Sejarah Bandara Husein Sastranegara, Peninggalan Hindia Belanda yang Bakal Digantikan Kertajati
Nama Husein Sastranegara diambil dari nama seorang pilot militer AURI yang telah gugur pada saat latihan terbang di Yogyakarta tangal 26 September 1946.
Bandara Husein Sastranegara Bakal Ditutup, Penerbangan Dialihkan ke Kertajati
Presiden Joko Widodo memerintahkan penerbangan komersial jet dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung dipindah ke Bandara Kertajati, Majalengka.
Dengan kata lain, seluruh penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara Bandung bakal dipindahkan ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. Pemindahan penerbangan dari Bandung ke Majalengka tersebut akan berlaku seluruhnya mulai Oktober 2023 mendatang.
"Nantinya dimulai bulan Oktober, (Bandara Kertajati) akan operasi penuh. Artinya dari Bandara Husein Sastranegara akan digeser ke Kertajati, utamanya untuk yang pesawat jet," ungkap Jokowi saat melakukan kunjungan ke Bandara Kertajati, Selasa (11/7) lalu.
Lalu, bagaimana sejarah berdirinya Bandara Husein Sastranegara ?
Mengutip situs angkasa pura II, Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara, adalah sebuah bandar udara internasional yang terletak di Jalan Pajajaran Nomor. 156, kelurahan Husen Sastranegara, kecamatan Cicendo, kota Bandung, Jawa Barat.
Bandara ini merupakan peninggalan pemerintah Hindia Belanda dengan sebutan Lapangan Terbang Andir, yaitu suatu lokasi di mana lapangan terbang tersebut berada.
Pada masa penjajahan Jepang daerah tersebut dijadikan basis Pasukan Udara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang.
Nama Husein Sastranegara diambil dari nama seorang pilot militer AURI yang telah gugur pada saat latihan terbang di Yogyakarta tangal 26 September 1946.
Sejarah Berdiri Bandara Husein Sastranegara
Pada tahun 1920 Belanda mendirikan sebuah lapangan terbang yang diberi nama Luchtvaart Afdeling atau Vliegveld Andir. Setelah tahun 1942, lapangan terbang tersebut kemudian di ambil alih oleh Jepang sampai tahun 1945. Ketika Indonesia telah merdeka, keadaan lapangan udara pada saat itu sempat mengalami keadaan vakum dari tahun 1945 hingga tahun 1949.
Setelah itu, lapangan terbang tersebut di ambil alih oleh AURI sebagai pangkalan militer pada tahun 1969 sampai 1973. Sampai akhirnya tahun 1973 lapangan terbang tersebut boleh dipergunakan untuk penerbangan komersial. Pada tahun 1974 mulai dilakukan kegiatan pelayanan lalu lintas dan angkutan udara komersial secara resmi yaitu dengan berdirinya kantor Perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan nama Stasiun Udara Husein sastranegara Bandung untuk kepentingan kegiatan penerbangan komersial sipil.Selanjutnya, pada tahun 1983 berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 68/HK 207/PHB-83 tanggal 19 Februari 1983, klasifikasi Pelabuhan Udara ditingkatkan dari kelas III mejadi kelas II.
Pada Tahun 1994, dilaksanakan Pengalihan Pengelolaan Bandar Udara dari Departemen Perhubungan kepada PT Angkasa Pura II sesuai PP RI Nomor 26 Thn 1994 tanggal 30 Agustus 1994 tentang Penambahan Penyertaan modal Negara RI ke dalam Modal sahan PT Angkasa Pura II. Kemudian, pada tahun 2016 bandara Husein Sastranegara mengalami renovasi dengan menelan biaya Rp174 miliar.
Proyek pembangunan dan perluasan mencakup perluasan terminal penumpang dari 5.000 meter persegi menjadi 17.000 meter persegi.
Dengan diperluasnya terminal, kapasitas tampung terminal akan meningkat signifikan menjadi 3,4 juta penumpang per tahun atau lebih tinggi dibandingkan sebelum pengembangan yang hanya 750.000 penumpang.
Pada area komersial setelah pengembangan memiliki luas sekitar 3.000 meter persegi atau jauh lebih luas dibandingkan sebelumnya yang hanya 500 meter persegi. Sementara itu, untuk landasan masih mengandalkan satu landas pacu berukuran 2.500 meter x 45 meter yang bisa mengakomodasi penerbangan dengan pesawat sekelas Boeing 737-800 NG, Airbus A320, dan Boeing 737-900 ER. Maskapai yang beroperasi di Bandara Husein Sastranegara antara lain AirAsia, Lion Air, Garuda Indonesia, Citilink, Express Air, Silk Air, Wings Air, Susi Air, dan Tiger Air.