Willie Salim Dilaporkan ke Polisi Usai Masak 200 Kg Rendang di Palembang
Konten kreator Willie Salim dilaporkan ke Polda Sumsel karena konten memasak 200 kg rendang di Benteng Kuto Besak yang dianggap merusak citra warga Palembang.

Konten kreator terkenal, Willie Salim, dilaporkan ke Kepolisian Daerah Sumatera Selatan (Polda Sumsel) pada tanggal 22 Maret 2025. Laporan tersebut terkait video yang memperlihatkan dirinya memasak 200 kilogram rendang di Benteng Kuto Besak, Palembang.
Kejadian ini bermula ketika Willie Salim, setelah memasak rendang dalam jumlah besar, meninggalkan lokasi sebentar. Saat kembali, rendang tersebut telah habis dibagikan kepada warga sekitar.
Aksi ini kemudian viral dan menimbulkan kontroversi, dianggap merusak citra warga Palembang dan menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Laporan tersebut diajukan oleh beberapa pihak, termasuk Kantor Hukum Ryan Gumay Lawfirm, Agung Wijaya, dan seorang konten kreator lokal bernama Rondoot.
Laporan polisi diterima dengan nomor LAP-20250322-3F227. Muhammad Gustryan dari Kantor Hukum Ryan Gumay Lawfirm, seorang warga Palembang asli, mewakili pelapor yang merasa keberatan dengan konten tersebut. Mereka menilai tindakan Willie Salim telah mendiskreditkan warga Palembang.
Laporan-laporan tersebut mengarah pada dugaan pelanggaran Pasal 28 Ayat 2 dan 3 juncto Pasal 45 Ayat (pasal yang tepat belum disebutkan secara lengkap dalam sumber). Pihak kepolisian telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan penyelidikan dan memanggil Willie Salim untuk dimintai keterangan.
Kontroversi Rendang 200 Kg dan Dampaknya
Konten memasak rendang 200 kg yang dibuat Willie Salim di Palembang menimbulkan reaksi beragam di masyarakat. Banyak yang mengapresiasi kreativitas dan kedermawanan Willie Salim dalam membagikan rendang tersebut kepada warga. Namun, sebagian besar pihak, termasuk para pelapor, berfokus pada dampak negatif yang ditimbulkan.
Mereka berpendapat bahwa aksi tersebut telah menciptakan persepsi negatif terhadap warga Palembang, seolah-olah mereka berebut makanan hingga habis dalam waktu singkat. Persepsi ini, menurut para pelapor, sangat merugikan citra kota Palembang.
Mereka menekankan pentingnya mempertimbangkan konteks sosial dan budaya sebelum membuat konten yang berpotensi menimbulkan kontroversi. Kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi para konten kreator untuk lebih bijak dan bertanggung jawab dalam menciptakan konten yang menghibur sekaligus menghormati norma sosial dan budaya setempat.
Tanggapan Willie Salim dan Pihak Kepolisian

Menanggapi laporan polisi tersebut, Willie Salim telah menyampaikan permohonan maaf melalui media sosial. Ia mengakui kesalahannya dan menyesali dampak negatif yang ditimbulkan dari konten videonya. Permintaan maaf tersebut, meskipun telah disampaikan, belum sepenuhnya meredakan kontroversi yang terjadi.
Polda Sumsel, melalui perwakilannya, telah menyatakan komitmen untuk menindaklanjuti laporan tersebut secara profesional dan transparan. Proses penyelidikan akan dilakukan secara teliti dan berpedoman pada hukum yang berlaku. Kepolisian juga akan mempertimbangkan semua aspek, termasuk konteks kejadian dan dampak sosialnya, dalam menentukan langkah hukum selanjutnya.