Bertemu Donald Trump, Raja Abdullah II Tolak Rencana Pengusiran Warga Palestina di Gaza ke Yordania
Donald Trump menyatakan rencananya mengusir warga Palestina di Gaza ke Yordania dan Mesir.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyambut kunjungan Raja Abdullah II dari Yordania di Gedung Putih. Dalam pertemuan ini, Trump kembali menekankan rencananya mengusir rakyat Palestina di Gaza dan AS akan mengelola wilayah yang hancur dibombardir Israel dalam 16 bulan perang genosida. Trump juga menyatakan keinginannya menjadi Gaza sebagai area wisata. Rakyat Palestina di Gaza akan direlokasi ke Mesir dan Yordania.
Saat berdiskusi dengan Raja Abdullah II di Ruang Oval Gedung Putih, Trump menyatakan dia tidak akan menghentikan bantuan AS kepada Yordania atau Mesir jika kedua negara tersebut menolak untuk menerima lebih banyak warga Palestina dari Jalur Gaza.
"Saya tidak perlu mengancam hal itu. Saya percaya kita lebih baik dari itu," kata Trump seperti dilaporkan AP, Rabu (12/2).
Pernyataan ini tampaknya bertentangan dengan pernyataan sebelumnya yang menyebutkan bahwa penahanan bantuan AS kepada Yordania mungkin dilakukan jika negara tersebut menolak untuk menampung lebih banyak warga Palestina.
Dalam pertemuan tersebut, Raja Abdullah menegaskan penolakannya terhadap gagasan Trump. Dia mengatakan Yordania bersedia untuk segera menerima 2.000 anak-anak dari Jalur Gaza yang mengalami kanker atau penyakit serius lainnya.
Setelah sekitar dua jam berada di Gedung Putih, Raja Abdullah II melanjutkan perjalanan ke Capitol Hill untuk bertemu dengan sekelompok legislator bipartisan. Dia juga membagikan informasi mengenai pertemuannya dengan Trump melalui platform media sosial X, di mana dia menegaskan posisi Yordania yang tegas menolak pengungsian warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat.
"Ini adalah posisi bersatu Arab. Membangun kembali Gaza tanpa memindahkan warga Palestina dan menangani situasi kemanusiaan yang sangat mendesak harus menjadi prioritas bagi semua pihak," tulis Raja Abdullah.
Bangun Hotel

Dalam pertemuannya dengan Raja Abdullah II, Trump tidak hanya mengulang kembali ide mengenai penguasaan Jalur Gaza, tetapi juga menyatakan hal tersebut tidak akan memerlukan dana dari AS.
"Kita tidak akan membeli apa pun. Kita akan memilikinya," cetusnya.
Lebih lanjut, Trump mengusulkan agar wilayah yang direvitalisasi tersebut dilengkapi dengan hotel, gedung perkantoran, dan tempat tinggal.
"Kita akan membuatnya menarik," ujarnya.
Dengan pengalaman sebagai pebisnis properti, Trump meyakini penduduk Gaza akan menyukai proyek tersebut, meskipun dia menegaskan bahwa keterlibatannya dalam pembangunan secara pribadi akan sangat terbatas.
Sementara itu pada Selasa, Hamas mengkritik komentar Trump, menyebutnya sebagai pernyataan rasis dan sebuah ajakan untuk melakukan pembersihan etnis. Hamas mengatakan Trump berupaya untuk menghancurkan perjuangan rakyat Palestina serta menafikan hak-hak nasional yang dimiliki oleh mereka.