Adi Utarini, Mantri Nyamuk yang Masuk Daftar 10 Ilmuwan Berpengaruh di Dunia 2020

Merdeka.com - Di tengah merajalelanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia tahun ini, Adi Utarini justru bertarung melawan musuh yang berbeda tapi tak kalah mematikan: wabah demam berdarah (DBD).
Diutip dari Nature, Rabu (15/12), pada Agustus lalu dia dan timnya mengumumkan kemenangan besar yang bisa membuka strategi baru dalam memerangi wabah DBD. Penyakit mematikan ini saban tahun bisa menjangkiti 400 juta orang di seluruh dunia.
Prof Uut, begitu panggilan akrab Utarini, dan timnya berhasil memangkas kasus DBD hingga 77 persen di sejumlah kota besar di Tanah Air dengan cara melepaskan nyamuk yang sudah dimodifikasi untuk menghentikan penyakit DBD yang menular lewat virus.
Majalah terkemuka Nature memasukkan nama Utarini sebagai salah satu dari 10 sosok yang berhasil mengubah dunia lewat sains di tahun ini.
Para epidemiolog memuji upaya Utarini dan timnya dengan menyebut strategi mereka luar biasa berhasil dalam memerangi penyebaran virus demam berdarah yang selama ini melanda berbagai negara, terutama negara miskin di Asia, Afrika, dan Afrika Selatan.
"Sangat melegakan," kata Utarini, yang juga peneliti di Universitas Gajah Mada Yogyakarta tempat dia melakukan penelitian dan memimpin timnya.
Proyek penelitian yang dipimpin Utarini adalah pendekatan baru dalam mengendalikan wabah DBD. Tekniknya adalah dengan membiakkan nyamuk Aedes aegypti yang menularkan virus DBD, Zika, chikungunya, tapi nyamuk itu dibuat membawa bakteri bernama Wolbachia. Bakteri ini akan melemahkan virus dan mencegah nyamuk itu menularkannya ke manusia. Telur dari nyamuk yang sudah dimodifikasi itu kemudian ditempatkan di sekitar kota, termasuk di rumah-rumah warga. Uji coba kecil di Australia dan Vietnam memberikan hasil yang menakjubkan. Namun di Yogyakarta yang penduduknya lebih padat dan tingkat penularannya tinggi maka uji coba dilakukan lebih banyak.
Pengumuman lewat mural
Uji coba ini juga membuat Utarini dan timnya harus bisa meyakinkan warga agar mau menerima nyamuk yang ditempatkan di rumah mereka.
"Mereka sangat berhasil dalam melakukan itu," kata Oliver Brady, ahli virus yang mempelajari DBD di London School of Hygine & Tropical Medicine. Tim Utarini menyampaikan pengumuman lewat mural di dinding, bertatap muka, dan bahkan menggelar kompetisi film pendek untuk menginformasikan masyarakat soal teknologi ini dan sekaligus menjawab serangkaian pertanyaan dari warga soal uji coba ini.
Uji coba di Yogyakarta dimulai pada 2011 namun mereka mendapat masalah dalam hal izin dari pemerintah. Utarini yang sebelumnya bekerja sebagai peneliti kesehatan masyarakat dan pernah menangani penyakit TBC dan malaria, direkrut pada 2013 untuk dimintai bantuan. Dia kemudian menemui sejumlah kementerian untuk akhirnya mendapat izin dan payung hukum.
Ketika hasilnya diumumkan, masyarakat sangat tertarik, kata Utarini.
"Bahkan sebelum hasil akhir disampaikan, kami sudah mendapat banyak permintaan dari warga yang bertanya, 'kapan daerah saya kebagian, bu?'" kata Utarini. "Ini impian yang jadi kenyataan."
Tragedi
Koleganya sepakat, Prof Uut, menjadi faktor kunci keberhasilan mereka.
"Dia menjadi sosok yang menyatukan semuanya di saat uji coba yang ruwet ini," kata Scott O-Neill, direktur Program Nyamuk Dunia di Ho Chi Minh City, Vietnam, yang mengembangkan teknologi nyamuk dan bersama peneliti lain menggelar uji coba ini.
"Adi dan timnya mengeksekusi uji coba berkualitas tinggi yang memberikan kami hasil terbaik dari teknologi ini," kata O'Neill.
Nyamuk Wolbachia kini sudah disebar di seantero Yogyakarta dan buat pertama kalinya para peneliti DBD berharap mereka bisa memberantas nyamuk DBD dari seluruh kota, bahkan satu negara.
Namun keberhasilan Utarini juga meninggalkan tragedi. Maret lalu suaminya, seorang farmakolog, meninggal karena Covid-19. Di saat merasa kesulitan, Utarini lebih memilih bermain piano dan sepeda.
"Kalau saya lagi suntuk dengan masalah, saya cari ide lewat bermain piano dan sepeda."
Utarini mengatakan dia kini optimis dalam menghadapi DBD.
"Saya percaya dengan teknologi ini. Pada akhirnya mungkin memang ada cahaya dalam kegelapan."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya