Batal Masuk ITB Karena Pilih Nonton Persib, Tak Disangka Jadi Danjen Kopassus
Keinginan jadi tentara itu timbul saat masih SMA. Dia sering berkemah dan bertemu banyak tentara berseragam.


Penulis: Arsya Muhammad
Anak muda itu cinta mati dengan sepak bola. Sampai rela tidak mengikuti tes masuk di Institut Teknologi Bandung karena nonton Persib Bandung yang berlaga di Jakarta. Ternyata jalan hidupnya masuk Akademi Militer.
Agum Gumelar muda dikenal rekan-rekan satu gengnya di Bandung sebagai pemuda yang berani. Urusan berantem, apalagi membela teman, Agum jagonya.
Ada kisah menarik bagaimana Agum muda sangat menyukai permainan sepak bola. Seperti pemuda Bandung lainnya, jika ada Persib main, Agum pasti menonton.
Suatu hari, Agum nekat menonton Persib Bandung yang bertanding di Senayan. Dia berangkat ke Jakarta walau tidak punya ongkos pulang. Apalagi saat itu harusnya dia mengikuti ujian hari kedua tes masuk ITB. Tapi Agum memilih nonton bola.
Di pertandingan itu Agum apes. Ketahuan bapaknya yang juga sedang nonton bola. Dari puluhan ribu orang, malah Agum ketemu bapaknya yang dikenal galak. Tapi untung juga, karena Agum akhirnya ada yang mengongkosi pulang.
Batal jadi insinyur Agum mengikuti tes masuk Fakultas Kedokteran Unpad. Otaknya ternyata encer. Dia diterima sebagai mahasiswa kedokteran. Namun Agum sendiri mengaku kuliah saat itu bukan keinginannya. Karena itu Agum tak pernah semangat mengikuti perkuliahan.
“Ya, saya saat itu bisa dibilang nggak pernah kuliah. Hanya status saja sebagai mahasiswa kedokteran, karena memang cita-cita saya bukan ke sana,”
kata Agum Gumelar dalam biografinya, Jenderal Bersenjata Nurani.
Agum mengaku sebenarnya ingin menjadi tentara. Namun karena kedua orang tuanya menginginkan dia kuliah dan jadi sarjana, Agum terpaksa menurut. Hingga akhirnya suatu hari dia berterus terang ingin keluar dari Fakultas Kedokteran.
Walau berat, akhirnya Ibu Agum Gumelar mengizinkan puteranya berhenti kuliah. Dia terpaksa memberi izin karena menganggap Agum sudah dewasa dan bisa menentukan jalan hidupnya sendiri.
Setelah keluar dari Fakultas Kedokteran Unpad, Agum sempat bekerja di sebuah bank. Namun tiba-tiba dia memberi kabar pada kedua orang tuanya. Dia diterima di Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang.
Jadi Perwira TNI AD
Tahun 1965, berangkatlah Agum ke Magelang. Walau berat, Agum menemukan dunianya.
Keinginan jadi tentara itu timbul saat Agum masih SMA. Dia sering berkemah dan bertemu banyak tentara berseragam. Saat itu Bandung memang menjadi pusat komando penumpasan pemberontakan DI/TII.

“Dari sana keinginan itu muncul,” kata Agum.
Masa-masa pendidikan sebagai Taruna Akademi Militer sungguh berat. Sebagai pemuda yang biasa santai dan semaunya, kini Agum dihadapkan pada aturan dan disiplin yang tegas.
Begitu juga soal makanan. Jika biasanya Agum bisa menikmati dendeng dan masakan ibunya yang lezat di Bandung, kini dia harus memakan apa yang disajikan di Akademi.
Pada masa itu kondisi makanan bagi para Taruna sangat memprihatinkan karena negara sedang diguncang krisis ekonomi dan politik.
“Kadang kalau saya sedang makan, suka sedih. Ingat Agum di sana,” kata Tien, ibunda Agum menceritakan kisah puteranya.
Salah satu hiburan bagi Agum di Akademi Militer tetap main bola. Dia jadi andalan kesebelasan AMN. Kalau tim sepakbola AMN bermain, Gubernur AMN Mayjen Achmad Tahir dan puterinya Linda Amalia Sari sering menonton.
Kelak Agum dan Linda ternyata berjodoh. Keduanya menikah setelah Agum menjadi perwira Kopassus.
Dari Letnan Dua Sampai Menteri
Lulus dari AMN tahun 1968, Agum langsung bergabung dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD, kini Kopassus). Di korps baret merah inilah Agum melalui banyak penugasan ke medan tempur.
Agum menjadi Komandan Kopassus ke-13 menggantikan Brigjen Tarub. Dia dilantik oleh Kasad Jenderal Wismoyo Arismunandar tanggal 6 Juli 1993. Selama satu tahun Agum memimpin pasukan elite Angkatan darat tersebut.

Agum kemudian menjadi Panglima Kodam Wirabuana di Makassar. Setelah reformasi, Agum sempat menjadi Menteri Perhubungan dan Menko Polsoskam di Kabinet Gus Dur.
Agum yang penggila bola ini juga menjabat sebagai Ketua PSSI tahun 1999-2023.
Mungkin kalau dulu dia tidak bolos dan memilih nonton Persib, jalan hidupnya akan lain sama sekali.