Sama-sama Menggunakan Perhitungan Bulan, Mengapa Kalender Tiongkok dan Hijriyah Berbeda?
Meskipun sama-sama menggunakan perhitungan bulan, kalender Tiongkok dan Hijriyah memiliki perbedaan yang perlu Anda pahami.

Kalender Tiongkok dan kalender Hijriyah adalah dua sistem penanggalan yang sama-sama berbasis bulan, tetapi keduanya memiliki karakteristik unik yang membuatnya berbeda secara mendasar. Perbedaan ini mencakup cara perhitungan bulan, penyesuaian terhadap siklus matahari, serta tujuan penggunaan masing-masing kalender. Apa sebenarnya perbedaannya?
Dasar Perhitungan Kalender Tiongkok
Kalender Tiongkok dikenal sebagai kalender lunisolar karena menggabungkan siklus bulan (lunar) dengan siklus matahari (solar). Setiap bulan dimulai pada saat bulan baru (new moon), dan durasi satu tahun ditentukan berdasarkan perputaran bumi mengelilingi matahari.
Dalam kalender ini, satu tahun biasanya terdiri dari 12 bulan dengan durasi 29 atau 30 hari per bulan. Namun, untuk menjaga keselarasan dengan siklus matahari, kalender Tiongkok menambahkan bulan kabisat setiap dua hingga tiga tahun sekali. Bulan kabisat ini membuat kalender Tiongkok tetap sesuai dengan pergantian musim, yang penting bagi masyarakat agraris Tiongkok kuno.
Setiap tahun juga dikaitkan dengan siklus zodiak Tiongkok (shio) dan lima unsur alam (kayu, api, tanah, logam, dan air), yang memberikan dimensi filosofis dan astrologi pada penanggalan ini. Kalender ini digunakan tidak hanya untuk keperluan tradisional seperti Imlek dan festival panen, tetapi juga untuk menentukan waktu yang dianggap membawa keberuntungan.
Dasar Perhitungan Kalender Hijriyah
Sebaliknya, kalender Hijriyah murni menggunakan perhitungan lunar tanpa penyesuaian terhadap siklus matahari. Kalender ini terdiri dari 12 bulan dengan panjang 29 atau 30 hari, tergantung pada penampakan hilal (bulan sabit pertama).
Satu tahun dalam kalender Hijriyah memiliki total 354 atau 355 hari, yang lebih pendek sekitar 11 hari dibandingkan dengan kalender Gregorian (yang berbasis matahari). Akibatnya, bulan-bulan dalam kalender Hijriyah bergeser sekitar 11 hari lebih awal setiap tahun jika dibandingkan dengan kalender Gregorian.
Kalender Hijriyah memiliki makna religius yang sangat penting bagi umat Islam. Penanggalan ini digunakan untuk menentukan tanggal-tanggal ibadah seperti Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha, dan Haji. Berbeda dengan kalender Tiongkok, kalender Hijriyah tidak memiliki hubungan langsung dengan musim, karena fokusnya adalah pada aspek spiritual dan ibadah.

Mengapa Ada Perbedaan Antara Keduanya?
Perbedaan utama antara kalender Tiongkok dan Hijriyah terletak pada pendekatan terhadap siklus matahari. Kalender Tiongkok menggabungkan elemen matahari untuk menyesuaikan musim, sementara kalender Hijriyah tidak melakukan penyesuaian tersebut, sehingga hanya berfokus pada pergerakan bulan.
Hubungan dengan Musim
Kalender Tiongkok dirancang agar tetap relevan dengan musim karena masyarakat agraris Tiongkok sangat bergantung pada waktu tanam dan panen. Dengan menambahkan bulan kabisat secara berkala, kalender ini memastikan bahwa festival-festival tradisional seperti Tahun Baru Imlek dan Festival Musim Semi selalu jatuh pada musim yang sama.
Di sisi lain, kalender Hijriyah tidak terikat pada musim. Ini karena tujuan utamanya adalah untuk kepentingan spiritual, sehingga waktu ibadah dapat bergeser sepanjang tahun, memberikan pengalaman beragam kepada umat Islam di berbagai wilayah dunia.
Penyesuaian Tahun Kabisat
Kalender Tiongkok menambahkan bulan kabisat setiap dua atau tiga tahun untuk menyeimbangkan siklus lunar dan solar. Sebaliknya, kalender Hijriyah tidak memiliki konsep bulan kabisat, sehingga perbedaan panjang tahun antara kalender lunar dan solar dibiarkan berjalan secara alami.
Makna Filosofis dan Spiritual
Kalender Tiongkok menggabungkan aspek budaya, filosofis, dan astrologi dalam penanggalannya. Misalnya, setiap tahun dikaitkan dengan shio dan unsur tertentu yang dipercaya memengaruhi karakteristik tahun tersebut. Sementara itu, kalender Hijriyah lebih terfokus pada aspek spiritual dan kesederhanaan dalam menjalankan ibadah.

Dampak Perbedaan pada Kehidupan Sehari-hari
Perbedaan pendekatan ini memengaruhi cara masyarakat menggunakan kalender tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kalender Tiongkok lebih bersifat pragmatis, mengakomodasi kebutuhan agraris dan budaya. Festival-festival yang diatur dalam kalender ini juga menjadi momen penting untuk berkumpul dan memperkuat hubungan keluarga.
Sebaliknya, kalender Hijriyah lebih menekankan pada hubungan manusia dengan Tuhan. Bulan-bulan tertentu seperti Ramadan dan Zulhijah memiliki makna spiritual mendalam yang menjadi pedoman hidup umat Islam. Pergeseran tanggal-tanggal ibadah juga menciptakan keragaman pengalaman bagi umat Islam di berbagai belahan dunia.