Spesies Baru Laba-Laba Ditemukan di Laut Antartika, Warnanya Kuning dan Cakarnya Besar dengan Sarung Tinju
Hewan ini disebut sebagai laba-laba laut, yang merupakan kerabat jauh dari kepiting kuda dan arachnida.


Spesies Baru Laba-Laba Ditemukan di Laut Antartika, Warnanya Kuning dan Cakarnya Besar dengan Sarung Tinju
Seekor makhluk aneh menyerupai laba-laba berwarna kuning dengan empat mata dan cakar bulat besar ditemukan di kedalaman laut di dekat Antartika.
Hewan ini disebut sebagai laba-laba laut, yang merupakan kerabat jauh dari kepiting kuda dan arachnida. Hewan ini hidup di dasar laut, makan melalui probosis seperti sedotan dari mulut, dan bernapas melalui kaki mereka. Ilmuwan telah menemukan lebih dari 1.000 spesies laba-laba laut di seluruh dunia.
Sumber: Live Science

Spesies baru yang ditemukan, Austropallene halanychi, dieksplorasi dari dasar laut di Laut Ross, sekitar 570 meter di bawah permukaan.
Foto-foto: Andrew Mahon
Selain karakteristik aneh laba-laba laut lainnya, spesies baru ini memiliki cakar besar yang menyerupai "sarung tinju," yang kemungkinan digunakan untuk menangkap makanan lembut seperti anemon dan cacing, seperti yang dijelaskan Andrew Mahon, seorang pakar biologi di Central Michigan University. Penelitian ini dipublikasikan pada 28 November dalam jurnal ZooKeys.
Kendati tubuh A. halanychi panjangnya hanya 1 cm, kakinya dapat mencapai panjang hampir 3 cm, memberikan spesies ini tampilan ramping yang umum pada banyak laba-laba laut, meskipun beberapa spesies dapat tumbuh jauh lebih besar, bahkan mencapai lebar hampir 60 cm.
Terlebih lagi, spesies baru ini kemungkinan hanya sebagian kecil dari kehidupan liar yang belum ditemukan di dasar Laut Selatan, sebuah ekosistem yang kaya ragam dari bintang laut berwarna-warni hingga cacing laut yang aneh, spons, dan terumbu karang air dingin.

Mahon menyatakan, lingkungan benthic di Antartika adalah fokus ilmu pengetahuan yang perlu terus dijelajahi. Setiap ekspedisi ke sana menghasilkan penemuan baru karena keragaman hayati yang melimpah.
Untuk memahami lebih lanjut tentang lingkungan ini, para peneliti menggunakan jaring untuk mengeksplorasi dasar laut Antartika dan menangkap berbagai spesies. A. halanychi pertama kali ditemukan pada tahun 2013 oleh kapal penelitian AS Nathaniel B. Palmer.
Baru-baru ini, Mahon dan rekan penelitinya, Jessica Zehnpfennig, mengambil spesimen tersebut dari penyimpanan dan mengidentifikasinya sebagai spesies baru dengan menganalisis bentuk tubuh dan genetik.
Namun, peneliti mungkin berhadapan dengan keterbatasan waktu untuk mempelajari dasar laut Antartika. Perubahan iklim dan pemanasan perairan dapat mengancam masa depan beberapa spesies di ekosistem ini, mendorong peneliti untuk menjelaskan dan melindungi keanekaragaman hayati sebelum terlambat.