Sejarah Mencatat, Manusia Kembali Bangkit Setelah Pandemi

Merdeka.com - Menteri Pendidikan Singapura Lawrence Wong mengatakan pandemi Covid-19 saat ini diperkirakan baru empat atau lima tahun lagi berakhir dan setelah itu dunia baru bisa memulai lagi aktivitas normal pasca pandemi.
Dalam menjalani ini, kata Wong, dunia akan menghadapi berbagai tantangan dalam menangani krisis ini.
Meski vaksin Covid-19 kini sudah tersedia dan bisa membuat perjalanan global berangsur pulih namun program vaksinasi di seluruh dunia tidak akan berlangsung cepat dan mudah.
Itu artinya pada tahun ini dan mungkin juga tahun depan warga dunia, termasuk orang Singapura, harus bersiap menjalani dunia yang sangat berubah, kata Wong dalam pidatonya di konferensi Institut Studi Kebijakan Singapura Senin lalu.
"Aturan memakai masker, menjaga jarag aman, dan menghindari kerumunan--ini semua akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari," kata dia, seperti dilansir laman the Straits Times, Senin (25/1).
Salah satu tantangan ke depan, tambah dia, adalah adanya penelitian awal yang mengindikasikan vaksin saat ini tidak akan begitu efektif melawan varian virus corona yang bermutasi di Afrika Selatan.
Dalam skenario yang positif, dunia akhirnya mengembangkan vaksin yang bisa melawan varian baru virus corona itu. Alternatif lain adalah vaksinasi akhirnya seperti suntikan flu biasa, di mana formula baru selalu diciptakan.
Dalam skenario yang terburuk, dunia selalu tertinggal di belakang virus yang terus berevolusi.
"Intinya adalah kita hidup di dunia bersama dan tidak ada satupun yang selamat kecuali semuanya aman."
Tak seorang pun yang bisa tahu seperti apa dunia pasca virus corona meski sejumlah hal positif mungkin terjadi, ujar Wong.
Dia memberi contoh bagaimana meludah di tempat umum menjadi perbuatan yang tidak sehat setelah pandemi flu pada 1918.
Serupa dengan itu, di Singapura pandemi ini membuat warga jadi peduli gaya hidup bersih dan bertanggung jawab. Meski begitu, kata dia, kebiasaan lama seperti berjabat tangan akan sulit dihilangkan.
"Tiap kali pandemi ada seruan yang mengatakan: 'Mari kita bertegur sapa dengan cara yang berbeda untuk mengurangi penularan," kata dia menyebut itulah yang terjadi ketika Singapura menghadapi pandemi SARS pada 2003.
"Tapi bagaimana pun, manusia tetaplah manusia, kita selalu bisa kembali menjalani kontak sebagai manusia."
Dalam krisis semacam ini, kemungkinannya adalah terjadi perubahan tindakan individu secara alami untuk mengatasi situasi, kata Wong. Sebagai contoh, sejumlah kalangan sudah memprediksi digitalisasi akan membuat kehidupan kota menjadi tidak lagi terpusat.
Namun sejarah mencatat sejumlah kota di dunia yang berhasil bangkit kembali setelah pandemi.
Sebagai contoh, di abad ke-14 Florence kembali bangkit setelah wabah pes dan itu memicu munculnya gerakan Renaissance. Kota Chicago dan New York di Amerika Serikat juga mengalami kebangkitan setelah diterjang pandemi flu.
"Alasan mengapa semua ini terjadi adalah karena kota itu bukan hanya terdiri dari bangunan dan monumen. Kota sesungguhnya adalah tentang orang-orang yang tinggal di suatu tempat dan saling berhubungan sosial secara alamiah."
Manusia juga punya kemampuan adaptasi dan karena itu bisa membangun masa depan, kata Wong.
"Mari melihat krisis ini sebagai proses untuk memperbarui kehidupan setelah sedemikian kerusakan yang ditimbulkan virus ini."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya