menarik untuk mencapai pertumbuhan, menyalip Australia yang menempati posisi itu tahun lalu.
(mdk/idr)