Wapres JK: Impor beras terbuka sejak dulu
Jusuf Kalla tak menutup kemungkinan impor beras akan dilakukan sebelum puasa.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut impor komoditas beras selalu terbuka sejak dulu, apalagi bila berhadapan dengan kekurangan beras dalam periode waktu tertentu.
"Impor selalu terbuka sejak dahulu kalau ternyata produksi kita tidak bisa mencukupi cadangan nasional," kata Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden seperti dilansir Antara, Jumat (8/5).
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Bagaimana Jusuf Kalla menilai dampak dari hukuman terhadap BUMN yang rugi? Kalau suatu kebijakan bisnis, langkah bisnis rugi cuma dua kemungkinannya, dia untung, dan rugi. Kalau semua perusahaan rugi, maka seluruh BUMN karya harus dihukum, ini bahayanya, kalau satu perusahaan rugi harus dihukum, maka semua perusahaan negara harus dihukum, dan itu akan menghancurkan sistem," ujar JK.
Menurut Jk sapaan akrabnya, bila terjadi kekurangan beras dalam menghadapi bulan puasa yang akan datang pada Juni mendatang, maka ada kemungkinan untuk menambah cadangan nasional beras dari mekanisme impor.
JK juga menyebut, pemerintah bakal mengkaji hasil laporan pertanian yang diperoleh dari lapangan."Kami akan melihat setelah akhir Mei, karena panen raya biasanya sampai Mei," ucapnya.
Setelah panen raya, ujar dia, maka akan dilihat hasilnya seperti dipertimbangkan apakah cadangan nasional kekurangan, sehingga akan dilakukan impor atau tidak.
Sebelumnya, peneliti Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Miftah Farid mengatakan, impor beras tidak perlu dilakukan pemerintah jika produksi beras dalam negeri mampu naik paling tidak sebesar lima persen dari total produksi, dan serapan pengadaan dalam negeri oleh Perum Bulog mencapai delapan persen dari total kenaikan produksi tersebut.
"Kapan impor beras akan nol, ketika produksi naik sebesar lima persen dan serapan dalam negeri oleh Bulog sebesar delapan persen," kata Miftah Farid.
Miftah menjelaskan, berdasarkan analisis data antara variabel impor beras dengan pertumbuhan produksi, tren yang ada adalah ketika produksi naik maka impor akan mengalami penurunan, namun agar impor beras mencapai nol tersebut maka kenaikan produksi paling tidak harus sebesar lima persen.
Kenaikan produksi sebesar lima persen tersebut, terhitung dari total produksi tahun 2014, di mana produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 70,83 juta ton atau setara dengan beras sebanyak 44,43 juta ton.
Kenaikan produksi yang sebesar lima persen ini sebanyak 3,54 juta ton GKG atau setara dengan 2,22 juta ton beras. Dengan perhitungan tersebut, maka produksi pada tahun 2015 harus mencapai 78,34 juta ton GKG atau beras sebanyak 46,62 juta ton.
Berdasarkan sasaran produksi dari Kementerian Pertanian pada tahun 2015, produksi diharapkan naik sebesar 3,84 persen, dengan jumlah produksi GKG sebanyak 73,40 juta ton, yang setara dengan 46,14 juta ton beras.
(mdk/idr)