Warga Bandung Kaget saat Tahu Operasional Bandara Husein Pindah ke Kertajati Majalengka
Pro-kontra pemindahan operasional penerbangan sipil dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung ke Bandara Kertajati di Majalengka.
Warga Bandung Kaget saat Tahu Operasional Bandara Husein Pindah ke Kertajati Majalengka
Warga Bandung Kaget saat Tahu Operasional Bandara Husein Pindah ke Kertajati Majalengka
Pemerintah berencana memindahkan penerbangan operasi penuh Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kertajati. Pemindahan penerbangan dari Bandung ke Majalengka tersebut akan berlaku seluruhnya mulai Oktober 2023 mendatang. Sufyan, warga Bandung mengaku tidak keberatan dengan rencana pemerintah tersebut.
"Kalau rencana pemerintah seperti itu, sebagai konsumen harus menerima. Kasusnya seperti Bandara Polonia sama Yogyakarta di Sleman,"
kata Sufyan saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Selasa (18/7).
Tak hanya itu, dia juga meminta agar pemerintah atau para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menyediakan transportasi umum yang langsung menuju Bandara Kertajati. Begitu juga dengan pilihan rute penerbangan yang harus lebih beragam.
"Saya setuju dengan catatan ada rute travel atau transportasi umum yang langsung dari Bandung ke Kertajati. Sama melihat juga rute Kertajati ke kota mana saja," kata dia.
Sebab kalau tidak beragam, pilihannya kembali ke Bandara Soekarno-Hatta atau Halim Perdana Kusuma. "Bila masih sedikit (rute penerbangan), kami tetap harus ke CGK," kata Sufyan.
Lokasi Bandara Kertajati Kurang Strategis
Sementara itu, Windi warga Kota Bandung menolak rencana pemindahan penerbangan komersial dari Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kertajati. Pemindahan tersebut jusru tidak efektif karena harus menyiapkan waktu yang lebih lama menuju Majalengka. "Kalau ada kegiatan di Pasteur, naik dari Kertajati tuh minimal space waktu yang ditanggalkan 3-4 jam," kata Windi kepada Merdeka.com, Jakarta, Selasa (18/7).Windi menjelaskan, pemindahan operasional bandara bukan hanya soal tempat saja.
Ada masalah waktu tempuh, logistik hingga uang yang harus dikeluarkan masyarakat.
"Untuk orang yang waktunya mempet kaya gue, ngebuang waktu 6 jam di jalan itu udah berharga banget," tutur Windi.
Menurutnya, mereka yang datang dengan menumpang pesawat biasanya masyarakat kalangan menengah atas. Tujuannya ingin berwisata di Kota Bandung atau sekitarnya.
"Yang liburan ke Bandung naik pesawat itu lebih ke menengah ke atas, bukan kaum mendang-mending. Jadi bandara itu sudah kayak pertimbangan utama. Kebayang kalau orang-orang harus ke Kertajati?," tuturnya.
Pemindahan ini juga berpotensi menurunkan minat wisatawan asing berlibur ke Bandung. Sebab mereka harus menempuh perjalanan antar kota untuk tiba di Bandung Raya.
"Wisatawan juga makin enggan ke Bandung, apa lagi orang Malaysia, Brunei malas mereka kalau harus keluar kota lagi," kata Windi mengakhiri.