Mengenal Hwang Jini, wanita penghibur legendaris dalam sejarah Korea

Merdeka.com - Kamu yang pernah menyaksikan serial drama Hwang Jini pasti sudah tak asing lagi dengan sosok wanita penghibur ini. Dia disebut-sebut sebagai salah satu wanita dengan kecantikan legendaris dalam sejarah Korea. Kisah hidupnya dituliskan dalam berbagai literatur dan naskah teater di Korea Utara maupun Korea Selatan.

Seperti apa kisah hidup Hwang Jini sang gisaeng jelita? Berikut ini sekelumit kisahnya.

Myeongwol yang seelok bulan purnama

Nama resmi yang disandang Hwang sebagai gisaeng adalah Myeongwol. Nama ini berarti 'bulan yang terang'. Barangkali nama tersebut diberikan karena paras Hwang yang seelok bulan purnama. Atau karena tindak tanduknya yang layak disejajarkan dengan rembulan. Pada masa itu, rembulan kerap digunakan sebagai personifikasi wanita, biasanya wanita yang jelita atau anggun. Namun sejarah tetap lebih mengenalnya sebagai Hwang Jini atau Hwang Jin-yi, gisaeng paling ternama pada masa Dinasti Joseon.

Menurut perkiraan para ahli sejarah, Hwang Jini hidup pada pada abad 16. Riwayat hidupnya bertepatan dengan masa pemerintahan Raja Jungjong. Hwang diperkirakan lahir pada tahun 1506 di Kaesong (sekarang bagian Korea Utara).

Sejak usia dini, paras jelita Hwang Jini sudah menjadi buah bibir. Kabarnya kecantikan Hwang membuat salah satu pemuda desanya sampai mati karena patah hati.

Si cantik dengan latar belakang misterius

Tak banyak yang bisa diketahui tentang Hwang Jini. Sama seperti kebanyakan tokoh sejarah Korea yang berasal dari rakyat jelata lainnya, kisah hidupnya tak diceritakan secara mendetail. Menurut salah satu spekulasi yang beredar, Hwang Jini adalah adalah anak hasil hubungan gelap antara seorang pejabat dengan gisaeng. Namun kebenaran teori ini belum bisa dipastikan.

Pada masa itu, seorang wanita bisa memasuki dunia gisaeng karena berbagai alasan. Anak perempuan seorang gisaeng biasanya mewarisi profesi ibunya. Mereka dididik berbagai keterampilan gisaeng sejak usia dini.

Tak jarang, keluarga dari kasta cheonmin atau bangsawan yang mengalami kesulitan finansial menjual anak gadis mereka untuk dijadikan gisaeng. Bahkan wanita dari kelas yangban, kasta tertinggi di Joseon pun bisa turun kasta menjadi gisaeng. Biasanya hal ini terjadi karena perempuan-perempuan ini dianggap sudah tercemar atau kehilangan martabat.

Bukan wanita penghibur biasa

Meskipun cuma seorang wanita penghibur, Hwang Jini menempati posisi yang istimewa dalam sistem sosial Joseon. Pada masa Dinasti Goryeo dan Joseon, gisaeng berada di hierarki sosial terendah. Para gisaeng berasal dari kasta cheonmin, setara dengan para budak, kuli rendahan, dan jagal. Namun para gisaeng dibekali dengan pendidikan tata krama dan seni yang cukup tinggi. Penampilan dan tindak-tanduk mereka pun sangat bertentangan dengan ciri khas rakyat jelata. Karena itulah, gisaeng disebut 'memiliki tubuh dari kelas rendah, namun dengan pemikiran kaum bangsawan'.

Hwang Jini sendiri disebut memiliki intelektualitas tinggi. Dia cakap dalam berbicara dan memiliki pemikiran yang bebas, berbeda dengan perempuan-perempuan lain pada masa itu. Hwang juga dikenal karena bakat seninya yang menonjol. Dia mahir menggubah sijo, sajak kuno Korea. Menurut The Word Shop, Hwang dididik oleh cendekiawan So Kyongdok. Hwang mampu menggubah sijo dalam bahasa Korea maupun Mandarin.

Gisaeng ternama ini juga piawai memainkan geomungo dan menari. Salah satu alasan Hwang Jini menjadi wanita penghibur paling dicari oleh para yangban adalah kualitas non-fisik yang dimilikinya itu.

Selalu diperankan oleh wanita tercantik di Korea

Sebagai salah satu wanita tercantik dalam sejarah Korea, Hwang Jini kerap dijadikan inspirasi karya seni. Berbagai sajak, lagu, lukisan, maupun teater terinspirasi olehnya. Kisah hidup Hwang Jini juga sempat diadaptasi menjadi drama populer.

Yang terbaru diperankan oleh aktris cantik Ha Ji-won. Song Hye-kyo, salah satu aktris paling jelita di dunia hiburan Korea Selatan juga sempat memerankan Hwang dalam film Hwang Jin-yi.