Tips Berbisnis untuk UMKM di Tengah Pandemi Corona
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menyajikan tips berbisnis untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang terdampak virus corona, agar pelaku UMKM masih bisa bertahan dalam keadaan saat ini.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menyajikan tips berbisnis untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang terdampak virus corona, agar pelaku UMKM masih bisa bertahan dalam keadaan saat ini. Tips yang disampaikan Kemenkop dan UKM menggandeng Founder Bixbux.com dan Affiliate Marketer yakni Wientor Rah Mada.
Sebelumnya Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut bahwa yang paling banyak terdampak oleh wabah corona adalah sektor UMKM. Oleh karena itu, pihaknya menginisiasi untuk membuat program tips berbisnis untuk UMKM di tengah pandemi.
-
Apa yang sedang didorong oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk para pelaku usaha pemindangan? Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong skema kemitraan para pelaku usaha pemindangan dengan penyedia bahan baku ikan agar ketersediaan bahan baku pengolahan pindang dapat terjamin.
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
-
Bagaimana DKUKMP Bontang membantu para pelaku UMKM untuk mendapatkan modal usaha? DKUKMP Kota Bontang bekerja sama dengan Perbankan yang ada dikota bontang untuk dapat membantu Penguatan Modal para Pelaku UMKM yang ada dimota Bontang.
-
Bagaimana BRI membantu pelaku usaha UMKM? Berbagai program yang dilakukan BRI, termasuk program pemberdayaan, nyatanya terbukti sukses dalam memutar perekonomian secara umum. "Ini adalah pilar perekonomian. UMKM yang terus bergerak dengan dukungan BRI, mampu menunjukkan kinerja yang sangat baik. Implikasinya terlihat dari level usaha riil di masyarakat. Ekonomi tumbuh. Di sisi lain, BRI pun menunjukkan catatan kinerja yang baik," ujar Erick.
-
Bagaimana KKP mendorong kemitraan usaha pemindangan? Menurutnya, pertemuan para supplier (pemasok), distributor, dan pengolah pindang diharapkan dapat memberikan pemahaman bersama terkait gambaran makro industri pemindangan. Sebagai bentuk komitmen, Ditjen PDS mengkolaborasikan mereka dengan penandatanganan kesepakatan bersama antara pelaku usaha perikanan besar (supplier) dengan distributor pemindang, kemudian kesepakatan antara distributor pemindang dengan kelompok pengolah pindang, yang kesemuanya merupakan para pelaku usaha dalam rantai pasok usaha pemindangan.
-
Mengapa KKP menganggap penting untuk membantu para pelaku usaha pemindangan? Sebagai produk olahan tradisional yang sangat digemari masyarakat karena rasanya enak, tahan lama, kaya kandungan protein, dan harganya terjangkau, pindang juga memegang peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi di sektor hilir perikanan.
Berikut tips yang diunggah Kemenkop UKM melalui akun resmi instagram @kemenkopukm yang berjudul "Tips 60 Detik Berbisnis di Era Pandemi", Rabu (29/4).
Berpikiran positif
Di masa krisis seperti saat ini, membuat Anda menjadi pebisnis yang jauh lebih fleksibel, saat Anda memproduksi baju tapi tidak ada yang beli, Anda harus berpikir untuk berpindah sementara memproduksi masker.
"Saya ada teman punya pabrik kosmetik, sekarang switch memproduksi hand santizer laku banyak lagi. Saat seperti sekarang ini memang tergantung bagaimana kita melihatnya. Kalau kita ingin berpikiran negatif, ya lihat saja berita terus di TV di jamin malah parno sendiri,” kata Wientor.
Tapi kalau Anda memilih untuk berpikir positif, selalu ada jalan, selalu ada peluang baru.
Jualan online
Jangan takut, mungkin ini saatnya Anda belajar hal yang baru mumpung semua masih pada berhibernasi. Wientor menyarankan belajarlah jualan secara digital, cari e-course atau kursus online yang mengajarkan bagaimana jualan online. Kemampuan menjual secara digital ini akan menyelematkan Anda pada saat produk yang dijual offline terhenti.
Ngiklan di Facebook
Saat ini adalah saat yang tepat untuk belajar ngiklan di Facebook. Kenapa? Saat ini orang lagi banyak di rumah, mereka banyak lihat sosial media. Kemungkinan pada saat scrolling feed di sosial media inilah saat yang tepat untuk menyodorkan produk Anda melalui iklan.
Lalu produk apa yang pas dijual? Ya produk yang mendorong orang untuk impulsive buying yakni pembelian yang tidak direncanakan, tapi pas lihat iklan konsumen ingin beli. Barang impulsive ini tidak ada yang mahal, batas psikologis barang yang dijual online biasanya sekitar ya maksimal Rp 300 ribuan.
Contohnya barang penunjang kecantikan seperti sabun muka, pembersih muka, atau pelangsing. Selain itu, home decor kecil dengan desain yang menarik juga masih terjual laris.
Kolaborasi
Justru di masa sekarang ini Anda tidak boleh pake kacamata kuda, coba lihat lagi perjalanan bisnis ke belakang, mungkin Anda terlalu bergantung kepada diri Anda sendiri. Ini yang bikin capek, semua dikerjakan sendiri.
Pandemi mengajarkan Anda untuk kolaborasi. Skill yang selama ini selalu ada di diri Anda dan Anda manfaatkan sendiri untuk bisnis, mungkin cukup untuk kondisi normal, tapi ini kan situasinya sedang tidak normal.
"Masa iya masih mau sendirian, coba kolaborasi dengan pebisnis lain yang mempunyai skill yang berbeda dan Anda akan kaget nanti sama hasilnya," ujar Wientor.
Bangkrut
Wientor bercerita bahwa dirinya juga pernah bangkrut tiga kali, dia merasa sangat terbebani, sampai tidak bisa tidur nyenyak, yang dalam pikirannya hanya hutang. Lalu, dia pun akhirnya melalui perjalanan spiritual yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Yang pertama dia lakukan adalah mendatangi ibunya, lalu meminta maaf, sekaligus meminta doa restu untuk apa yang akan dia lakukan.
"Yang kedua, saya sedekah, pikiran saya simple saja, sedekah saat gak punya duit membuat kita berbeda, dan menjadi sangat ikhlas," ujarnya.
Ketiga, dia mengontak teman-teman lamanya yang sudah lama tidak pernah berhubungan, bukan untuk minta pekerjaan tapi sekedar mengobrol saja, silaturahmi. Menurutnya, ketiga hal ini membuka jalan untuk bangkit lagi, bisa jadi juga buat Anda untuk bangkit
Menjadi digital
Sebelumnya Wientor menyarankan untuk mencoba jualan memakai channel digital. Secara spesifik ia menyebutkan agar Anda mencoba untuk "ngiklan di Facebook".
"Mindset-nya gini menjadi digital bedanya dengan analog bagi saya hanya satu yaitu data. Jika Anda memutuskan untuk terjun ke digital, data adalah hal pertama yang Anda cari, bukan sales atau konversi. Bayangkan gini, Anda beriklan di billboard besar di jalan di tengah kota, tidak ada yang tahu tuh siapa yang liat iklannya," ujarnya.
Tapi kalau dengan channel digital Anda akan mendapatkan data demografi visitor secara lengkap. Dengan data yang baik Anda akan bisa optimasi, pada saat optimasi inilah penjualan akan melonjak tinggi.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)