Profil
Andre Marie Ampere
Fisikawan dan ilmuwan asal Perancis, André-Marie Ampère, lahir pada 20 Januari 1775 di wilayah St. Nizier, Lyon dan dibesarkan dalam rumah keluarganya sendiri di Polèmièux-au-Mont-d’Or.
Diakui dunia pengetahuan sebagai genius serba bisa sekaligus salah satu pelopor bidang elektrodinamika (listrik dinamis), Ampere merupakan ilmuwan pertama yang mengembangkan pengamatan terhadap fenomena listrik dan magnet; jika dua batang konduktor diletakkan berdampingan dan keduanya diberi aliran listrik searah, kedua konduktor tersebut akan saling tarik menarik. Sebaliknya, jika dialiri arus bolak-balik, keduanya akan saling tolak menolak. Sebuah pengamatan sederhana memang, tapi fenomena tersebut sekaligus menjadi dasar ilmu pengetahuan modern yang dikenal sebagai elektro-magnetik.
Penemu jenius ini sendiri tidak pernah duduk di bangku sekolah. Sebagian besar pendidikannya diperoleh dari ayahnya sendiri, Jean-Jacques Ampère, seorang pedagang sutra kaya raya, juga pejabat pemerintah pendukung monarki Perancis saat itu, sekaligus pengagum tulen Jean Jacques Rousseau, salah seorang sastrawan dan negarawan terkemuka dari Perancis. Konsep pendidikan ala Rousseau yang dituangkan dalam bukunya, Emile, merupakan dasar pendidikan yang diberikan ayahnya kepada Ampere.
Memasuki usia 12 tahun, Ampere telah menguasai hampir semua hal yang diketahui terkait matematika pada saat itu. Tak heran jika dia menjadi remaja yang cerdas dan berpengetahuan luas. Sayang, pendidikannya terbentur salah satu peristiwa paling besar dalam sejarah, Revolusi Perancis. Pada 1793, pasca sebuah pertempuran antara pendukung monarki dan republik meletus di sekitar wilayah kediamannya, ayahnya ditangkap pihak republik dan dipenggal dengan pisau guillotine.
Butuh tiga tahun bagi Ampere untuk melupakan trauma sebelum bertemu dengan Julie Carron, wanita yang kemudian menjadi istrinya tiga tahun kemudian dan meberinya satu anak yang dinamai seperti ayahnya. Pada 1802, Ampère ditunjukkan sebagai Profesor untuk fisika dan kimia pada École Centrale di Bourg-en-Bresse.
Hanya setahun mengecap sukses, kemalangan kembali mendera Ampere. Istrinya wafat pada 1803 dan membuat jenius ini memutuskan untuk pindah ke ibukota Perancis. Sejak saat itu dan hingga akhir hayat, André-Marie Ampère dikenal sebagai sosok pemurung dan cenderung depresif.
Setahun berikutnya, tepatnya 1804, Ampère mengajar di Ecole Polytechnique dan diangkat sebagai profesor matematika sejak 1809, terlepas dari ketiadaan latar belakang pendidikan formal yang memang tidak pernah diikuti.
Meneruskan penelitian Hans Christian Ørsted, ahli fisika kelahiran Denmark, yang menemukan jarum kompas bergerak jika ditaruh di dekat kawat berarus listrik, Ampere menggabungkan riset tersebut dengan medan magnet. Ia menemukan kumparan berarus listrik bisa bersifat sebagai magnet yang kuat. Bergantung pada jenis aliran listrik, kumparan bisa saling menarik atau menolak satu sama lain. Menggunakan matematika untuk membuat simpulan percobaannya sendiri, salah satu sumbangan terbesar fisikawan Perancis pada dunia dikenal dengan nama Hukum Ampere, besar aksi dan reaksi dua kumparan beraliran listrik berbanding lurus dengan panjang kawat dan intensitas arus - teorem dasar yang menjadi cikal bakal cabang ilmu elektro-magnetik dalam fisika modern.
Pada 10 Juni 1836, André-Marie Ampère meninggal dunia di Marseille, Perancis. Satu hal unik sempat tercatat dalam surat wasiat fisikawan besar ini: pada batu nisannya, supaya dituliskan 'Tandem Felix (akhirnya bahagia)'. Frase ini memaksa seluruh dunia berdoa bahwa tulisan tersebut berarti secara harfiah mengingat lebih dari separuh masa kehidupan ilmuwan tulen ini dipenuhi dengan tekanan batin berkepanjangan.
Riset dan analisis: Desti Ayu Ruhiyati - Mochamad Nasrul Chotib
Last update: 11:50 1/11/2013