Iran Bentuk Komisi Khusus Selidiki Penyebab Jatuhnya Helikopter Presiden Ebrahim Raisi
Helikopter yang membawa Presiden Raisi dan rombongan merupakan helikopter BELL 212 buatan AS berusia 45 tahun.
Helikopter yang membawa Presiden Raisi dan rombongan merupakan helikopter BELL 212 buatan AS berusia 45 tahun.
Iran Bentuk Komisi Khusus Selidiki Penyebab Jatuhnya Helikopter Presiden Ebrahim Raisi
Kepala Staf Angkatan Darat Iran, Mayjend Mohammad Bagheri memerintahkan penyelidikan atas jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Ebrahim Raisi bersama sejumlah pejabat lainnya. Perintah untuk membentuk komisi khusus penyelidikan ini dikeluarkan pada Senin (20/5).
Presiden Raisi, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian, dan enam pejabat lainnya tewas dalam kecelakaan tersebut pada Minggu (19/5). Helikopter tersebut jatuh saat rombongan presiden kembali dari acara peresmian proyek pembangunan dam di Provinsi Azerbaijan Timur, yang berbatasan dengan negara tetangga Azerbaijan.
Bagheri “menugaskan delegasi tingkat tinggi untuk menyelidiki dimensi dan penyebab jatuhnya helikopter Presiden,” menurut kantor berita ISNA Iran, dikutip dari The Cradle, Rabu (22/5).
Investigasi akan dipimpin Jenderal Ali Abdulahi, Wakil Koordinator Staf Umum Angkatan Bersenjata.
Mantan Menlu Iran, Javad Zarif, mengatakan pada Senin, AS harus disalahkan atas kematian Raisi karena sanksi terhadap program penerbangan Teheran.
“Salah satu penyebab peristiwa tragis ini adalah Amerika Serikat yang memberikan sanksi atas penjualan industri penerbangan ke Iran,” kata Zarif.
Dia menambahkan, sanksi AS menghalangi Iran untuk mempertahankan fasilitas penerbangan yang memadai, dan menambahkan bahwa kecelakaan itu akan “dicatat dalam daftar hitam kejahatan Amerika terhadap bangsa Iran.”
Helikopter yang membawa Presiden Raisi dan rombongan merupakan helikopter BELL 212 buatan AS berusia 45 tahun.
Kemungkinan besar dibeli Shah Iran, sekutu AS dan Israel, sebelum revolusi tahun 1979 yang menjadi saksi berdirinya Republik Islam.
Sanksi AS terhadap Iran mencegah negara tersebut membeli suku cadang untuk memelihara armada pesawat sipilnya, yang sebagian besar berusia lebih dari dua dekade. Kematian mendadak Raisi dan Amir-Abdollahian telah mendorong pengguna media sosial dan pengamat berspekulasi tentang keterlibatan Israel dalam kecelakaan tersebut.
“Bukan kami yang melakukannya,” kata seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya kepada Reuters.
Hingga saat ini, belum ada komentar resmi dari Israel.