Toyota incar tingkatkan ekspor ke luar TimTeng dan Amerika Latin
Varian paling laris produksi pabrik Toyota negara ini di luar negeri tahun lalu adalah Kijang Innova.
PT Toyota Astra Motor (TAM) mengklaim kinerja ekspor produk mobil yang dirakit di Indonesia semakin meningkat saban tahun. Hal itu dianggap menguntungkan Indonesia lantaran bakal menambah devisa pemerintah.
Presiden Direktur TAM Johnny Darmawan menyatakan, perusahaan induk mereka di Jepang memutuskan membagi dua basis produksi untuk ekspor. Toyota Thailand diminta memenuhi permintaan Eropa dan Amerika Utara, terutama untuk sedan.
Sedangkan pabrik Toyota di Indonesia mengisi ceruk permintaan pasar di Timur Tengah dan Amerika Latin.
"Itu ekspornya kita bagi-bagi dengan Thailand, tapi kita usahakan terus supaya bisa masuk pasar Afrika dan Eropa timur. Tentu itu jangka panjang," kata Johnny di Jakarta, Minggu (9/3).
Varian paling laris produksi pabrik Toyota negara ini di luar negeri tahun lalu adalah Kijang Innova. Mobil yang bisa memuat hingga 10 penumpang ini laris manis di negara-negara Arab. Tahun lalu, lebih dari 75.000 unit Innova diekspor.
Johnny menyatakan tren permintaan Innova belum akan turun. "Tahun ini produksi untuk ekspor masih 50 ribuan. Berarti totalnya yang diekspor bisa mencapai 230.000 unit," ungkapnya.
Selanjutnya, Fortuner jadi mobil rakitan Indonesia yang digemari konsumen luar negeri. Mobil jenis Sport Utility Vehicle (SUV) ini tahun lalu dikapalkan hingga 50.000 unit.
Produk lain Toyota Indonesia yang laris di luar negeri adalah Yaris dan sedan Vios. Masing-masing terjual di kisaran 12.000-an unit.
Segmen penggemar mobil Toyota buatan Indonesia pun diklaim Johnny meluas. Dari awalnya hanya di TimTeng dan Amerika Latin, kini permintaan juga datang dari Asia Pasifik.
Cuma, kabar gembira dari pasar ekspor itu belum menular ke produksi murah ramah lingkungan (LCGC) Toyota, yakni seri Agya. Johnny mengungkapkan, mobil yang di Indonesia dijual di bawah Rp 100 juta ini baru diekspor 500 unit.
"Ekspor 500 (unit) itu ke Filipina saja. Karena setiap negara punya permintaan spesifikasi teknis tersendiri. Jadi untuk LCGC, baru Filipina yang berhasil kita tembus," beber Johnny.
Perkembangan pasar ekspor ini alasan Toyota membangun pabrik baru senilai Rp 2,3 triliun di Karawang, Jawa Barat, yang diresmikan akhir bulan lalu. Kandungan lokal diklaim bisa hingga 80 persen.
Atas dasar itu, Johnny berharap pemerintah terus mendukung industri otomotif di Tanah Air. Walaupun pasar dikuasai pabrikan asal Jepang, pria yang juga aktif sebagai ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) ini percaya Indonesia akan untung ketika menerima investasi dari perusahaan mobil. Apalagi tahun depan sudah dimulai liberalisasi kawasan, lewat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Kalau globalisasi tinggal dua pilihan, Indonesia mau jadi nett importir atau nett eksportir. Supaya kita siap menghadapi MEA, salah satunya yang diperkuat adalah industri otomotif. Kita buat kendaraan yang speknya sesuai standar internasional dan dilokalisasi di sini, dan ini siap diekspor," tandasnya.