Profil
Biyan Wanaatmadja
Biyan Wanaatmadja mengaku pada masa kecilnya dia tidak memiliki cita-cita layaknya anak kecil pada umumnya. Setelah lulus dari bangku SMA, Biyan memutuskan untuk melanjutkan studinya di Jerman karena kebetulan beliau memiliki saudara di sana. Sekolah desain dan mode Mueller & Sohn Pricatmodeschule di Duessedrof, Jerman. Karena suatu alasan dan adanya ketidakcocokan, beliau akhirnya pindah ke London College at Fashion di London Inggris setelah dua tahun menuntut ilmu di Jerman.
Pada tahun 1983, setelah menyelesaikan studinya, beliau langsung magang di sebuah rumah desain Erico Coverey di Florence, Italia. Di sana beliau sempat beberapa kali mengadakan fashion show.
Setelah sebelas tahun berkelana di Eropa, akhirnya beliau kembali ke kampung halamannya di Surabaya atas permintaan sang bunda. Beberapa minggu setelah kepulangannya beliau mulai merintis karirnya dengan membuat beberapa desain untuk koleksinya, beberapa koleksinya pun sempat disorot awak media hingga pada akhirnya beliau memiliki tujuan yang pasti yakni memilih karir sebagai desainer. Pada tahun 1984 beliau meluncurkan hasil koleksinya dengan judul 'Biyan'.
Namun, pemilik label Biyan Wanaatmadja, Studio 133, dan (X)S.M.L itu mengaku masih belum mau melangkahkan kakinya ke dunia internasional. Kendati telah memiliki butik di Singapura, dan Hong Kong, namun Biyan memilih untuk tetap eksis di Tanah Air dibandingkan harus mendunia."Ekspansi ke luar is everybody dreams. Saya punya tanggung jawab di Indonesia, saya merasa memiliki Indonesia," kata beliau.
Sebagai salah satu orang yang berpengaruh dalam dunia fashion Indonesia, beliau berpendapat bahwa saat ii dunia fashion Indonesia tidak lagi dimiliki oleh beberapa orang tertentu namun sudah menjadi hal yang biasa karena banyak hal bisa diakses dengan mudah pada masa kini, berbeda dengan masa sepuluh tahun yang lalu saat segala informasi masih sangat terbatas. Bagi beliau, terus berkarya dan menjadikan wanita tampak lebih cantik adalah hasrat tersendiri yang terus memacu beliau untuk terus melahirkan karya-karya baru.
Riset dan Analisis: Galih Setyo Pribadi